21. a pshyco love

7.5K 412 83
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Pelukan erat dan kecupan hangat ia berikan pada sang istri yang baru saja bisa ia tidurkan, Al menghela nafas pelan saat tangis sesugukan masih terdengar di bibir Yuki walau mata wanita itu sudah terpejam. Siapa yang tak syok mendengar kabar bahwa Prilly kecelakaan dan sekarang dalam keadaan kritis. Bagi Yuki Prilly adalah sahabat terbaiknya, gadis yang tak memandang kasta. Yang mau berteman dengan Yuki si gadis miskin dulunya.

"sssttt, tidur sayang aku di sini."bisik Al lembut ketika ia masih mendengar tangis yang menyayat hatinya. Bahkan mata istrinya sampai bengkak karena terus menerus menangis tanpa henti, meraung ingin bertemu dengan Prilly. Tetapi Al sadar kondisi Yuki yang seperti ini tak mungkin untuk menemui Prilly maka dari itu Al menunggu waktu di mana Yuki sudah tenang. Bahkan Al merasa bersalah telah membentak istrinya yang terus menangis, bukan kesal atau marah. hanya saja Al ingin Yuki menghentikan tangis yang membuat hatinya berdenyut sakit.

Mata itu perlahan terbuka kembali, menatap Al dengan mengiba. Air mata sudahengering di ganti dengan rasa perih yang luar biasa.

"Mau ketemu Prilly."ucapnya serak.

Al menghela nafas, seperti apa bujukannya terhadap Yuki untuk membuat wanita itu tertidur nyatanya tak mampu membuat Yuki terpejam lama hanya seperkian menit saja mata indah yang tampak sayu itu terbuka.

"Nanti kita bakal ketemu Prilly, tapi sekarang istirahat dulu. Kamu sangat kacau hari ini sayang."

"Gak mau, mau ketemu Prilly sekarang."

Al merasa kasihan dan juga merasa geli kala mendengar rengekan manja dari Yuki yang hampir menangis kembali, suara manja itu sangat merdu terdengar di telinganya.

"Lihat mata indah ini sudah bengkak dan memerah, apa tidak perih sayang."ucap Al lembut mengecup kelopak mata Yuki bergantian.

"Perih."ucap Yuki yang ingin menangis kembali

"Kita sembuhkan mata indah kamu dulu baru setelah itu bertemu dengan Prilly bagaimana? Aku yakin Prilly baik-baik saja." tawar Al

"Tapi kata Hans, Prilly..."

"Hilangkan pemikiran burukmu sayang, kita istirahat dulu, setelah itu aku janji akan menghantarkanmu ke rumah sakit untuk bertemu dengan Prilly."

"Kamu yakin Prilly akan baik-baik saja kan? Kamu tidak berbohong padaku kan?"

Al menatap Yuki meyakinkan istrinya bahwa Prilly baik-baik saja walau sebenarnya ia juga ragu ketika Hans menelponnya dengan suara gemetar, ah pria itu sangat bodoh dengan perasaannya juga bisa menasehati dirinya tentang perasaannya terhadap Yuki tetapi Hans sendiri? Lebih bodoh dari dirinya yang hampir kehilangan Prilly, ingin sekali Al mengumpat di depan Hans sekarang. Bisa menasehati tetapi tidak bisa membuktikan, dasar Hans sialan.

"Aku Yakin sayang."

"sekarang tidur ya."bujuk Al

Yuki mengangguk memejamkan mata di pelukan hangat suaminya, Al tersenyum mengecup kelopak mata Yuki yang sudah terpejam. Ia ikut memejamkan mata kala rasa kantuk mulai menguasainya, pelukannya semakin erat ketika rasa nyaman ia rasakan. Al tersenyum dalam tidurnya karena ini baru pertama ia merasa kehangatan setelah 40 tahun hidupnya ia habiskan membentengi dengan es yang beku.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Langkahnya tidak sabaran menarik tangan kekar sang suami ketika mereka sudah sampai di lorong rumah sakit tempat Prilly di rawat.

"Al ayo cepat!" ucap Yuki yang tidak sabaran

"Sabar sayang nanti kita bisa terjatuh."

"Gak bisa, kita harus cepat bertemu dengan Prilly."ucap Yuki galak.

"kembali seperti Yuki yang dulu, galak."kekeh Al dalam hati

"AL."teriak Yuki

"Iya sayang, kamu gak ada sopan-sopannya sama suami. Kita beda 15 tahun loh sayang, panggil mas, kan enak di dengar."dengus Al

"Bodo' cepat om Al."

"coba ucapkan sekali lagi sayang."ucap Al memicingkan matanya ke arah Yuki.

"Aku tidak mrngucapkan apapun."

"Telinga ku masih berfungsi dengsn baik sayang, jadi aku mendengarnya dengan jelas kau menyebutku..."

"Mas Al ayo ih."ucap Yuki kesal.

Al mengulum senyum tipis mendapat panggilan baru dari Yuki yang membuat hatinya bahagia.

"Panggilan itu terasa sangat indah jika kau yang mengucapkannya."

"Jangan cerewet diam."

Lagi dan lagi Al tersenyum geli melihat tingkah Yuki yang sangat menggemaskan di matanya, ah lucu sekali istrinya. Pandangan Al beralih pada Hans yang kacau di kursi tunggu rumah sakit di ujung sana, ia dengan cepat menarik Yuki dengan cepat menuju Hans. Yuki syok melihat darah yang memenuhi baju Hans, apakah...apakah itu darah sahabatnya? mengapa banyak sekali. Yuki lemas di buatnya untung saja Al sigap memeluk pinggang Yuki.

"Bagaimana keadaan Prilly, Hans?"tanya Al yang mewakili Yuki.

Hans diam, bukan ia tak ingin menjawab tapi lidahnya keluh tak mampu berucap saat baru saja dokter mengatakan jika Prilly, orang yang ia cintai berjuang antara hidup dan mati. Hans tak sanggup untuk kehilangan untuk kedua kalinya, tubuhnya luluh lantah melihat mata indah yang menatapnya dengan binar kini tertutup dengan banyaknya selang medis yang melekat pada tubuh gadis itu. Alat pendeteksi jantung yang berbunyi membuat degup jantung Hans menggila, tidak Hans tidak ingin melihat garis luruh terpampang di sana, dia belum sempat mengatakan jika ia juga mencintai Prilly. Hans mencintai Prilly sejak dulu hanya saja dulu Hans tak ingin egois karena Prilly masih remaja masih banyak waktu yang panjang untuk masa depan gadis itu hingga ia memilih Angel sebagai pendamping hidupnya, kehadiran Angel membuat dengan perlahan ia menhilangkan rasanya untuk Prilly tapi rasa itu hadir kembali saat gadis itu menyebut namanya dengan lembut.

"Hans jawab, Prilly tidak apa-apakan?"tanya Yuki dengan suara gemetar

"dia...dia kritis, ini semua salahku."ucap Hans lirih

"Prilly."ucap Yuki dengan tubuh terhuyung di pelukan Al.

Dokter dan suster berbondong-bondong memasuki kamar rawat Prilly membuat Hans menegakkan tubuhnya.

"Ada apa dok.?" ucap Hans berhasil mencegah salah satu dokter yang menangini Prilly.

"Pasien mengalami kejang-kejang kami harus mengambil tindakan sekarang, terjadi pendarahan yang sangat hebat di bagian kepala kemingkinan pasien..."

"CEPAT LAKUKAN PENANGANAN YANG TERBAIK UNTUK KEKASIH SAYA." ucap Hans lantang tak bisa mengontrol dirinya.

"Dokter jantung pasien berhenti."ucap salah satu suster dengan panik. Dokter tersebut langsung memasuki ruang ICU dengan cepat

"Prilly."isak Yuki ambruk di pelukan Al membuat Al panik.

Bruk..

Hans jatuh terduduk, "tidak, tidak mungkin" itu tidak benar prilly tidak akan meninggalkannya. Tidak akan. Hans tidak akan membiarkan Prilly pergi membawa semua cintanya.

"Tuan, dia ti..dak ak..an me...ning..gal...kan...sa..ya...kan."

"Berdoalah, aku akan membawa Yuki ke ruang dokter."

Al meninggalkan Hans yang menangis tanpa suara di sana.

"hiks...hikss."lolos sudah tangisnya tak sanggup membayangkan apa yang terjadi

Prilly tidak boleh meninggalkannya.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Mau tanya dong, pembaca setia Alkivers dari mana aja sih? Adakah yang sedaerah dengan aku?😁😁😁

1 desember 2019



A PSYCHO LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang