Part 9

885 54 15
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu Jalal
akhirnya tiba. Sudah saatnya Jodha
mengetahui tentang pesta ulang
tahun pernikahan mereka. Jalal tidak
sabar ingin melihat reaksi Jodha saat
ia mengungkapkannya nanti.

Tepat pukul 9 malam, Jalal sampai
di rumah. Seperti biasa, Jodha selalu
menunggunya di teras. Jalal melihat
istrinya menghampirinya yang baru
saja membuka pintu mobil. Tanpa
diduga oleh Jodha, suaminya itu
tiba-tiba saja merangkul pinggangnya.

"Jalal, apa yang kau lakukan?Lepaskan!" Jodha berusaha
melepaskan rangkulan Jalal
di pinggangnya.

Namun, bukannya menuruti
perkataan istrinya, Jalal malah
semakin erat memeluknya. Ia
menghadapkan tubuh Jodha yang
hanya lima sentimeter lebih tinggi
darinya. Diambilnya kedua tangan
Jodha dan dikalungkannya
di lehernya. Kedua tangan Jalal menarik pinggul Jodha hingga tubuh mereka menempel dengan sempurna.
Jodha menjadi salah tingkah dengan kedekatan mereka yang begitu intim ini, sementara Jalal menikmati wajah Jodha yang bersemu merah sambil tersenyum menggoda.

"Jalal, tolong jangan menatapku
seolah-olah ingin memakanku," kata
Jodha sambil menunduk, tidak berani
menatap langsung suaminya.

"Kalau saja kau mengizinkanku
untuk menyentuhmu, saat ini juga
aku benar-benar akan melakukan
tugasku sebagai seorang suami," balas
Jalal serak menahan gairah, baginya
istrinya ini begitu menggairahkan.

Andai saja ia tidak ingat dengan
janjinya tidak akan menyentuh
Jodha sebelum Jodha memberi izin
terhadapnya, mungkin sejak awal-
awal pernikahan mereka, dia sudah
meminta hak nya sebagai suami
pada Jodha.

"Jalal. Kau harus ingat pernikahan
kita tidak seperti pada pasangan
umumnya." ucapan Jodha membuat
Jalal marah juga kesal, ia melepaskan
rangkulannya dengan kasar.

Tanpa bicara Jalal masuk lebih
dulu ke dalam rumah meninggalkan Jodha yang masih berdiri di depan mobilnya. Jodha menghela nafas lalu menghembuskannya pelan. Bahkan Jalal membatalkan niatnya untuk
memberitahu Jodha tentang hari ulangtahun pernikahan mereka.

"Seharusnya tadi aku jangan
bicara seperti itu, Jalal pasti kecewa.
Maafkan aku, Jalal. Aku dapat merasakan bahwa kau memang
masih mencintaiku tapi aku takut
kau akan meninggalkanku lagi
seperti dulu." gumam Jodha sedih
dan merasa bersalah, matanya
berkaca-kaca, saat airmatanya
ingin keluar buru-buru Jodha menghapusnya.

~~

Sejak awal menikah, Jalal selalu
memaksa Jodha tidur seranjang
dengannya. Namun, semalam Jalal
menyuruh Jodha tidur di kamar
yang ditempatinya sebelum mereka
menikah. Entah kenapa, Jodha
merasa sedih karena Jalal tidak
biasanya menyendiri. Jodha menyesal
telah menolak perlakuan manis
Jalal padanya kemarin malam.

Sekarang sudah pukul 12 siang,
tetapi Jalal belum keluar kamar juga,
bahkan tidak sarapan. Jodha khawatir
suaminya jatuh sakit. Dia tahu betul
bahwa Jalal akan cepat sakit jika telat
makan. Dengan memberanikan diri,
Jodha mengetuk pintu kamar Jalal.
Entah apa yang dilakukan suaminya
di dalam kamar, suami kontraknya
itu malah tidak membuka pintunya,
membuat Jodha semakin khawatir.
Pikiran buruk tentang Jalal yang
pingsan memenuhi isi kepala Jodha.
Sekali lagi Jodha mengetuk pintu,
Jalal tetap tidak membukanya.

Seketika Jodha ingat bahwa ia
mempunyai kunci cadangan kamar
Jalal yang disimpannya di kamarnya
yang dulu. Bergegas Jodha
mengambilnya dan kembali lagi
ke depan kamar Jalal.

Setelah berhasil membuka pintu
menggunakan kunci cadangan,
Jodha mulai masuk perlahan. Jalal
tidak ada di tempat tidurnya, tetapi
dia mendengar bunyi shower dari
dalam kamar mandi. Kemungkinan
Jalal sedang mandi.

Pernikahan Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang