Part 3

857 48 11
                                    

Hari ini hari kepulangan Jalal dan Jodha ke India, entah ini takdir atau sebuah kebetulan. Jodha dan Jalal kembali satu pesawat dan juga satu tempat duduk. Jodha terus gelisah karena merasa tak nyaman dengan keberadaan Jalal di sebelahnya, sedangkan Jalal hanya bersikap santai
seolah ia tak terpengaruh akan
keberadaan Jodha.

"Kau kenapa? Sejak tadi aku lihat
kau terlihat gelisah. Apa kau takut?" tanya Jalal berpura-pura tidak tahu, padahal sebenarnya ia tahu apa
yang membuat Jodha gelisah.

"Aku tidak takut. Hanya saja aku merasa tak nyaman satu pesawat lagi denganmu." jawab Jodha jujur tanpa menyadari perubahan raut wajah Jalal yang tadinya santai kini menjadi
kesal menahan amarah.

Tapi bukan Jalal namanya jika tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, dengan santai Jalal menyandarkan kepalanya di bahu kiri Jodha.
Jodha yang merasa ada sesuatu yang mengenai bahunya langsung menoleh kesamping dan terkejut mendapati
kepala Jalal bersandar di bahunya.

"Hei apa yang kau lakukan?!! Jangan
menyandar di bahuku, kepalamu itu
keras dan juga berat." protes Jodha
setengah kesal.

"Aku sangat lelah, biarkan seperti ini.
Aku merasa nyaman." gumam Jalal
tanpa mengangkat kepalanya dari
bahu Jodha.

"Aku juga lelah, Jalal. Kalau kau
lelah kita bisa tukeran tempat duduk."
tawar Jodha karena ia duduk dekat
jendela.

"Tidak mau, lebih nyaman seperti
ini." tolak Jalal masih memejamkan
matanya.

Jodha akhirnya membiarkan saja
mantan tunangannya itu bersandar
di bahunya, percuma juga dirinya
menolak karena Jalal selalu suka
melakukan apa yang diinginkannya.

Jalal lebih dulu keluar dari bandara,
sedangkan Jodha masih di dalam
menunggu kedua temannya untuk
menjemputnya.

"Kita mau kemana dulu Tuan?"
tanya Supir Jalal yang bertugas
menjemput aktor terkenal itu.

"Antarkan aku ke rumah yang
baru aku beli." jawab Jalal datar
sembari masuk ke dalam mobil
dan duduk di kursi belakang.

Tanpa membantah, sang supir
langsung melaksanakan perintah
Jalal menuju rumah baru Jalal.

Ponsel Jalal berbunyi, cepat Jalal
menerima panggilan telpon itu.

"Bagaimana?"

"..."

"Bagus. Rumahnya sudah bisa
ditempatikan, aku sangat lelah dan
ingin istirahat sebentar sebelum
menghadiri resepsi pernikahan
rekan kerjaku."

"..."

Jalal memutuskan panggilan
telpon lebih dulu, ia menghela
nafas berat.

"Aku tidak menyangka perjalananku kali ini tak terlalu membosankan, apa mungkin karena pertemuan kembali
aku dengan Jodha. Entahlah, yang
pasti aku merasa bahagia  bisa
bertemu dengannya lagi." batin Jalal
tersenyum.

Jalal mengingat moment-moment
singkatnya bersama Jodha beberapa
hari belakangan ini.

___

"Kenapa mereka belum menjemput
aku juga, perasaanku jadi tidak enak."
gumam Jodha pelan dan ada sedikit
kekhawatiran diakhir kalimatnya.

"Selama aku berlibur, mereka
berdua sama sekali tak bisa
dihubungi. Membuatku khawatir
saja." karena yang ditunggu-tunggu
tidak datang juga, terpaksa Jodha
pulang sendiri kerumahnya.

Pernikahan Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang