Priority

125 17 0
                                    

Kim Namjoon×Kim (Park) Jimin
Brothership

—_—'

Anak berumur 4 tahun itu untuk pertama kalinya melihat sebuah bayi merah di gendongan sang ayah.

Sang ayah menurunkan tubuhnya, memperlihatkan malaikat kecilnya pada si anak sulung, "Namjoon-ah, kau sudah memiliki adik sekarang, menjadi dewasalah dan selalu lindungi dan bantu dia dalam keadaan apapun oke?"

"Dia adalah prioritasmu,"

Namjoon menatap bayi merah di hadapannya, tangan kecilnya mengusap lembut pipi adik barunya itu.

Prioritas.

Anak kecil berumur 4 tahun itu mengangguk patuh.

Mulai saat itu, adiknya adalah prioritasnya.

Dia benar-benar terobsesi dengan kata 'prioritas'. Sungguh.

—_—

Namjoon menatap penuh tanya sang adik yang tengah tersenyum merekah dengan cheesecake yang menopang pada kedua telapak tangannya.

"Selamat ulang tahun hyung!" Kelopak matanya hingga berbentuk sabit saking bahagiannya ia.

Namjoon menggaruk parietalnya, masih merasa bingung dengan maksud si adik kesayangan.

"Ck! Jangan bilang kau lupa hyung!" Si adik memberengut kesal.

"Jim, hyung minta maaf,"

Kim Namjoon mengaku lupa akan tanggal lahirnya, 15 tahun terpisah dari sang adik dan keluarga akibat dipaksa bersekolah di Kanada semenjak umur 5 tahun mungkin adalah alasan terbesarnya.

Dia hanya ditemani seorang bibi paruh baya yang mengasuhnya sejak bayi yang 7 tahun lalu meninggal dunia dan membuatnya hidup sendirian di rumah sederhana itu. Dan tiga bulan yang lalu tiba-tiba adiknya Kim Jimin mengetuk pintu rumahnya, katanya akan ikut tinggal di sana 3-4 tahun ke depan karena beasiswa kuliahnya.

Namjoon mengaku hampir lupa wajah saudaranya itu, dia berimigrasi ketika Jimin baru berumur 2 tahun. Tapi mengamati lamat-lamat kedua bola mata itu, bibir itu, dan pipi tembem itu Namjoon tahu jika Jimin yang tengah berdiri di hadapannya ini adalah adik kandungnya sendiri.

Terbiasa hidup sendiri membuatnya perlahan melupakan identitasnya sendiri. Jadwalnya yang merupakan  dosen sekaligus sedang meneruskan pendidikan untuk S2nya mungkin benar-benar terlalu padat hingga dia melupakan hal-hal semacam itu.

"Hari ini hari ulang tahunmu hyung!"

Namjoon tersenyum hangat, mengusak sayang Surai sang adik, "Baiklah, terima kasih,"

"Astaga! Aku penasaran apa bahkan kau bisa melupakan namamu,"

—_—

Namjoon yang mendahulukannya untuk memakan potongan kue pertama bukannya membuatnya senang, namun bibir itu kembali memaju, Jimin yang cemberut benar-benar lucu, percayalah.

"Hyung, berhenti selalu memikirkanku, hyung harus memikirkan diri hyung juga. Aku benar-benar bingung bagaimana bisa kau melupakan tanggal lahirmu sendiri, sementara kau ingat semua hal tentangku, apa yang aku suka, apa yang aku tak suka, tanggal lahirku, bahkan bagaimana rupaku saat kau pertama kali melihatku,"

Cerocosan Jimin tak dibalas sepatah kata pun oleh sang kakak, Namjoon malah tersenyum hangat sembari mengusak surai dark brown sang adik.

"Makanlah yang banyak," Ucapnya ketika Jimin memasukan suapan pertama itu ke dalam mulutnya.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang