1. Disturb

71 17 10
                                    

Hallo. Aku ria
Ini work pertama aku. Sebenernya bukan pertama juga. Pernah bikin work tapi aku hapus karena stuck.
Semoga suka dan jangan lupa vote setelah di read. Ok.


🍀🍀🍀
Takdir memang bukan kita yang menentukan. Aku ditakdirkan terlahir cantik- hei jangan protes jika tidak ingin aku adukan kepada ibuku! Beliau bahkan memberi nama yang bagus untukku Sabil Wulandari. Ibu yang mengatakan jika aku adalah gadis tercantik menurutnya walaupun bang jin menertawai dan mengolokku habis-habisan setelah mendengarnya, dia bahkan sampai protes kepada ibu agar tidak mengatakan hal seperti itu karena menurutnya fitnah. Kakaku memang luar biasa sialan.

Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang sangat tampan, badannya tinggi tegap, hidung mancung dan bibir seksi, tetapi dibalik ke sempurnaan bagai pangeran negri dongeng. Kakaku sangat menyebalkan, tidak mau mengalah, hobi memerintah seenak jidat lebarnya dan juga sangat protektif, aku terlambat pulang sekolahpun dia sampai berkhotbah dua jam didepan ruang tv lho! aku sih hanya mendengarkan saja sambil memakan keripik singkong. Atau saat akan pergi ke warung untuk membeli bon cabe harus ijin dulu padanya, setelah aku meminta ijin dia memberiku uang lima ribu rupiah sambil berkata "nitip beli ciki ball, kripik pedes, teh kotak, sama choki-choki" uang lima ribu mana cukup membeli makanan sebanyak itu :)) kan sudah kubilang jika kakaku sialan. Dejin Kintanino nama si sialan itu.

Ibuku juga sangat cantik diusianya yang sudah mencapai kepala tiga lebih. niki minaj sih lewat apalagi kardi bi. Berbeda dengan kakaku, beliau begitu perhatian kepada anak-anaknya, aku sedang ada masalah disekolahpun ibu langsung menyusul menghampiriku padahal aku tak memberitahunya, hanya saja ibu ditelpon langsung oleh guru BP untuk datang kesekolah. Tentu ibu tidak memarahiku saat disekolah namun sepulangnya saat aku baru menginjakkan kaki di teras rumah ibu sudah berdiri diambang pintu sambil memegang sapu injuk dan memukuli bokongku. Alhasil keesokan harinya aku tidak bisa duduk dong? jadi terpaksa aku tidur di uks dari pagi sampai pulang sekolah akan tetapi keesokan harinya lagi-lagi ibu dipanggil kesekolah karena aku tidak mengikuti pelajaran. Padahal salah siapa coba?

Sebenarnya aku sedang disekolah ada pelajaran matematika, pusing sekali disuruh mengerjakan tugas mencari x dan y. Aku lebih suka mencari undur-undur sampai ke ujung dunia dari pada harus menemukan dua huruf itu. Andai aku diberikan otak yang cemerlang pasti soal seperti ini sudah ku kerjakan dengan lancar dan cepat. Aku melirik ke sebelah kiriku ada Juan yang sedang membaca soal dengan serius. Lalu mencatat dibuku tulisnya, akan tetapi yang dia tulis bukan jawaban atau rumus dari soal matematika, melainkan menggambar dua gunung lengkap dengan matahari ditengah, 4 awan dan burung diatasnya, jalan raya dibagian bawah gunung kemudian ada sawah, juga rumah bercerobong asap. Persis gambar bocah sekolah dasar. Padahal dia sudah kelas 11.

Didepanku ada tara yang sedang mengerjakan soalnya dengan tekun. Pria itu memang pintar sih tidak heran jadi juara kelas.

Karena pelajaran terkutuk itu membuatku lelah lahir batin jadi kuputuskan untuk memandangi punggung tara dengan senang hati. Dari belakang saja pria itu terlihat tampan, rambut hitam pekatnya yang sedikit panjang, bahu tegapnya yang kokoh cocok jadi sandaran kepala. Pasti nyaman.

"Ngapain lo liat-liat?"

Pecah sudah lamunanku berkat pria usil disebelah tara, kembarannya memang menyebalkan, sifatnya saja berbanding terbalik. Tara dan Bara Hyundika adalah kembar identik, dari wajah susah untuk membedakannya. Tetapi Jika dari penampilan sudah pasti beda jauh. tara itu rapih dan bersih sedangkan bara berantakan, dasi yang seharusnya terpasang di balik kerah seragam, bara malah memasangnya di kepala, tara lebih banyak diam saat jam kosong sedangkan bara selalu berlarian kesana kemari sambil berteriak seperti monyet hutan. Tara pintar dan bara tidak. Tara kalem, bara pecicilan. Tara pendiam, bara cerewet. Dan aku lebih menyukai sikap dingin tara dibanding sikap cacing kepanasannya bara.

"Lo itu percaya dirinya berlebihan!"

Bara tertawa bibirnya membentuk love atau kotak entahlah pokonya senyuman seperti itu hanya bara yang punya. Mungkin tara juga akan terlihat seperti bara jika tertawa , hanya saja aku tidak pernah melihatnya. Kemudian tangan usilnya menarik buku tulisku secara paksa. Dilihatnya bukuku yang memang belum terdapat jawaban mengenai pencarian x dan y sialan itu. Bara menggeleng. Aku mendengus dan memukul lengan juan sampai mengaduh dan mencubitku balik. Dasar pendendam! Habis bukannya menolongku juan tetap asyik menggambar gunung kembarnya itu, malahan sekarang dia sedang mewarnai gambarnya dengan spidol snowman warna-warni.

"Gunung warnanya biru atau hijau sih bil?" Tanya juan

Aku merotasikan kedua bola mata. Heran sebenarnya sekarang mata pelajaran matematika atau kesenian sih? Untung teman jika bukan sudah kubuang ke rawa agar dimakan buaya buntung.

"Ki daripada lo gambar gunung mending ambilin buku gue deh"

Tanganku menjulur mencoba menggapai lengan bara dan mengambil bukuku. Namun bara malah berbalik menghadap kedepan. Aku menendang-nendang kursi bara tetapi pria itu tidak bergeming sama sekali.

"Lo bisa kerjain soalnya ?" Juan bertanya lagi. Aku menggeleng. Benar juga kan aku tidak bisa mengerjakannya jadi tidak apalah buku diambil pun tidak jadi masalah lagipula sebentar lagi bel pulang sudah pasti tugasnya dijadikan PR. Aku mengambil spidol warna coklat untuk mewarnai beruang yang sedang membajak sawah pada gambar juan. Tunggu. Bukankah yang harusnya membajak sawah itu kerbau atau sapi?

"Ki kok ada beruang sih disawahnya?"

"Guenya cuma bisa gambar beruang bil. Kalo gue gambar kerbau nanti hasilnya jadi hancur"

"Ki gue cape temenan sama lo"

BuncahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang