Part 18 End

30 0 0
                                    

Flashback_On

Seminggu setelah pertunangan
mereka, Jalal mulai ikut audisi untuk
film maupun serial. Menjadi seorang
aktor adalah impian Jalal sejak kecil,
namun ayahnya tidak setuju dengan
keinginan tersebut. Ayahnya lebih
suka Jalal menggantikannya
di perusahaan.

Setelah selesai audisi, Jalal sangat senang karena ia berhasil lolos untuk menjadi pemeran utama pria dalam sebuah serial. Di luar, Jodha yang sedang menunggunya, segera menghampiri Jalal. Jalal menatap Jodha dengan tatapan dalam.

"Bagaimana hasilnya?" tanya
Jodha penuh harap.

Jalal tidak langsung menjawab. Ia
memasang wajah sedih seolah-olah
dirinya gagal.

"Tidak apa-apa, kau harus lebih bersabar lagi. Aku yakin kau pasti akan lolos dan menjadi aktor terkenal suatu hari nanti," ujar Jodha, mengira Jalal  tidak lolos audisi. Jalal menahan
senyumnya, membuat Jodha semakin
heran melihat Jalal yang seperti
ingin tertawa namun ditahan.

"Jalal, jangan membuatku penasaran. Ayo cepat katakan!" desak Jodha
yang tidak sabar.

Jalal menuntun Jodha untuk
duduk di kursi tunggu, lalu berlutut
di hadapannya.

"Aku lolos menjadi pemeran utama pria dalam sebuah serial yang akan diproduseri oleh Ekta Kapoor," kata Jalal dengan penuh kebahagiaan.

Mata Jodha berbinar bahagia. Jalal
meraih Jodha dan memeluknya erat.
Jodha sedikit membungkuk karena
tidak siap Jalal tiba-tiba memeluknya.

Sore harinya Jalal mengajak Jodha
kerumahnya untuk memberitahukan
kabar bahagia ini.

Mereka berdua saat ini makan
malam bersama dengan orang tua Jalal, Humayun hanya menunjukkan wajah datarnya, semenjak Jalal memutuskan lebih memilih mengejar impiannya, hubungan Ayah dan
anak itu sedikit merenggang.

"Bagaimana dengan audisimu Jalal?"
tanya Hamidah, ibunya Jalal.

"Aku lolos audisi dan dipercaya
menjadi tokoh utama pria dalam
sebuah serial yang diproduseri oleh
Ibu Ekta Kapoor," jawab Jalal dengan
antusias. Jodha hanya tersenyum.

"Selamat untukmu, Jalal." ucap
Hamidah dengan tulus.

"Terima kasih Bu."

Ponsel Jalal bergetar. Ia meminta
izin keluar untuk menerima
panggilan telepon.

Jodha tetap diam, sesekali melirik
Ayahnya Jalal yang masih duduk
dengan wajah datar.

"Aku sangat mengerti perasaan
paman, paman pasti sangat ingin
Jalal menggantikannya kelak
di perusahaan. Tapi apa boleh buat,
impian Jalal adalah menjadi aktor
terkenal," batin Jodha.

Jalal kembali ke ruang makan
dengan raut wajah yang berubah
menjadi sedih.

"Jodha,"

"Ya."

"Maaf."

"Kenapa kau tiba-tiba meminta
maaf? Kau tidak berbuat kesalahan
padaku," tanya Jodha dengan heran.

"Mungkin sebentar lagi..."

"Aku semakin tak mengerti, bicara
yang jelas. Jangan membuatku
bingung."

"Kita harus mengakhiri hubungan
kita. Maafkan aku, Jodha."

Jodha terkejut dan berharap
pendengarannya salah. Bagaimana
mungkin Jalal memutuskan
pertunangan mereka di depan
kedua orangtua Jalal? Jodha
menggelengkan kepalanya seolah
tak percaya dengan apa yang
baru saja ia dengar.

Pernikahan Kontrak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang