2. Hey, stupid!

204 34 18
                                    

Chapter Dua : Hey, stupid!

"Sialan!" maki Kara pada Elang yang sedang meliriknya sambil tersenyum. Oh ralat! Itu bukan senyuman, tapi seringai tanda kemenangan.

Happy reading!

***

"HALO HAII EVERYBODEH, KARA IS COM-"

"Lah rusuh banget baru ditinggal bentar, pada kebakaran jenggot lo semua?" tanya Kara heran pada manusia-manusia dikelasnya. Mereka berebutan buku dan saling beradu mulut. Bila didefinisikan, kelas nya hampir persis seperti pasar gembrong, yaaaaa sebelas duabelas lah.

"Napa sih?" tanya Kara menyikut lengan Amara.

"LooooOoo dari mana aja, cumi?"

"Beli minum." dia mengangkat teh cekeknya.

"LO TAU? Pa Toni kasih tugas dadakan buat ganti jamkos, deadline bel istirahat dan harus kelar kalo engga lo yang kelar."

"HAAH?"

"Indera pendengaran lo terganggu?"

"Jiwa gue yang terganggu, KENAPA LO GA BILANGGGGG?!"

"Tanya noh pada Elang si maha benar, dia baru ngasi tau kita lima menit yang lalu sedangkan dia udah selesai ngerjain duluan." Kara membalik badan mencari keberadaan Elang.

"WOI BRONTOSAURUS!" suara lakik Kara menggema di dalam kelas." Lo kasih contekan atau gue pengaruhi seluruh rakyat kelas buat lengserin lo." intimidasi Kara dengan tatapan menghunus.

"Kalo enggak lo gausah kumpulin tugas juga barengan sekelas, biar setia kawan gitu." pancing Amara.

"PA TONI WOY PA TONII"

"Mampus." hanya itu yang dapat Kara ucapkan, lalu dia bergerak mengambil ancang dan langkah seribu untuk mencari incaran buku sebagai bahan contekan.

"Jadi gini, sebagai teman yang berbudi luhur lo harusnya iba sama gue, gue baru aja selesai di jemur dan lo mau gue di jemur lagi untuk yang ke dua kalianya?" melas Kara dihadapan dua sejoli itu.

"Derita lo!" jawab Sita dan Sam berbarengan, mereka hanya menatapnya sekilas lalu kembali berebut buku.

"Dog bangetttttttt."

Suara pintu kelas yang dibuka membuat Kara menoleh, guru sosiologi yang sangat tidak ditunggu kehadirannya itu akhirnya muncul.

"Sialan!" maki Kara pada Elang yang sedang meliriknya sambil tersenyum. Oh ralat! Itu bukan senyuman, tapi seringai tanda kemenangan. Cowok itu berdiri keluar dari bangku dan membawa buku ditangannya untuk dikumpulkan diatas meja paling awal.

Keliatan banget cari mukanya.

Mata Kara terpejam, dia sedang berdo'a dan menunggu datangnya sebuah keajaiban dunia.

"Caramel Aquenna."

"Ya, pak." jawab Kara gelagapan karena tak mengetahui situasi apa yang terjadi.

"Kamu tidak mengumpulkan tugas kamu? Buku kamu belum ada."

"A-anu pak..."

"Keluar dari kelas saya."

"Saya belum selesai bicara pa-"

"Keluar."

Keberuntungan benar-benar tidak berpihak padanya. Kara merasa sangat panas di dalam kelas padahal kipas angin besar diatasnya menyala.

The Cheerful Girl : CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang