Happy reading
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Pantulan wajah dengan hiasan sederhana tampak jelas di cermin besar, gaun putih menjuntai hingga ke lantai membuat seorang Yuki Mentari Ulfa terlihat sangat cantik. Ia menatap dirinya tak percaya, meraba wajah dengan tangannya. Seumur hidup Yuki tak pernah berdandan seperti ini, ia tersenyum miris. Impian menikah dengan orang yang ia cintai musnah sudah, pernikahan apa yang sedang ia laksanakan ini? hatinya bimbang namun ia tak boleh mundur.
"Yuki aku bertanya sekali lagi kau serius menikah dengan pria bejat itu? Mengapa kau seperti ini tak ada kabar lalu kau mengejutkan ku tentang pernikahan mu ini, apakah kau sudah mulai mencintainya?" tuding Prilly yang baru saja masuk ke kamar Yuki.
Yuki beralih dari cermin menatap prilly yang masih menatapnya tak percaya. Ia tersenyum tipis menghampiri prilly yang duduk di kasurnya.
"Jawab ki, jika kau mengatakan kau tidak mencintainya dan hanya terpaksa untuk menikah maka aku akan membawamu pergi sekarang juga." ucap Prilly menggebu menatap manik coklat sang sahabat dengan tajam.
"Aku mencintainya."cicit Yuki pelan meyakinkan Prilly.
"Aku tidak yakin! Mengapa kau cepat sekali berubah. Dulu kau memohon padaku untuk membawamu pergi, namun sekarang kau menerima pernikahan ini. Apakah kau di ancam pria tua tu hah"
"tidak Prilly, aku baru sadar jika aku mencintainya. Aku harap kau menerima keputusan ku" jelas Yuki dengan mata memandang segala arah tak berani menatap ke arah Prilly. Hatinya sesak, mengucapkan kebohongan pada sahabat yang selalu baik padanya, namun ini semua demi kebaikan sahabatnya jika tidak, Yuki tak tau apa yang terjadi. Mungkin Yuki akan terus di hantui oleh rasa bersalah karena tak bisa melindungi sang sahabat dari pria yang akan menjadi suaminya.
"Aku takut Pril"gumamnya dalam hati
"biarlah aku berkorban sekali saja, biarkan aku yang merasakan penderitaan ini. Asal jangan kamu dan keluarga ku."
Prilly memeluk Yuki sangat erat, gadis itu terisak. Ia yakin ada yang tak beres dengan sahabatnya, mengapa dengan mudah sekali Yuki mengubah keputusannya yang ia tau, Yuki adalah wanita yang teguh dengan pendiriannya.
"Hei, mengapa kau menangis? Seharusnya kau bahagia aku akan menikah jangan merusak riasan wajahmu."ucap Yuki terkekeh menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Kau bahagia?"
"Ya, aku bahagia."
"Berjanjilah untuk selalu bahagia, jika dia menyakitimu maka datanglah padaku, aku akan membawamu pergi." ucap Prilly serius.
Yuki mengangguk, gerakan jarinya menghapus jejak air mata Prilly.
"Kau sangat cantik Yuki."
"Kau juga Prilly."
Keduanya tertawa, menghapus kesedihan yang mereka rasakan.
"Pak tua itu sudah menunggumu, ayo kita keluar."
"Baiklah."
Suasana rumah yang sangat ramai di tambah hiasan yang sangat cantik membuat Yuki terpesona menatap keliling rumah yang sebenarnya ia juga tak tau rumah siapa, Al membawanya ke sini tanpa memberitahu sebelumnya, ini bukan rumah mertuanya. Walau Yuki baru sekali ke sana, ia sudah hapal bagaimana rumah mertuanya.
Al dengan gagah duduk di depan ayah Yuki dan juga pak pengulu, pria itu memakai kemeja berwana putih dengan jas berwarna hitam menambah kesan dewasa dan tegasnya seorang Seano Aldebaran. Matanya tak pernah lepas menatap calon istri yang berjalan ke arahnya, sungguh ia tak rela banyak sepasang mata menatap istrinya dengan decak kagum. Andai saja ini bukan hari pernikahannya sudah ia congkel mata yang metatap Yuki tanpa berkedip itu. Yuki duduk di sebelah Al dengan gemetar, menunduk tak berani menatap Al yang sedang menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PSYCHO LOVE
Romance21+ Seano aldebaran kohler yang sering di panggil al menatap tajam seorang mahasiswinya. "kamu milik saya" "saya milik orang tua saya pak" "saya gak perduli, sekarang kamu milik saya"ucap al berlalu pergi meninggalkan gadis tersebut. Yuki mentari...