7. She got fainted

35 7 0
                                    

Chapter Tujuh : She got fainted

Happy Reading! <3

***

"Ra buruan." Amara sudah berdiri tak tenang di pintu masuk kantin.

"Pedes pedess." ungkap Kara mengipasi area bibirnya.

"Nih nih, cepet minum." Bianca memberinya susu full cream sebagai pereda rasa pedas. Dia ikut tak tenang karena ternyata cara makan Kara lelet seperti siput.

"Lama lo." Amara menarik tangan kiri Kara, namun gadis itu menahan tubuhnya agar tetap terduduk dan berusaha menyuap sesendok bakso lagi.

"Nah, masuk semua." ucap Bianca melihat Kara berhasil memasukan setengah potongan baso terakhirnya.

"Sbwentar dwonk, phwedes nih." ucap Kara dengan pipi menggembung.

"Nanti aja lo minum susunya, yang lain udah mulai lari keliling tuh. Kalo ketauan Pa Amat nanti kita kena tambah puteran." gusar Amara karena hari ini Kara bercerita bahwa dirinya telat bangun tidur dan tak sempat sarapan pagi. Kara meminta untuk ditemani sarapan, namun bodohnya gadis itu memilih memakan bakso pedas di pagi hari. Di jam pertama pelajaran olahraga.

Ketiganya menyelinap melewati gerbang samping mengendap mencari kesempatan saat Pak Amat sedang tak fokus. Kebetulan materi olahraga hari ini seputar lari jarak pendek, menengah dan jauh. Biasanya Pak Amat akan melakukan pemanasan lari disekitar luar sekolah menyusuri jalanan, berputar hingga kembali ke titik sekolah. Pak Amat akan berlari dibarisan paling belakang untuk mengawasi jalanannya kegiatan agar tetap kondusif dan tak ada siswa yang berniat curang untuk sekedar melipir ke warung.

"Naik angkot, deh. Gimana?"

"Ketauan lah oon."

"Hey, kalian bertiga!" huh, apes sudah namanya. Padahal Pak Amat baru saja memberi intruksi sebagai tanda dimulainya lari, tapi insting guru mudanya itu luar biasa tajam dan menyadari ketiga murid bebalnya ini sedang merencanakan sesuatu.

"Kenapa diam?" tanya Pak Amat.

"Pak maaf aduh tadi aduh-" Amara gelagapan abizz.

"Iya pak maaf, tadi Kara pup dulu lama." Bianca mencoba memberi alasan.

"Ko gue- aww."

"Iya pak, maaf kita jadi telat."

"Saya gak nanya kalian dari mana?" ucap Pak Amat heran.

"Loh?" Kara bingung.

"Jambu." Amara cengengesan sedangkan Bianca tak tahu harus apa.

"Kok diam? Kalian ini kenapa, cepat lari bersama teman sekelas kalian." ucap Pak Amat tegas dengan kedua tangan dibelakang punggung sebagai ciri khasnya.

"Siap, Pak." teriak ketiganya lalu ngibrit bersama mengekori Amanda yang berada dibarisan terbelakang kelasnya sembari sesekali melirik kearah Pak Amat.

Pak Amat menggeleng terheran-heran.

Tersisa kurang lebih sekitar 300 meter hingga gerbang sekolah, kaki Kara serta perutnya sudah tak kuat diajak berlari pagi itu. Bianca dan Amara seolah serius menjalani pemanasan ini, keduanya berlomba paling cepat hingga digaris finish, sedangkan Kara mati-matian menahan kram diperutnya.

The Cheerful Girl : CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang