Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apa aku terlalu terburu-buru?
Rosé kembali meletakkan vas bunga mewah di atas buffet yang belum berdebu secuil pun. Pandangan kosong pada setangkai bunga yang mencuat indah. Jarinya mengitari bibir vas yang licin mengkilap.
Apa sebenarnya aku terus mencari pembelaan atas diriku sendiri?
Ia selalu berdekatan dengan para wanita. Kepada Jisoo ia berkata; wajar, kita semua berteman. Dan Jisoo memberi kebebasan akan hal itu.
Rosé, faktanya, hanya akan benar-benar menyukai teman yang berwujud perempuan.
Namun Jisoo, berteman dengan perempuan. Juga laki-laki.
Rosé tak bisa memberi kebebasan akan hal itu.
Rosé selalu cemburu, dan ketakutan.
Karena menurutnya, Jisoo terlalu social butterfly untuk Rosé yang hanya Unnies butterfly.
Am I selfish?
Kalau aku berteman dekat dengan laki-laki, apa Jisoo akan cemburu juga?
Pikirannya selalu berkecamuk antara ego, rasa cemburu, namun juga perasaan bersalah karena sepertinya Rosé tak bisa mengerti apa yang Jisoo inginkan.
Ya, Rosé memang egois.
Terus-terusan merasa cemburu melihat Jisoo berdekatan dengan teman laki-laki. Terlebih pria itu jelas rekan kerja pacarnya, tidak mungkin untuk Jisoo menampar wajah ketika pria itu melayangkan satu jari ke tubuhnya.
Behind the scenes drama Snowdrop. Sebut lah itu sebagai penyulut apinya.
Rosé lagi-lagi menjauhkan diri dari Jisoo karena melihat kedekatan Hae In dan Jisoo di dalamnya. Melihat dari kacamata kecemburuan.
Tak bisa menyalahkan Rosé sepenuhnya. Hae In terlihat tak ada kecanggungan sama sekali bertingkah seolah ia sosok pacar Jisoo, bukan sebagai Im Sooho dalam drama. Memeluk Jisoonya sambil membaca naskah, melindungi Jisoonya dari gangguan-gangguan kecil, memberi Jisoonya pandangan-pandangan kurang ajar menurut Rosé.
Tidak buta, Rosé juga melihat ketidaknyamanan Jisoo diperlakukan begitu, kepasrahan Jisoo yang tidak bisa menolak namun juga ingin menampar Hae In dalam hati.
