Part 8

825 43 12
                                    

Jodha dan Jalal pulang ke rumah
ketika malam sudah larut. Jalal
mengikuti Jodha dari belakang hingga
mereka tiba di depan kamar. Tanpa
menyadari kehadiran Jalal, Jodha
langsung masuk ke kamar mandi
untuk mencuci muka dan menggosok
giginya. Saat keluar dari kamar
mandi, Jodha terkejut melihat Jalal
berdiri di depannya, wajahnya
tampak serius namun lembut.
Mata mereka bertemu, dan keheningan malam terasa semakin pekat di antara mereka, perlahan
Jalal melangkah mendekati Jodha,
mendekatkan wajahnya, tanpa
banyak kata Jalal mencium bibir istrinya itu dengan lembut, Jodha
memejamkan matanya menikmati ciuman lembut Jalal.

Merasa Jodha tak menolak
ciumannya, Jalal meraih tengkuk
Jodha dengan sebelah tangannya,
tangan satunya dia gunakan
menahan pinggul Jodha agar
menempel pada tubuh depannya.
Jalal memperdalam ciumannya,
dilumatnya bibir Jodha dan sesekali
memiringkan kepalanya ke kanan
kiri guna sedikit menghirup udara.

Setelah dirasa cukup lama, Jalal
menyudahi ciumannya dan berganti
menempelkan dahi mereka. sepasang
suami istri itu saling memandang satu sama lain, tatapan kali ini bukanlah
tatapan biasanya, melainkan tatapan penuh dengan cinta.

"Aku mencintaimu Jodha.."
entah sadar atau tidak, Jalal
mengungkapkan cintanya
pada Jodha.

Jodha terdiam tidak tahu harus
menjawab apa, sadarkah suaminya
saat mengatakan kata Sakti itu?
Jodha takut kalau dirinya hanya
salah dengar saja, akan sangat
memalukan jika dia meminta Jalal
mengulangi ungkapan cinta Jalal.

"Ya aku mencintaimu Jodha.
Sangat sangat mencintaimu..."
ungkap Jalal sekali lagi.

Jalal memeluk Jodha dengan
erat, ia sekarang sudah tak peduli
lagi seandainya Jodha telah
melupakannya, yang pasti ia tidak
mau terus menerus memendam
perasaannya terhadap Jodha.

"Jj-jalal.. kk-kau pasti bercandakan?" tanya Jodha seolah tak percaya akan ungkapan cinta Jalal untuknya.

"Kali ini aku tak bercanda. Aku benar-benar masih mencintaimu Jodha." jawab Jalal penuh keyakinan.

"Jalal, kau harus ingat, pernikahan
kita hanyalah kontrak." ujar Jodha
mengingatkan tentang perjanjian
kontrak mereka.

"Aku tidak peduli dengan itu semua.
Dan aku pun juga sudah merobek
surat perjanjian kita. Jadi, mari
kita jalani pernikahan ini seperti
pasangan pada umumnya."

"Tapi.."

"Apalagi Jodha?!"

"Bagaimana dengan karirmu?"

"Kita sudah menikah, jadi tidak
perlu ada yang dikhawatirkan lagi."

"Bukannya dulu kau bilang
manajermu melarangmu untuk
menikah?" tanya Jodha yang kembali
mengingat awal penyebab hubungan
mereka berakhir waktu itu.

"Ya, itu memang benar. Manajerku melarang waktu itu karena pada
saat itu masih awal debutku, kalau sekarang aku sudah terkenal, aku bebas memilih pasangan yang aku
inginkan." jawab Jalal menjelaskan
dengan santainya, tanpa ia sadari
raut wajah Jodha menjadi sedih.

"Sepertinya kau lupa, baiklah.
Biar aku ingatkan. Dengar ya Tuan Jalal terhormat, kita menikah karena nama baikmu terlanjur tercemar.
Kau ketahuan sedang tinggal berdua dengan seorang wanita dan wanita
itu adalah aku. Kau menikahi aku bukan karena menginginkanku tapi karena kau tak mau di cap buruk
oleh fans dan orang-orang di luaran sana." tegas Jodha penuh penekanan dalam setiap kata-katanya.

"Terserah kamu saja kalau memang
ingin bercerai sesuai kesepakatan
awal. Baik, aku akan membuat surat
perjanjian baru, dan menambahkan
beberapa poin tambahan," ujar
Jalal dengan tegas.

Pernikahan Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang