16. Seleksi alam

27 4 0
                                    

Chapter Enambelas : Seleksi Alam

"Pada akhirnya 'Seleksi Alam' akan membawa kita pada pendewasaan, hal-hal baru, dan pada mereka yang memihakmu."

Hai pembaca tercinta!
Maaf karena baru update cerita setelah sekian lama.

HAPPY NEW YEAR & HAPPY READING❤

***

Akhirnya. Tak terasa bahwa Kara telah melewati hari-hari sulit saat ulangan.
Mungkin sekitar lima hari yang lalu. Memang tak terasa tapi bagaimana kelimpungannya saat belajar kebut semalam masih begitu terkenang. Apalagi saat Raga tak bisa mengajarinya seperti biasa, karena masalah turnamen.

Mengenai turnamen. Perwakilan lomba telah berangkat dua hari yang lalu ke Purwakarta, mereka akan menetap selama dua hari satu malam.

Tapi ternyata hari-hari sulitnya bukan tentang ujian kenaikan kelas, tetapi satu hal mengejutkan yang tak terduga.

Kedatangan Amara, Elang, dan Kean membuat Kara menatap penuh pada mereka.

"Kenapa! Kenapa, Ra?" tanya Amara panik saat melihat keadaan Kara, wajah berserinya dipenuhi linang air mata, menyedikahn.

Dia pun tak tahu. Secepat angka detik yang berlalu, semuanya terjadi begitu saja, dia tercekat tanpa suara. Hanya air mata yang dapat berkata seberapa tak kuatnya Kara menahan semua. Andai saja hari ini dia tak datang ke sekolah, andai saja dia menolak permintaan Fifi, dan andai saja semua ini hanyalah mimpi, andai saja..

Reputasi dan kepercayaan yang sudah dia bangun pada teman-temannya lenyap dalam satu tragedi, tak ada lagi kepercayaan itu, sorot mereka seolah membuat Kara kecil, rasanya begitu terintimidasi.

"Ada masalah apa?"

"Gue baru aja tarik tunai uang kas jurnarlistik untuk keperluan acara, kak, untuk keperluan poster, kartu undangan sama selembaran. Gue titipin amplop beserta semua uangnya ke Kara buat di kasih ke Amara karena dia bendahara 2. Tapi sampai jam pelajaran terakhir Viona laporan kalo uangnya belum sepeserpun ada di dia. Dan ternyata kita mergokin kalo dia berencana korup uang nya."

"Lo kenapa gak dengerin penjelasan gue dulu, Fi? Gue cuman niat simpen uangnya karena Amara gaada." ucap Kara sesenggukan, membela diri mati-matian.

"Gausah bela diri. Gue jelas-jelas bilang buat kasih ke Amara. Bukan malah lo simpen sendiri. Atau ini akal-akalan lo doang karena uangnya emang mau lo ambil?"

"Heh, Fi, lo jangan asal ngomong." tegur Amara.

"Gue gak asal ngomong, Reva juga liat kalo Kara bawa amplop coklat waktu keluar dari ruang jurnalistik, yang kemungkin gak dia taro di meja sesuai yang sebelumnya dia bilang."

"Karena Amara gaada dikelas ataupun ruang jurnal, Fi. Gue gaada bilang kalo udah taro uangnya di meja, kenapa lo ubah fakta?" kata Kara.

"Lagian kenapa lo kasih uangnya ke Kara? Dia kan bukan anak jurnalistik." tegur Amara sedikit curiga.

Fifi diam, "Dia kan satu kelas sama lo. Jadi gue titipin dia."

"Salah faham kali." ucap Kean ikut membela, padahal alasannya datang ke sekolah hanya untuk melakukan legalisir ijazah bersama Mahen, diapun harus ikut terjerumus karena ada sangkut paut dengan Kara yang notabe teman dekat Raga.

"Ga sampe situ, ini cerita belum selesai." Ucap Fifi, "Reva yang mulai curiga akhirnya ngikutin Kara diem-diem dan ternyata ngarah ke ruang ganti dan simpen amplopnya di loker baju punya dia. Kita nemuin amplopnya sama-sama kok, semua juga liat amplopnya jelas-jelas ada disana."

The Cheerful Girl : CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang