Part 22

228 17 2
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Akhirnya mereka sampai di pasar malam yang terlihat cukup ramai.

" Ayo turun," ajak Alvin sambil membuka pinti mobil dan terlebih dulu masuk ke dalam pasar

Nara melakukan hal yang sama, namun ia sedikit mempercepat langkahnya karena lelaki itu berada jauh didepannya. 

Saat sudah berhasil mensejajarkan langkah, Nara langsung mengenggam tangan Alvin.

" Aku takut kita terpisah," ungkapnya.

Mendengarnya justru membuat sebuah senyum kecil terbit di wajah Alvin. Mungkin apa yang istrinya ucapkan terdengar biasa, tapi entah mengapa ia merasa ... senang? Namun dengan cepat Alvin menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan perasaan yang tak dapat dijelaskan itu.

Sementara Nara yang melihat sikap aneh suaminya, menjadi bingung sambil berpikir apakah dirinya salah bicara? Tapi sepertinya tidak. Entahlah lagipula ia tak mau terlalu memikirkannya. Lebih baik jika sekarang masuk dan menikmati setiap momen di pasar malam.

" Ayo masuk," ajaknya.

                                                                                            *******

Mereka menelusuri setiap sudut pasar itu, mulai dari mengunjungi kedai makanan hingga wahana permainan sederhana sampai akhirnya kini keduanya berada di bianglala sederhana sambil menatap pemandangan malam ditemani dengan kesunyian, karena tidak ada yang memulai percakapan.

Hingga akhirnya Alvin memberanikan diri untuk memulai percakapan 

" Maaf, baru bisa mengajakmu ke tempat ini ... bukan ke tempat ma-"

" Aku tetap senang, asal itu bersamamu," sahut Nara dengan senyum lebarnya

Entah sudah berapa kali  Alvin tersenyum karena sikap atau perkataan istrinya. Rasanya ia benar-benar menyesal jika mengingat bagaimana dirinya dulu memperlakukan perempuan itu dengan buruk. Namun sekarang ia berjanji untuk menggantinya dengan kebahagiaan.

                                                                                              *******

Setelah menaiki wahana itu, mereka memutuskan untuk membeli minuma terlebih dulu sebelum pulang ke rumah. Tapi saat keduanya melihat antrean yang cukup panjang, membuat Nara menghela napas.

Melihat ekspresi istrinya, Alvin menyuruhnya untuk menunggu di tempat wahana bianglala, agar ia saja yang antre. Akhirnya perempuan itu hanya patuh dan kini Nara berakhir seorang diri di wahana itu karena hari sudah semakin malam.

Namun saat keadaan sedang hening, tiba-tiba saja terdengar keributan yang membuat seluruh penjual di pasar itu mencoba bersembunyi demi menyelamatkan diri. Tapi Nara yang mendengarnya justru memberanikan diri untuk mencari sumber kegaduhan itu dan sontak matanya membulat, ketika melihat kerumunan preman tengah marah kepada masing-masing penjual bahkan ada yang sampai dipukuli.

 Terlihat menyeramkan, dan itu membuat dirinya takut. Ia langsung melihat sekeliling berharap menemukan Alvin, saat perasaan takut mulai menyelimutinya. Tapi hasilnya nihil.

Nara semakin takut saat preman itu mulai berjalan kearahnya, meskipun mungkin bukan ia targetnya, tapi sepertinya kini keberuntungan berpihak kepadanya sebab tiba-tiba seseorang menarik tangannya dengan cepat untung bersembunyi di balik tembok wahana bianglala.

Pergerakan yang begitu cepat membuat Nara lupa bagaimana caranya berteriak, ditambah dengan sosok berpakaian serba hitam itu, dari mulai hoodie, topi hingga masker yang dikenakan. Tetapi bagaimanapun seseorang yang tak dikenalinya ini telah berhasil menyelamatkannya.

Tapi tetap saja rasa panik dalam dirinya belum sepenuhnya hilang, ditambah tangannya yang masih digenggam erat oleh orang itu, sehingga dengan cepat ia lepas secara paksa. 

Sadar akan respon yang Nara berikan, seseorang yang kini berada didepannya hanya diam dan menatapnya. Sebelum akhirnya Nara melemparkan pertanyaan yang tak sanggup dijawabnya

" Siapa kamu?! ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi.




My Husband is GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang