Part 24

197 10 0
                                    

Semenjak hari dimana Alvin bertemu dengan Arion, itu benar-benar membuatnya takut kehilangan Nara. Padahal dulu ia berharap agar perempuan itu bisa pergi dalam hidupnya, tapi saat dirinya sadar akan perasaannya terhadap istrinya, ia tak ingin itu terjadi. Karena sekarang perempuan itu sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

                              *****

Kini keduanya sama-sama saling diam ketika Alvin sudah tiba di kamar, ditambah posisinya yang duduk di tepi kasur dengan jarak yang jauh, terlihat seperti sedang musuhan. Nara mulai tak tahan dan ia pun mendekat kearah Alvin sembari menggenggam tangan lelaki itu.

" Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" ucapnya dengan nada yang terdengar khawatir.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Nara sebenarnya sangat mudah untuk menjawab 'tidak' . Tetapi hatinya justru berkata lain, namun demi menutupinya akhirnya ia menggeleng sebagai jawaban.

" Aku tidak percaya. Pasti ada sesuatu di antara kalian," jawab Nara sembari menatap Alvin.

" Tidak usah dibahas ya, lebih baik kita tidur. Sudah malam," tuturnya sembari berjalan menuju lemari untuk berganti pakaian dan meninggalkan istrinya yang masih duduk di tepi kasur.

Nara hanya menghela napas panjang, tapi seketika itu juga matanya membulat ketika tahu apa yang akan dilakukan oleh Alvin .

" APA YANG KAU LAKUKAN ?! " teriaknya sambil mengalihkan pandangan ketika Alvin mulai membuka jas kerjanya yang hanya menyisakan kemeja panjangnya

Mendengar teriakan istrinya justru memunculkan sebuah ide jahil dipikiran Alvin. Ia mulai berjalan kearah perempuan itu lalu menarik salah satu tangan Nara kemudian memojokkannya ke dinding kamar.

" Memangnya apa?" ucapnya dengan tangan yang mulai satu per satu kemejanya dan itu sontak membuat Nara panik. Seolah tahu hal apa yang akan terjadi ditambah Alvin yang menatapnya dalam, dengan cepat dirinya mencari cara untuk bisa menghindar dari posisi ini.

" Kau sangat cantik malam ini," ucapnya sembari mengelus pipi Nara yang terlihat semakin panik.

Mendapat perlakuan seperti itu membuatnya semakin tidak tenang terlebih Alvin yan mulai menyeringai nakal. Namun hingga kini belum ada satu ide pun terlintar di pikirannya, dan akhirnya Nara berhasil menemukannya.

Tepat disaat Alvin mulai memajukan mukanya saat itu juga dirinya menginjak salah satu kaki suaminya.

"AW!" teriak Alvin sambil memegang kakinya yang sakit.

Nara tersenyum puas, tapi rencananya tidak berhenti disitu. Dimana ia langsung mendorong lelaki itu keluar dari kamar kemudian menutup pintunya dan tak lupa menguncinya agar Alvin tidak bisa masuk.

Sementara Alvin yang masih merasa kesakitan, berusaha untuk membuka pintu kamar meskipun ia tahu kalau apa yang dilakukannya sia-sia.

"Hari ini kau tidur di ruang tamu!" ucap Nara dari dalam kamar setengah berteriak dan itu sontak membuat Alvin membulatkan matanya.

Akhirnya lelaki itu memilih menuruti perkataan istrinya, dengan langkah gontai dirinya berjalan menuju sofa yang berada di ruang tamu yang khusus malam ini akan menjadi tempat tidurnya.

Alvin pun langsung merebahkan tubuhnya sambil menghela napas, sembari berpikir kenapa setiap ia ingin menciptakan momen romantis dengan Nara selalu saja gagal dan justru berakhir seperti ini. Entahlah dirinya sendiri juga bingung.

*****

Pagi pun tiba dan seperti biasa, Nara sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat kerja. Namun, ia ingat jika masih ada satu orang lagi yang mungkin masih bermimpi indah, siapa lagi kalau bukan Alvin.

Jujur saja rasanya Nara masih merasa kesal atas apa yang dilakukan oleh lelaki itu, tapi mau bagaimanapun tugasnya sebagai istri harus tetap dilaksanakan.

Akhirnya ia pun melangkah menuju ruang tamu dan benar saja kalau suaminya masih setia memejamkan mata. Nara mendekat lalu menggoyang-goyangkan lengan Alvin tapi usahanya tidak membuahkan hasil.

Hingga tiba-tiba terlintas ide yang ia pikir kalau itu pasti berhasil. Lantas perempuan itu pergi menuju dapur lalu mengambil gelas yang sudah diisi dengan air. Kemudian memercikkannya kearah Alvin.

Sontak lelaki itu terbangun karena ia pikir sedang terjadi hujan, tapi setelah tahu siapa pelakunya entah kenapa rasa kesal mulai menyelimuti hatinya.

"Bisa tidak jika membangunkan suami itu lebih baik sedikit! Misalnya dicium pipinya atau mungkin yang lain. Tapi ini ... ah sudahlah !" ucapnya sembari cemberut, namun terlihat lucu bagi Nara.

" Sudah cepat siap-siap ke kantor. Bajumu telah aku siapkan," kata Nara.

" Tidak biasanya kamu begitu. Berusaha menjadi istri yang baik hmm?" goda Alvin yang masih setia berada di sofa ruang tamu.

" Terserah. Aku berangkat," balas perempuan itu kesal lalu pergi meninggalkan lelaki itu di rumah.

Alvin hanya tersenyum mendengar jawaban istrinya dan ia merasa senang kalau Nara sudah mulai peduli padanya, mungkin usahanya mulai berhasil dalam memperbaiki hubungan rumah tangganya.

Akan tetapi ia masih harus berhati-hati sebab Arion yang merupakan laki-laki dari masa lalu Nara telah kembali.
*****

Sesampainya di rumah sakit, Nara langsung disambut dengan antrean pasien yang cukup banyak, alhasil ia mempercepat langkahnya untuk menuju ke ruangannya.

Tetapi seketika dirinya mematung melihat lelaki berpakaian serba hitam lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajanya tengah berada di dalamnya.

Terkadang Nara penasaran akan siapa orang itu, sebab lelaki itu pernah menyelematkannya di pasar malam, lalu sekarang datang ke rumah sakit tempatnya bekerja dan bagaimana caranya pria itu bisa tahu.

" Siapa sebenarnya dia?" ucapnya dalam hati

My Husband is GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang