Part 6

788 55 19
                                    

Acara resepsi masih berlangsung,
dan kedua mempelai terus berdiri
menyambut tamu-tamu yang
datang. Mereka tidak henti-hentinya
tersenyum dan menyalami setiap
tamu yang memberikan ucapan
selamat. Meskipun terasa
melelahkan, Jodha menyembunyikan
rasa lelahnya karena tidak ingin
mempermalukan Jalal yang sudah
berstatus suaminya.

"Kau pasti lelah ya." ucap Jalal
penuh perhatian pada istrinya.

"Sedikit, tapi aku masih kuat."
balas Jodha tersenyum paksa.

"Ingat! Aku sekarang suamimu.
Jangan menyembunyikan hal sekecil
apapun dariku." tegas Jalal.

"Hah suami?! Kau lupa ya pernikahan
kita kan hanya pernikahan kontrak."
sahut Jodha seolah tak sadar mereka
saat ini sedang berada di tempat
umum. Jalal segera memeluk
pinggang istrinya dan mencium
bibirnya sekilas.

"Kau gila?! Bagaimana kalau ada
yang lihat?" kata Jodha panik.
Jalal terkekeh pelan.

"Jika ada yang melihat pun tidak
akan jadi masalah, hampir seluruh
India sudah tahu bahwa kita adalah
sepasang suami istri." balas Jalal
mengingatkan tentang status
mereka sekarang.

"Tapi kenapa kau menciumku
tiba-tiba?" tanya Jodha lagi.

"Karena mulut pedasmu ini perlu
dibungkam agar lain kali tidak
bicarakan hal sembarangan." jawab
Jalal sambil mengusap bibir Jodha
dengan jempolnya.

"Memangnya aku bicara apa?"
Jodha balik bertanya.

"Tentang perjanjian itu." Jalal sengaja
tidak menyebutkan detailnya karena
ia sadar masih di tempat umum.

"Oh tentang pernikahan kontr...
mmmpphhtt.." ucapan Jodha
terpotong oleh ciuman suaminya.

"Sudah aku bilang jangan
membicarakan hal itu di tempat
umum, sekali lagi kau membahasnya
aku akan menciummu lebih panas
dari yang tadi." ancam Jalal setelah
melepaskan ciumannya.

"Iya maaf.."

"Aku maafkan, tapi jika sekali lagi
kau bicarakan hal itu. Jangan
salahkan aku bibirmu akan bengkak
oleh ciumanku." ancam Jalal lagi.
Jodha cepat menutup mulutnya,
takut Jalal kembali menciumnya.

"Tidak perlu ditutup seperti itu juga,
aku hanya akan menciummu jika kau
membicarakan tentang pernjanjian
bodoh itu." ucap Jalal sedikit kesal.

Jodha menurunkan tangannya dan
duduk di pelaminan saat merasakan
penat di kakinya akibat terlalu lama
berdiri. Jalal, yang memperhatikan
kondisi istrinya, segera ikut duduk
di sampingnya. Dengan penuh
perhatian, Jalal merangkul bahu
istrinya dengan lembut.

"Sepertinya kau sangat lelah,
kita pulang saja ya?"

"Tapi acaranya belum selesai."

"Mereka pasti mengerti."

"Ta-pp..."

Belum sempat Jodha protes, Jalal
telah lebih dulu menggendongnya
ala bridal style, reflek Jodha
mengalungkan kedua tangannya
dileher suaminya. Jalal turun dari
pelaminan dengan Jodha dalam
gendongannya.

Kedua orangtua Jalal, keluarga
besar Jalal dan para tamu undangan
menatap kagum ke arah Jalal yang
terlihat sangat perhatian terhadap
istrinya.

"Istriku, aku sangat bahagia pada
akhirnya dia menikahi Jodha,
walaupun aku masih belum bisa
menerima dia lebih memilih
impiannya daripada meneruskan
perusahaan kita, tapi aku lega putra
kita mendapatkan istri yang baik."
ucap Humayun pada istrinya,
Hamidah tersenyum lembut.

"Kau benar, dan aku bisa melihat
dari mata keduanya, mereka masih saling mencintai. Perpisahan mereka sebelumnya tidak membuat rasa
cinta dihati mereka hilang." Hamidah
menimpali ucapan suaminya.

Pernikahan Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang