4. Calon menantu

137 30 13
                                    

Chapter Empat : Calon Menantu

Happy Reading!

***

Elang menatapnya dengan penuh tanda tanya dan kekesalan, seolah bekata "Kenapa kita di sini? Lo bilang kita kerkom dirumah lo!"

Satu jam setengah berlalu, Kara baru saja menyesali bahwa keputusannya untuk menjadikan rumah Raga sebagai tempat menumpang adalah hal tersalah. Dia kekurangan personil karena kerja kelompok hari ini menjadi ajang pertemuan antar mantan ibu mertua dengan mantan calon menantu.

"Ko lo gapernah cerita sih Bianca mantan tunangan Raga?" tanya Kara berbisik sembari tetap memisahkan solatip dari kardus dan mengguntingnya sesuai pola.

"Inget kejadian lo di marahin oma Melisa sama ate Gege abis-abisan?" bukannya langsung menjawab Amara mengajaknya bermain tebak-tebakan.

"Kata kunci, SMP."

Ingatan Kara sedang melambung ke masa lalu, memikirkan apa saja hal diluar nalar yang pernah dilakulannya, "JANGAN BILANG.."

Flashback two years ago.

Hari ini tepat dimana Kara menempati rumah barunya di Jakarta, dia baru saja pindah dari Bandung dan harus langsung mendatangi salah satu acara teman Melisa.

Kara mondar-mandir didepan bilik WC yang tertutup, dia hampir mirip tawanan karena rambut dan bajunya yang super berantakan. Setiap satu menit sekali dia berhenti di depan bilik pintu berwarna biru muda dan mengetuknya seraya berkata, "Mbak udah belum, ya? Saya kebelet banget."

Itu percobaan keempat kali yang ternyata tak membuahkan hasil, dia menyerah dan mencari WC umum di luar villa yang dia tebak tidak akan ada, persetanlah dia akan pipis di semak-semak.

"WEIY! Jalan pake—" tunjuk Kara pada pemuda didepannya, tak sengaja bertubrukan saat keduanya bersisihan.

"Bukan muhrimmmm!" Kara berteriak lima harokat di depan wajah lelaki itu, seenak jidat saja tangannya ditarik kesana kemari. Hasrat buang air kecilnya jadi hilang.

"Lo," dia menjeda kalimatnya, "—berisik." ucap lelaki itu seraya melepaskan tangan Kara. Ditiliknya dari ujung kaki hingga ujung kepala bak sedang memberi penilaian pada kontes modelling.

"Manusia diciptakan beserta mulut, lo tau ga fungsi mulut apa?"

"Gue mau kabur."

"Lah?" Kara terheran-heran, "Ga asik lo, ngobrol tuh satu topik biar sejalan."

"Bisa tolong gue kabur dari sini?"

Kara memaku tatap dengan curiga, "LO COPET YAH?" itu yang melintas di otaknya.

"Jangan berisik, Kara."

"LOH LO TAU NAMA GUE??" Kara makin panik.

"Penguntit nih lo mah bukan pencopet." tunjuk Kara dengan jarak sejengkal di depan hidung lelaki itu.

"Gue bukan penguntit."

"YA KALO BUKAN APAAN LAGI."

"Biar gue jelasin. Lo kesini buat apa?"

The Cheerful Girl : CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang