Mad

123 7 0
                                    


B×B

—_—'

Seokjin mencium singkat pria yang tengah memeluknya hangat, mereka berdua terkekeh setelahnya. Sebuah pergulatan panas baru saja diakhiri beberapa saat yang lalu, mereka masih saling berpelukan—bergelung hangat dalam selimut yang sama.

'Kriiing!!!' Seokjin meraih handphone canggihnya setelah berdecih sebal sebelumnya.

'My Mine' Nama yang tertera.

"Sedang di mana Jinseok?" Suara itu yang pertamakali ia dengar setelah tombol hijau tergeser.

"Aku sedang ada kerjaan- sebentar, nanti aku hubungi lagi ya," Dia memutus sambungan telepon itu secara sepihak.

"Siapa Baby?" Suara deep nan hangat itu menyapa pendengarannya, membuat perasaannya kembali baik-baik saja dan semakin baik dengan pengeratan pelukan dari pria itu setelah sambungan telepon yang membuatnya sedikit kesal tadi.

"Biasa, bell rumah," Dia terkekeh di akhir kalimatnya.

"Apa kau harus pulang sekarang?"

Seokjin menggeleng pasti, "No! Big no! Mari kita habiskan waktu sepuasnya," Dia mendusel pada dada bidang pria itu, mencari kenyamanan dan kehangatan tersendiri.

—_—

Seokjin menutup pintu rumahnya, cukup pelan untuk tak membuat orang yang tak sengaja terlelap di sofa dengan tidak nyamannya terbangun. Dia menghampiri orang itu, namun aroma makanan menghentikannya sejenak, dia melangkah ke ruang makan.

Kue ulang tahun, makanan kesukaannya, lilin, bunga mawar merah, ruang makan itu sudah bak ruangan private restoran mewah yang didekorasi seromantis mungkin namun dengan makanan rumahan sederhana yang cukup menggugah selera.

Tangan besar melingkari pinggangnya sebelum kecupan hangat mendarat di tengkuk juga disusul suara yang serak efek terlelap sejenak, "Kenapa larut sekali?"

"I-Ini apa?" Seokjin merujuk pada ruang makan.

"Ini adalah permintaanmu,"

Seokjin melepaskan tangan besar itu, menatap pria itu bingung, "Permintaan?"

Wajah yang lebih muda mendadak muram setelah menatap balik tidak percaya pada tatapan bingung Seokjin.

"Apa kau bahkan tak mengingat hari ini?"

"Hari ini? Apa ada sesuatu yang spesial?"

Sempurna, wajah muram itu berubah menjadi kesal dan amarah, dia meninggalkan Seokjin tanpa berkata apa pun lagi.

Seokjin mengikutinya, memerhatikan yang tengah memasukkan beberap makanan yang masih bisa diselamatkan ke dalam lemari pendingin dan membereskan 'kekacauan' yang ia buat karena mau membantu pun kelihatannya pria itu tak ingin dibantu.

Setelah selesai yang lebih muda melangkah ke dalam kamarnya yang merupakan kamar Seokjin juga.

Dia menyender sambil membuka novel yang ia targetkan selesai bulan ini.

Seokjin memilih untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Saat di kamar mandi, tepatnya saat itu menggosok gigi, muncullah ingatan itu, tentang kalimat- eh- bukan- tentang 'permintaan' yang kata yang lebih muda terucap melewati belah bibir tebalnya.

"Di hari anniversary pernikahan kita, di hari ulang tahunku, aku ingin kau pulang lebih cepat, memasak sesuatu yang enak, dan kita menghabiskannya. Ah! Kita juga harus bermalam dengan penuh kehangatan, hehe- maksudku, 'itu',"

—_—

Seokjin duduk di atas yang lebih muda, tepat di atas sesuatu, "Apa kau marah Namu?"

Dia tak digubris, "Maafkan aku, aku leupa tentang seberapa pentingnya tanggal hari ini dan tentang permintaan yang aku buat sendiri,"

"B-Bagaimana kalau kita lakukan permintaanku yang terakhir saja, hmm?"

Yang lebih muda menutup buku novelnya, menyimpannya di nakas, sebelum berbaring dengan membawa serta tubuh yang lebih tua, "Kantor sibuk sekali hmm?" Tanyanya.

Seokjin memajukan bibirnya sembari mengangguk lucu. Bibirnya dikecup singkat oleh yang lebih muda, "Tidurlah, kau pasti lelah," Yang lebih muda menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua, menutup matanya sembari mengeratkan pelukan pada tubuh Seokjin.

Seketika terbesit rasa bersalah dalam hati yang lebih tua.

.
.
.
.
.
Kayaknya TBC🤭
.
.
.
.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang