'6'

310 43 4
                                    

Dengan berjalan beberapa langkah, aku pun sampai di depan rumah Yohan. Sejak dulu kami bertetangga. Bedanya rumah Yohan lebih besar dibanding rumah ku. Dari luar, rumahnya tampak sepi. Aku mengedarkan pandanganku dan berharap ada penghuni rumah yang sedang di luar. Tapi, kupikir ini sudah hampir pukul 11 malam.

Aku menyentuh layar ponsel, mencoba untuk menghubungi Yohan.

"Sekarang aku di depan rumahmu," kabar ku ketika ia menjawab panggilanku.

"Mau apa?" tanyanya.

"Aku mau mengantarkan roti pesanan ibumu. Buka pintunya!" suruhku tak tanggung - tanggung.

"Berisik sekali!"

Aku hendak menutup telepon, tapi suara benturan mengurungkan niatku.

"Suara apa itu?" tanyaku padanya

"Buka apa - apa."

"Ish, cepat buka pintunya!"

Aku menunggunya beberapa saat. Suara pagar yang terbuka mulai terdengar. Yohan dan ibunya muncul di dalamnya.

"Wooseok-ah, kenapa tidak besok saja?" sambut Bibi Kim, menghampiri.

Aku hanya tersenyum saja sambil menyerahkan roti padanya.

"Masuklah," pinta Bibi Kim lembut.

"Sudah malam," tolakku dan sempat melirik Yohan yang berdiri di belakang ibunya sambil memegangi kepalanya. Bibi Kim mengikuti gerak mataku.

"Dia terbentur. Dia hobi sekali diam di kolong kasur," terangnya kemudian.

"Eomma!" sela Yohan. Air mukanya tampak lucu.

"Kolong kasur?"

Sekali lagi, aku mengamatinya perlahan, tapi dengan cepat dia memalingkan mukanya. "Heh! Kau tidak perlu penasaran seperti itu!"

"Kenapa kau kasar padanya?!" timpal bibi Kim.

"Tidak apa. Aku pulang dulu," tukasku, menengahi.

"Yohan-ah, antarkan dia pulang!" suruh bibi Kim.

"Tidak perlu," tolakku mendahului Yohan yang hendak menggerakkan bibirnya. "Anyyeonghi jumuseyo" ( Selamat malam ).

"Hati - hati."

Aku balik badan, perlahan melangkah kembali ke rumah. Malam - malam seperti ini dia masih saja bisa menyerang ku. Jika saja tidak ada Bibi Kim di sini, aku akan balik menyerangnya.

"Yaa, Babo!"

Suara Yohan menghentikanku, aku menoleh.

"Jangan sampai telat bangun lagi!"

Rasanya aku ingin melepas sandal, lalu melemparkan tepat ke arah wajahnya yang menyebalkan itu.

















Terima kasih sdh membaca! 💕
Jangan lupa vote & commentx ya ><

Loved You Before I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang