heyow yeorobun!
Sorry for my slow updates heheheSuara langkah sepatu menggema di ruangan yang sepi ini. Pandangan Rosé menyapu ke setiap sudut dorm sambil berteriak.
"I'M HOMEEEEE."
Beberapa detik sembari ia melepas sepatu dan menaruhnya di rak, namun tampaknya tak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Ke mana perginya the pinks yang lain?
"Jisoo Unnie? Jennie Unnie? Lalisa??" Rosé kembali berteriak memanggil satu-satu dari mereka, namun ia malah semakin heran karena hanya ada suara TV yang terdengar.
Kalau tv menyala harusnya ada orang, bukan?
Rosé kembali berjalan masuk dengan ransel yang ia selempangkan, rambut yang diikat rendah karena lepek, serta tubuh yang masih berkeringat. Gadis itu baru saja selesai dari latihan rutin dance untuk lagu solonya.
Pandangan Rosé menangkap siaran TV yang menampilkan sebuah drama. Ia tau drama itu, pernah menontonnya. Drama yang bercerita tentang seorang wanita yang tetap bertahan dengan pria kasar dan mengerikan karena ayah wanita itu selalu mengancam akan mengusirnya kalau ia tidak bisa bertahan. Sang ayah memburu harta suaminya yang mengidap suatu penyakit serius.
Mata Rosé mengerjap ketika melihat kepala seseorang dari belakang sofa, dan sepertinya kedua bahunya bergetar. Rosé berjalan mendekat dengan ekspresi bingung.
"Jen... nie?" Mata Rosé terbuka lebar ketika memiringkan kepalanya, melihat wajah samping Jennie yang tengah menangis tanpa suara sambil memeluk bantal.
Jennie terlonjak, sedikit melompat di tempatnya. Sejak kapan dia datang?!
"Why are you crying?" Rosé mengitari sofa dan bertanya, menatap lurus pada mata Jennie dengan sangat khawatir, melempar ranselnya sembarang dan duduk miring menghadap Jennie dengan satu kaki menggantung di lantai. Sampai tidak sadar ranselnya mengenai gelas dan tumpah ke karpet.
"R-ro-rosieee..."
Tatapan Rosé melembut ketika Jennie memanggilnya dengan suara serak. Tangannya meraih lutut Jennie untuk sekadar menenangkan tangisannya. Pandangan menelusuk ke dalam mata Jennie yang masih meredakan tangis, belum berani menatap mata Rosé.
"Kau kenapa, Unnie? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya lembut.
Jennie hanya diam di posisinya, namun gadis bermata indah itu sebenarnya sedikit tenang karena usapan tangan Rosé.
"Jennie..."
Merasa Jennie mungkin tidak bisa berbicara saat ini, Rosé kembali mengajukan pertanyaan. "Baiklah, aku akan bertanya penyebab kau menangis, lalu kau menjawabnya dengan anggukkan dan gelengan, bagaimana?" tawarnya, menyelipkan rambut Jennie ke telinga. Membuat Jennie semakin menunduk menyembunyikan wajahnya entah kenapa, Rosé bingung karena bersamaan itu juga Jennie mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘓𝘦𝘵 𝘪𝘵 𝘉𝘦 ࿐ ࿔(𝘤𝘩𝘢𝘦𝘴𝘰𝘰)
Romance𝘊𝘰𝘯𝘵𝘢𝘪𝘯𝘴 𝘮𝘢𝘵𝘶𝘳𝘦 𝘤𝘩𝘢𝘱𝘵𝘴, 𝘳𝘦𝘢𝘥 𝘢𝘵 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝘰𝘸𝘯 𝘳𝘪𝘴𝘬. 🔞 ^ 𓆉 "𝑪𝒉𝒂𝒆𝒏𝒈, 𝒉𝒐𝒘 𝒊𝒇 𝒕𝒉𝒆𝒚 𝒌𝒏𝒐𝒘 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒕𝒘𝒆𝒆𝒏 𝒖𝒔?" "𝑯𝒎𝒎?" "𝑻𝒉𝒆𝒚 𝒎𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒐𝒖𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒆𝒄𝒓𝒆𝒕 �...