Mad Pt. 3

88 8 2
                                    

Namjoon menutup pintu rumahnya, dia pulang setelah dua hari melembur di perusahaan tanpa sadar.

"Jinseok?" Langkah kakinya semakin mendekat ke arah kamar karena tak mendapati Jinseoknya di pukul 8 malam hari Jumat ini.

"E-Emmh-hh,"

Namjoon membeku mendengar lirihan desah Jinseoknya dari arah kamar mereka.

"Y-Yes-s there- -ahh,"

Namjoon memilih memacu langkahnya, semakin dekat suara desahan pria lain terdengar olehnya.

Tak ingin berprasangka buruk terlalu awal, dia membuka pintu kamar itu, mendapati kedua manusia yang baru saja mendapat nilai pelepasan mereka, napas mereka terengah dengan tubuh penuh peluh.

"N-Namu,"

Tubuh Namjoon menegak, terdiam membeku di ujung pintu mendapati Jinseoknya berada dalam belenggu pria lain.

Matanya memerah, rahangnya menegas, telapak tangannya terkepal hingga buku-buku jari itu memutih, namun dia memilih menghembuskan napas beratnya dan meredam semua emosi itu.

Padahal tinggal mengeluarkan semuanya, tapi ia memilih meredamnya. Cintanya terlalu besar bahkan untuk Seokjin yang telah ia dapati bercinta dengan pria lain di depan matanya sendiri.

—_—

Seokjin dan Namjoon sedang rapat kecil-kecilan di ruang kerja Namjoon yang berada dalam rumah mereka.

"Katakan apakah aku berbuat sesuatu yang salah Jinseok!" Kalimat yang Namjoon ucapkan dengan santai sementara wajahnya serius luar biasa.

Seokjin yang dari tadi menunduk dengan perasaan bersalah luar biasan akhirnya mendongakkan wajahnya selang beberapa detik setelah Namjoon mengucapkan kalimat pertamanya setelah 10 menit mereka di dalam ruangan itu tanpa suara berarti.

Seokjin yang bungkam membuat Namjoon menutup rapat mata sembari menutupnya dengan satu tangan karena dia merasa kesal luar biasa hingga air mata akan menyelinap keluar.

"A-Aku,"

"Sudah berapa lama kau bersamanya?"

"Lima tahun, aku bahkan sudah lebih dahulu berkencan dengannya sebelum dijodohkan denganmu,"

Diluar perkiraan Seokjin yang mengira Namjoon akan marah besar, lelaki itu malah menatapnya begitu lembut dan senyuman hangat terpatri di wajahnya.

"Maaf atas terlaksananya perjodohan ini kalau begitu,"

"Ya, memang seharusnya begitu,"

"Maaf mungkin dua tahun bersamaku benar-benar menyiksamu,"

"Ya baiklah, lagi pula karena aku mulai sedikit tertarik padamu juga aku bisa bertahan mulai dari beberapa bulan ke belakang hingga detik ini,"

"Kita bisa mengakhiri ini semua kalau begitu?"

Seokjin mengangguk, "Begitulah,"

"Apa kau benar-benar ingin mengakhiri kita?"

Seokjin kembali mengangguk.

"Bolehkah aku mempertahankannya?"

Seokjin menatap bingung Namjoon, pikirnya, pria itu tak punya konsistensi sama sekali.

"Beri aku waktu 3 hari penuh bersamamu,"

"Baiklah,"

Perjuangan 3 hari seorang Kim Namjoon mempertahankan Jinseoknya.

Dimulai.

.
.
.
.
.
.

Cold weather, petrichor, rainy days, and Winter Flower, what a perfect combination.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang