'26'

171 27 2
                                    

Arirang, Arirang, Arariyo
Arirang gogaero neomeganda
( Aku melewati jalur Arirang )

Nareul beorigo gasineun nimeun
( Dia yang meninggalkanku di sini )

Simnida motgaseo balbyeongnanda
( Takkan berjalan sampai 10 li sampai kakinya terluka )
( Lagu tradisional Korea, "Arirang" )

Seorang pedagang bersenandung di depanku sampai menunjukkan bagaimana cara membuat kkultarae. Sebelumnya ia menunjukkan madu yang sudah dibekukan sambil mengetok - ngetok di permukaan etalase bening untuk meyakinkan bahwa madu sudah membatu.

Dia melakukannya begitu lihai dan bersemangat sambil terus bersenandung.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya sekotak kkultarae sudah dalam genggamanku. Aku memutuskan untuk bertemu Yohan dahulu sebelum pulang ke rumah. Ternyata pulang sendirian tanpa Yohan disisiku rasanya sungguh aneh.

Tak sampai sepuluh menit, aku sudah berdiri tepat di depan rumah Yohan. Dari luar kamarnya terlihat masih menyala, kurasa dia belum tidur. Aku mulai menyentuh layar ponsel lantas memanggil nomornya. Sambil menunggu aku menyiapkan diri, mengambil napas dalam - dalam.

"Yoboseyo?"

Terdengar dia mengangkat panggilanku.

"Yohan-ah, tolong aku!!! Aku kena rampok! Sepedaku hilang, aku terluka parah!!! Sekarang aku sendirian...
kataku, berusaha membuat intonasi suara seperti orang yang sedang ketakutan.

"Kau jangan bercanda!" sanggahnya santai.

Tolong aku... aku kesakitan..." Aku tak menyerah.

Kudengar dia berdecak. "Babo!"

Aku mulai kebingungan, tapi saat ini otakku sedikit lebih cemerlang. Aku mencoba menangis tersedu - sedu tanpa berkata apa pun, berusaha terdengar seperti sedang meringis kesakitan.

"Kau di mana sekarang?"

Akhirnya dia mulai mempercayaiku.

"Aku... aku..." Aku kembali kikuk.

"Katakan, Wooseok-ah!

"Aku... tolong Yohan-ah!!!"

Klik. Aku terpaksa menutup telepon karena aku kebingungan sendiri. Seharusnya dari awal aku memikirkan dulu tempatnya sebelum dia bertanya. Bodoh!

Aku memutuskan tetap menunggunya diluar rumah dengan perasaan harap - harap cemas. Aku tidak yakin apa dia akan datang atau tidak. Aku sempat menengok ke arah rumahku, ternyata lampu masih menyala. Aku akan segera pulang setelah Yohan menemuiku.

Sambil bersandar di depan tembok pagarnya, aku terus menunggunya. Ternyata sedikit lebih lama dari dugaanku. Apa dia memang tak mempercayai ku? Aku mengintip lewat sela -sela pagar, bahkan bayangannya pun belum tampak.

Aku memilih untuk menyerah saja. Seperti nya dia memang tak mempercayai ku atau... dia sudah tak memedulikanku? Dengan perasaan kecewa aku memutuskan untuk pulang saja. Percuma saja terus di sini jika sikapnya seperti itu.

"Kau?"

Spontan aku menoleh. Dia mendadak menghentikan laju sepedanya ketika mendapatiku. Dia terlihat sedikit terengah - engah dan wajahnya terlihat pucat. Aku mengamatinya dan mencoba mendekat.

Kau tidak apa - apa?" Aku malah dibuat cemas melihatnya.

Dia malah memutar balik sepedanya. "Kau pulang saja!"

Dia kembali mengayuh sepeda ke dalam rumahnya. Dia pasti kesal sekali padaku. Aku tak mencegahnya saat melihatnya kembali masuk ke rumahnya. Aku bahkan tidak sempat memberikan sepaket kkultarae kesukaanya yang kubeli khusus untuknya.


















Nextt..
Jgn lupa votex ^^ 💕

Loved You Before I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang