Bagian 4

1.2K 39 7
                                    

Setelah acara pernikahan selesai, Nara dan Alvin langsung menuju mobil yang sudah disiapkan oleh kedua orangtuanya.

Selama perjalanan tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut keduanya, hanya suara musik yang terdengar dari dalam mobil.

Hingga tak terasa, kini mobil mereka tepat berhenti di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup besar, jika untuk ditempati 2 orang.

Mereka berdua pun langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah itu. Ketika memasuki rumah, keduanya begitu takjub dengan dekorasi rumah yang terkesan mewah dan megah. 

" Apa ini yang disebut rumah ? ". ucap Alvin yang sedari tadi menatap seisi rumah

" Memangnya apalagi kalau bukan rumah ??? Gubuk menurutmu ?? Sudah tahu rumah masih tanya aja ". jawabnya sinis

" Kenapa nada bicaramu seperti itu ?? Apa yang itu orangtuamu ajarkan padamu sejak kecil??? Setidaknya bicaralah dengan sopan ".

" Jangan pernah bawa-bawa orang tua ku, dan tadi kau bilang aku harus sopan padamu??? Memangnya kau siapa berani mengaturku !! ". jawabnya emosi

" KARENA AKU SUAMI MU ! ". jawab Alvin tak kalah emosi

" Suami??? Cih..memangnya siapa yang menganggapmu suami ??? Aku ?? Jangan harap ". 

Amarah lelaki itu sudah tak tertahankan lagi , rasanya ia ingin sekali memukul wanita yang ada dihadapannya

" Kenapa diam ?? Apa jawaban ku benar ??? ".

Lelaki itu sedari tadi mencoba meredam amarahnya, tapi semakin ia mencoba justru semakin sulit.

" Bisakah kau diam ??? Atau kau akan merasakan akibatnya ". 

" Memangnya apa yang kau lakukan padaku ?? Lagipula aku tidak akan takut ".

Cukup....sekarang amarahnya sudah mencapai puncaknya, dan rasanya perempuan itu pantas untuk mendapatkannya

PLAK

Alvin menampar Nara tepat di pipi kirinya, yang menimbulkan rona merah. Sedangkan nara hanya memegang pipinya sambil mulai meneteskan air mata

" Sudah kuperingatkan bukan?? Tapi kau tidak mau mendengar ku . Maka terimalah akibatnya ".

Nara hanya diam sambil terus menangis 

" Menangislah sesukamu, tapi itu tidak akan ampuh buatku ". sambil berlalu pergi

Nara masih terus menitikan air mata, dia tidak menyangka di malam pertama pernikahannya, ia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Nara mulai merutuki dirinya sendiri, ia benar-benar menyesal telah menyetujui pernikahan ini, dan semua yang dilakukannya hanya untuk kedua orang tuanya. 

Meskipun orang tuanya berpikir kalau dia bahagia, kenyataannya sangat berbanding terbalik . Ia harus merelakan kebahagiannya sendiri dan menanggung semua kesedihan seorang diri. Ia tidak mau kalau orangtuanya sampai tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya.

Senyum adalah cara yang bisa dilakukan saat ini, meski itu hanya senyum kebohongan paling tidak orangtuanya akan berpikir kalau semua baik-baik saja.

Dan tentang perasaannya saat ini....entahlah....ia hanya harus mulai terbiasa dengan semuanya. Melewati hari hari berat seorang diri dan harus bisa untuk menerimanya.

My Husband is GengsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang