Aku melambaikan tangan ke arah Seungyoun setelah sebelumnya dia bertanya letak toko kue milik ibuku. Dia tampak keren dengan gray T-shirt. Aku pun menuntunnya masuk ke dalam toko. Segera kuhampiri Ibu yang tengah sibuk melayani seorang pelanggan.
"Eomma, ini Cho Seungyoun," Aku memperkenalkan Seungyoun pada ibu setelah yang dilayaninya mulai beranjak dari toko.
Ia memerhatikan Seungyoun sejenak. "Cho Seungyoun?"
"Teman baru," jawabku. Satu lirikan mengarah pada Seungyoun.
"Teman baru?" Ibu mencoba memastikan.
"Ne, balasku singkat.
"Annyeonghaseyo." Seungyoun memberi salam dengan membungkukkan punggungnya ke depan.
Ibu segera menyambut, "Anyyeong."
Setelah perkenalan sangat singkat itu, Ibu menawari banyak kue pada Seungyoun. Usai memilih satu meja yang letaknya tak jauh dari pintu, Seungyoun memerhatikan varian kue dan roti yang berderet di sepanjang etalase.
"Banyak sekali roti di sini, benar - benar membangkitkan selera," puji nya. Matanya tak berkedip memandangi kue - kue itu.
"Jangan hanya dipandang, kau coba saja dulu," usulku,
"aku akan mengambilkannya untukmu."Kuambil beberapa potong roti yang terpajang di etalase paling ujung. Tiba - tiba Ibu menghampiriku dan berbisik padaku, "Dia bukan pacarmu, 'kan?"
"Apa yang Ibu katakan?"
Dengan sepiring roti dan dua botol soft drink, aku segera kembali ke meja Seungyoun berada. Aku tidak mau ibu bertanya banyak tentang hubungan kami.
"Enak sekali."
Seungyoun mengunyah roti dengan semangat. Dia tampak menikmatinya.
"Ibuku yang membuatnya dan dibantu oleh dua orang pegawai."
Ini adalah yang kedua kalinya dia makan di depanku. Aku selalu sibuk memperhatikannya sampai lupa dengan makananku sendiri. Melihatnya begitu lahap memakan roti, mengingatkanku pada Yohan saat pertama kali aku mengajaknya ke sini sekitar 10 tahun lalu. Laki - laki itu melahap roti dan sesekali meminum soft drink, lalu melebarkan bibir saat mendapati aku tengah memperhatikannya. Sikap Seungyoun sekarang sedikit persis seperti yang dilakukan Yohan kecil.
Seseorang menarik tanganku tiba - tiba dan menyeretku ke luar toko. Yohan muncul dengan memasang muka masam. Aku segera melepas cengkeraman tangannya.
"Yaa, kau kenapa?!" seruku tanpa berbasa - basi.
"Sudah kubilang jangan berikan nomor ponselku pada Hyeongjun!" serang nya, tatapannya tajam, tepat menujuku.
"Aku tidak melakukannya!" elakku tegas.
"Lalu apa ini?"
Dia menunjukkan sebuah isi pesan di layar ponselnya. Beberapa kalimat dari nomor asing yang tertera dalam pesan itu bisa dipastikan memang dari Hyeongjun.
"Molla! Dia memang memaksaku, tapi aku tidak menurutinya! Aku berani bersumpah!" jawabku seadanya dan mencoba meyakinkan nya.
Dia mulai kembali bicara, namun kemunculan Seungyoun menutup kembali mulutnya.
"Ada apa?" Seungyoun tampaknya melihat ketegangan antara kami dari dalam toko.
Yohan menatap geram pada Seungyoun, lalu sejenak kembali menolehku. Dia tak berkata apa - apa lagi, memilih untuk kembali menaiki sepeda, dan mengayuhnya dengan cepat.
"Apa yang terjadi?" Seungyoun tampak masih penasaran.
"Hanya sedikit salah paham," sahutku pelan, sementara pandanganku mengantarkan kepergian Yohan.
Sebelum next, minta vote dan commentx dong ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Loved You Before I Met You
RomanceStart: 8 Nov 2019 End: ??? Kamu adalah mimpiku dan nyataku ✨ Meski tidak pernah benar - benar diacuhkan, mimpi - mimpi itu terasa mengganggu Wooseok. Tidak pernah tercetus niat untuk memasukkan Yohan ke dalam alam mimpinya karena dalam dunia nyata...