Gave

316 25 0
                                    

Kim Namjoon×Min Yoongi
Brothership (?)

—_—'

Setelah kejadian malam tadi yang membuat pemuda bertubuh mungil itu terlonjak kaget dan berakhir menaruh nasibnya pada petugas medis rumah sakit, 24 jam setelah ia dinyatakan stabil kelopak mata itu naik, mencoba menelisik di mana tepatnya tubuh mungil itu berada.

Tak kunjung mendapat rangsangan cahaya telapak tangannya meraba area sekitar tulang air matanya, tidak ada yang salah! Jelas-jelas dia tengah membuka matanya! Tapi kenapa masih gelap?!

Sadar telapak tangan kirinya tertusuk jarum infus, dirinya sadar kini tengah berada di mana.
Dengan sedikit susah payah tubuh itu ia dudukkan, badannya berotasi mencari keberadaan tombol merah yang biasanya berada tepat beberapa jengkal dari kepala ranjang pasien.

Rungunya mendengar beberapa orang datang, merasakan tangan-tangan dingin itu menyentuhnya, lebih tepatnya, memeriksa keadaan vitalnya.

"Di mana keluargaku?"

"Maaf Tuan,"

Hanya satu malam dunianya menggelap, cahayanya menghilang.

-_-

Langkahnya gontai, ia bisa merasakan betapa perih telapak kakinya karena menyusuri anak tangga menuju atap bangunan penuh staf medis, obat-obatan, dan orang sakit macam dirinya berada.

Tiba di ujung atap ia merentangkan kedua lengannya, di nyambut angin malam yang menerpa tubuhnya begitu nikmat.

Niatnya yang semula hanya ingin mencari angin berubah ketika teringat nasib buruknya. Kenapa hanya dirinya yang selamat?!

Dalam kurun waktu sekejap itu dirinya kehilangan keluarga yang sangat ia cintai, kehilangan rasa bahagianya, kehilangan cahayanya.

"Terjun dari atas sini bukan pilihan yang buruk," Salah satu sudut bibirnya menaik.

Satu langkah ia ambil dan ia langsung merasa melayang, namun bukan dasar jalan ataupun atap mobil yang ia timpa, melainkan tubuh hangat seseorang yang kini dengan mudahnya menggendongnya dengan tumpuan punggung dan lututnya yang tertekuk dan mendudukkan tubuh itu di tempat yang si lebih kecil yakini adalah sofa.

Tangisnya pecah, air mata menuruni pipi seputih saljunya, "Kenapa kau menghentikan aku?!"

"Hal apa yang kau pikirkan sampai dengan tanpa rasa takut sedikitpun melangkah terus bahkan hampir melewati ujung atap?"

Yang masih terisak merasa pipinya disapu lembut, "Tak ada gunanya lagi aku hidup jika keluargaku tidak, dan apa artinya hidup tanpa melihat?!"

"Seharusnya kau bersyukur masih bisa hidup Hyung,"

"Yak! Siapa kau memanggilku seperti itu?!"

"Apa dengan bisa melihat, dirimu akan lebih menghargai hidup, Hyung?"

-_-

Percakapan yang bahkan kurang dari 5 menit itu entah bagaimana telah membuat Yoongi bangun kembali di atas ranjang pesakitannya dengan lilitan kasa pada kepalanya, setelah ia memencet tombol merah karena ia merasa janggal dengan keadaannya sendiri dan merasakan sesuatu yang menghalangi kelopak matanya untuk membuka dibawa jauh, ia segera melakukan apa yang diinstruksikan seseorang yang ia rasa merupakan seorang dokter.

Ia membuka kelopaknya perlahan sekali, mendapati hal yang biasanya gelap menjadi buram menyembulkan rasa bahagia dalam hatinya.

Iris yang indah, warnanya hitam kelam, dan dia menyukai segala hal berwarna hitam.

Semuanya terasa jelas sekarang.

"Dokter, siapa yang mendonorkan mata ini pada saya?"

;-"_"-;

J

awaban tak memuaskan yang diterimanya membuatnya sedikit kesal dan memilih berjalan-jalan di taman rumah sakit itu di pagi hari pukul 8 ini.

Dia duduk di salah satu bangku taman, bersantai sejenak sembari menghirup dalam-dalam udara taman yang begitu segar.

"Kim Namjoon!"

Atensinya teralihkan dengan adanga suara teriakkan kekesalan itu.

Bugh!

Dan netranya melihat dengan jelas bagaimana pemuda yang dipanggil itu tersandung.

"Yak! Kau ini! Hati-hati dong!" Pemuda itu membantu pemuda yang terjatuh.

"Lain kali tak usah sok-sokan mendonor, kesusahan sendiri 'kan?!"

"Lagian aku tak akan lebih lama lagi ada di bumi ini tahu!" Sebuah tawa renyah terdengar namun kalimat itu terdengar begitu sendu baginya yang sedari tadi menonton.

"Mau ke mana?! Pluto?!"

Tunggu dulu! Pemuda dengan kulit seputih salju itu mematung ketika menyadari sesuatu. Suara yang sama dengan orang yang menggagalkan upayanya terjun dari atap kemarin malam.

Dan apa tadi?

Mendonor-?!

.
.
.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang