Part 14

990 30 3
                                    

" Dari orang tua ku ". Ucap nya cepat

Rion mengerutkan dahinya, ia merasa bahwa itu bukan jawaban yang jujur. Rasanya ingin sekali menanyakan nya lagi, tapi ia tidak mau memaksa kekasihnya untuk menjawab nya sekarang.

" Aku cuma bisa berharap, kamu akan kasih tau ke aku apa yang sebenarnya ..... kalau udh siap " . Jawabnya dengan nada selembut mungkin.

Sementara Nara hanya bisa menunduk, karena tiba tiba rasa bersalah itu datang lagi. Ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, tapi ia tidak sanggup. Itu pasti akan sangat menyakitkan buat Rion kekasihnya.

Laki laki sebaik dia, yang rela melakukan apapun, kemudian mendengar kalau dirinya ternyata sudah menikah dengan orang lain karena sebuah perjanjian konyol yang dibuat oleh orang tuanya, pasti dirinya akan sangat sedih dan kecewa.

                                                                                                  ******
Tak terasa jam cepat berlalu sehingga malam pun tiba, sementara keduanya masih berada di kedai es krim. Keduanya saling diam dengan pikirin nya masing masing, hingga akhirnya Rion memecah keheningan diantara mereka

" Ra, ayo pulang, udah malam ".

Perempuan itu hanya menurut dan mengikuti Rion dari belakang dengan kepala yang masih menunduk. Bahkan saat keduanya berada di dalam mobil, tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali, hanya ada suara radio yang mengisi keheningan.

" Hiks....Hiks...Hiks....." 

Rion yang dari tadi serius menyetir mobil langsung menepikan mobilnya sebentar setelah mendengar nara menangis. 

" Keluarin aja, jangan ditahan " ucapnya selembut mungkin dan benar saja setelah  mengucapkannya, tangisan nara semakin kencang dan itu membuatnya bingung. sebenarnya apa yang terjadi?? kenapa seperti ada rasa bersalah yang nara sembunyikan?? karena tidak mungkin ia menangis sampai sebegitunya, pasti ada sesuatu. 

Tapi rion bukanlah tipe lelaki yang memaksa kekasihnya untuk cerita, ia tidak akan memaksa sama sekali. Lebih baik ia menunggu hingga nara benar-benar siap untuk memberitahu masalahnya karena dari yang ia lihat, ini bukan masalah kecil melainkan masalah besar.

Sementara nara yang sedari tadi masih menangis, langsung menghentikan tangisannya dan mencoba sedikit demi sedikit untuk memberitahukan yang sebenarnya meskipun ia tidak akan langsung.

" Rion, aku mau cerita ".

Laki-laki itu menengok ke arah sumber suara yang mengusik telinganya, dan dapat ia lihat nara dengan mata merah sembabnya dan suara khas orang yang habis menangis.

" Aku tadi udah bilang kan, kalau kamu belum siap........gapapa, jangan dipaksa......daripada kamu nangis lagi ".

" Tapi semakin aku tahan, rasanya justru semakin membuat rasa bersalah itu bertambah besar ". nara sekuat mungkin menahan air mata nya agar tak jatuh lagi

" Tuh kan.....kamu bicara kayak gitu aja udah kelihatan mau nangis lagi.....ra dengar.....aku ga pernah maksa kamu untuk cerita dan kalau kamu tadi bilang rasa bersalah yang semakin besar, mungkin aku ga tau itu apa, tapi yang cuma mau aku bilang kalau kamu selalu melihat dari sisi itu mungkin rasa sedih nya ga akan pernah hilang atau susah. Daripada kamu sedih, coba kamu lakukan aktivitas yang bisa membuat kamu senang, maksud aku bukan kamu ga boleh nangis, bahkan kalau kamu keluarin semuanya juga gapapa. Tapi itu cuma untuk sehari, besoknya?? kamu pasti akan ceria lagi, ketawa lagi. Jadi kalau kamu mau cerita,  lebih baik saat hati kamu udah siap, untuk menerima risiko nya ".

Risiko?? Ya....apa yang rion katakan benar. Risiko yang mungkin akan ia terima, meskipun dirinya sudah bisa membayangkannya tapi rasa tak tega selalu datang menghampirinya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi saat rion tahu yang sebenarnya. Kecewa?? Sudah pasti, sedih?? jangan ditanya lagi, benci?? entahlah......membayangkannya saja sudah membuatnya takut, takut akan kehilangan dan semuanya. Karena kalau boleh jujur, ia sangat nyaman berada di dekat rion dibandingkan dengan Alvin. Semua perhatian dan sikapnya yang rion berikan padanya membuatnya takut kehilangan lelaki itu suatu saat nanti. Tapi bagaimana pun, biarlah waktu yang akan menjawab. Ia cuma bisa mengikuti alurnya dan akan mengakhirinya jika waktunya telah tiba.

Di sisi lain, rion yang sedari tadi melihat kekasihnya melamun, langsung meniup muka kekasihnya itu hingga membuat nara terkejut .

" Apaan sih ! ".

" Ga baik melamun terus.....lagi mikirin apa si?? Aku ya....hehe " . ledek rion yang disambut pukulan kecil dari nara 

" Aduh! Sakit ra.....kalau kamu pukulin aku, terus nanti masuk rumah sakit dan hasilnya ternyata parah dan aku harus di rawat, gimana ".

" Berlebihan banget si! lagipula aku pukulnya ga kenceng kok ". 

Nara kesal jika rion menunjukkan sikapnya yang seperti ini, tapi entah kenapa ia merasa kalau lelaki itu mencoba menghiburnya.

" Iya iya....aku sengaja kayak gitu biar kamu ga sedih lagi...hehe ". jelasnya sambil tersenyum dan menatap lekat kekasihnya sementara yang ditatap langsung mengalihkan mukanya menghadap jendela mobil. Rion tertawa kecil karena baginya nara terlihat lucu di matanya saat sedang kesal.

" Udah lebih baik kamu menghidupkan mobilnya dan antar aku pulang " ucap nara masih dengan nada kesalnya

" Baik tuan putri " . 

                                                                                                 ********

Satu jam berlalu dan kini, mereka sudah sampai di rumah nara. Perempuan itu langsung keluar mobil setelah berbicara makasih. Tapi sepertinya bagi rion ada satu hal yang tertinggal, ia pun menyusul nara yang sudah setengah masuk ke halaman rumahnya.

" Nara, tunggu sebentar "

" Apa? ".

" Ada yang ketinggalan ".

Nara langsung mengecek semua barang bawaannya tapi sepertinya tidak ada yang tertinggal baik saat di rumah sakit, taman bermain dan kedai es krim.

" Semuanya lengkap kok, ga ada yang tertinggal ". ucapnya dan seketika itu juga rion mengelus puncak kepalanya pelan 

" Itu yang ketinggalan....yaudah kalau begitu aku pulang ya...bye....". 

Setelah mobil lelaki itu menghilang dari pandangannya, seketika senyuman muncul di wajahnya. Rion selalu seperti itu, melakukan hal kecil tapi mampu membuat hatinya senang. Itulah salah satu kebiasaannya yang nara sendiri sudah hafal bahkan saat keduanya masih berteman.

Kemudian ia pun melanjutkan langkahnya memasuki rumah, tapi saat di depan pintu ia melihat ada sepasang sepatu yang ia tahu siapa pemiliknya. Mama?? Kenapa mama nya kemari?? Ada apa??? 




My Husband is GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang