Break

146 10 0
                                    


Kim NamJoon×Min Yoongi
B×B

—_—'

Sepasang kekasih itu masih membisu. Namjoon menggenggam hangat telapak tangan yang lebih tua, mengusap punggung tangan itu dengan begitu lembut, dia tahu yang lebih tua tengah ketakutan, dia harus menenangkannya.

"Hyung-," Belum selesai mengucapkan kalimatnya, dia sudah disela oleh yang lebih tua, "N-Namjoon-ah, bagaimana kalau kita ke Lotte World hari ini? Hmm?" Air mata tergenang di matanya, menunggu detik di mana ia akan terjatuh.

Namjoon menatap dalam manik indah itu, dia menggeleng lemah lalu tersenyum begitu hangat sebelum kembali membuka mulutnya, "Hyung, aku rasa-,"

Kalimatnya kembali diputus, "Jangan panggil aku 'Hyung', aku takut jika kau memanggilku seperti itu Namjoon-ah,"

Namjoon kembali mengusap punggung tangan yang lebih tua.

"Jika kau memanggilku seperti itu kau sedang serius, dan aku tak suka hal itu karena sepertinya kali ini keputusan yang kau pikirkan begitu buruk,"

Namjoon menghela napas, "Rasa sayangku padamu berkurang Yoongi Hyung, hubungan ini tak bisa kita lanjutkan,"

Yang lebih tua menggeleng cepat, "Tidak, tidak, jangan mengatakan hal-hal semacam itu dan ayo kita ke Lotte World," Yoongi bangkit dari bangku taman itu, menarik lengan sang kekasih.

"Hubungan seperti ini tak akan bisa bertahan Hyung, jika kita tidak mengakhirinya saat ini, di masa depan pun hubungan ini akan berakhir,"

Manik Yoongi mengosong, dia terduduk kembali dengan tubuh yang tampak tak lagi punya hasrat hidup.

"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" Yoongi menatap kedua manik yang lebih muda, tampak memohon kesalahan yang pernah ia lakukan diberitahukan.

Namun yang lebih muda malah menggeleng dan tersenyum, "Semuanya salahku Hyung, aku tak becus menjaga rasa sayangku padamu aku harusnya terus menambah hal itu hingga tak terhingga, bukannya malah menguranginya. Semuanya salahku, kau tak pernah salah,"

Yoongi terdiam, setetes air mata jatuh dan yang lebih tua segera merasa bersalah karena dirinyalah penyebab air mata itu jatuh.

"Begini saja, mari kita ubah konteksnya, anggap saja aku telah berselingkuh darimu,"

"Maka aku akan sangat marah," Manik itu menatap tajam yang lebih muda, menarik tangannya dari genggaman hangat itu.

"Bagus, bencilah aku hingga kau tak akan punya waktu untuk terpuruk dan kembali mencintaiku,"

"Lebih baik kau membenciku dari pada kau merasa bersalah padaku Hyung,"

"Brengsek!" Sebuah tamparan keras mendrat dengan sempurna, Yoongi bangkit dan berjalan tergesa menjauh dari sana.

Namjoon mengejarnya, memanggil-manggil namanya dan mencegatnya, "Biarkan aku mengantarkanmu pulang untuk terakhir kalinya,"

Benar-benar terakhir kalinya seorang Kim Namjoon mengantarkannya pulang. Benar-benar terakhir kali mereka bertatap muka dengan gebrakan pintu dari yang lebih tua sebagai penutup interaksi itu. Perjalanan hening mereka hari itu, terakhir kalinya mereka duduk bersebelahan di dalam mobil yang lebih muda, namun kali ini tanpa sebuah percakapan.

Tak ada hubungan lagi di antara mereka, bahkan tidak untuk seorang teman pun.

Karena hati Min Yoongi benar-benar marah dan kecewa, namun begitu menyesal dan merasa harus rela.

"Aku tak bisa selamanya bersamamu," Kalimat Namjoon saat mobilnya berhenti untuk mengantarkan Yoongi untuk terakhir kalinya hari itu.

Yoongi masih mengingat kalimat itu.

Dan kini dia mengerti semuanya.

Dia berjongkok, menaruh Bunga lili putih yang merupakan bunga yang dahulu selalu Namjoon berikan padanya entah pada acara atau perayaan apapun, dan Yoongi menyukainya.

"Tenanglah di sana okey? Aku akan berusaha untuk tidak kembali mencintaimu dan terus pada rasa itu." Setelah menatap lama gundukan tanah itu dia bangkit, meninggalkan 'rumah' orang yang disayanginya itu sejak 5 tahun yang lalu, mungkin lebih tepatnya beberapa bulan setelah hari di mana amarahnya begitu memuncak.

Dia ingat yang dibilang Jimin, "Kanker....... Dia tak ingin kau khawatir ataupun menderita bersamanya Hyung,

"Honey, ayo cepat, saljunya turun semakin lebat."

"Papa ayo! Aku kedinginan!"

"Aku bahagia kau menemukan suamimu yang sekarang Hyung, berbahagialah dan cintai dia, bukan si brengsek ini,"

"Dan anak itu, malaikat kecilmu benar-benar tampan dan menggemaskan Hyung."

.
.
.
.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang