Part 4 : Blood

46 20 3
                                    

Kejadian yang aneh. Siapa gadis itu sebenarnya dan kenapa dia bisa menghentikan sesuatu yang berada di sekitarnya? Hal itu membuatku mengerutkan dahi karena tak mengerti.



"Kenapa kau tak terkena sihirku?"



Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalaku. Dia bisa sihir dan aku sama sekali tak terpengaruh dengan sihirnya itu.



Satu hal lagi yang harus kupecahkan. Siapa dia? Dan kenapa dia bisa menghentikan waktu dengan begitu mudahnya? Arghhh .... Memikirkan hal itu saja sudah membuat kepalaku sakit.



Bel tanda pulang sudah berbunyi. Aku sudah siap dengan tas yang kutenteng di tangan kanan. Tangan kiriku memegang sebotol minuman ringan yang tadi sempat kubeli di kantin saat istirahat. Tepat sebelum aku bertemu dengan gadis itu.



Aku tak tahu siapa namanya tentu saja. Akan tetapi, aku merasakan ada suatu yang aneh dari dia. Sesuatu yang sama sekali tak bisa kujelaskan penyebabnya, mungkin baik atau mungkin juga buruk. Entahlah, dia selalu saja membuatku berpikir.



Kakiku sudah melangkah kelas, dan mataku menangkap ratusan murid-murid yang berhamburan keluar kelas. Aku bisa merasakan desir darah mereka yang mengalir di antara syaraf dan nadi mereka. Bisa merasakan itu benar-benar membuatku senang.



Di depan gerbang, sudah terparkir puluhan mobil-mobil mewah dari berbagai kalangan bangsawan di negeri ini. Masing-masing sopirnya sudah siap berdiri di sebelah pintu mobil dengan seragam jas mereka yang sangat formal. Aku mengakuinya, aku benci keformalan.



Belum ada murid yang tergerak untuk melalui gerbang dan melewati yang lainnya. Semuanya terhenti tepat di depan lapangan basket. Semuanya berhenti, tak ada yang mau maju satu langkah pun.



Tiba-tiba saja, gadis aneh yang tadinya bisa menghentikan waktu berjalan di depan dengan santainya. Rambut putih keperakannya bersibak anggun dan matanya yang berkilauan terpapar cahaya matahari yang terik.



Satu orang sopir tiba-tiba saja keliar dari mobil dengan membawa payung besar. Mereka segera melindungi Tuan Putri agar tak terkena cahaya UV yang panas. Menurutku agak sedikit lebai di sana.



Setelah gadis itu memasuki mobil, barulah beberapa anak yang lain menyusul jalannya. Tak ada yang berani mendahului gadis aneh itu. Ya, dia memang aneh.



Angin berhembus, dan menyibak rambut hitamku yang sudah mulai panjang. Aku berjalan terakhir kali setelah semua orang masuk ke dalam mobil pribadinya. Aku menyusuri trotoar dan menghentikan sebuah bus untuk pulang. Hanya aku yang seperti ini.



Mungkin di sekolah sana, hanya ada satu dari seribu orang yang dapat beasiswa sepertiku. Sisanya, masuk karena mereka punya banyak uang dan harta. Kenap aku bisa mendapatkan beasiswa di sana?



Selama di Sekolah Menengah Pertama, aku selalu mendapatkan juara umum. Aku sendiri juga heran, tanpa belajar aku masih bisa mendapatkan nilai sempurna. Dan alhasil guru mempromosikan aku anak gereja ke sekolah Internasional ini, yang pastinya berisi orang-orang kelas atas.



Di sini, aku sama sekali tak mendapatkan teman sepermainan. Karena semuanya menganggapku rendah, aku anak Tuhan, berasal dari gereja. Anak buangan yang diletakkan di depan gereja belasan tahun lalu. Anak yang tak tahu siapa ayah dan ibu kandungnya. Ya, setidaknya itu memberikan sedikit kejelasan kenapa aku bisa dikucilkan.



Anak laki-laki dari kelas elite juga memusuhiku. Karena aku selaku mendapatkan peringkat atas. Tak ada juara umum di sekolah ini, aku juga tak tahu apa alasannya.



Tapi, jika memang ada juara umum, aku yakin aku bisa meraihnya. Entah kenapa hatiku berbicara demikian. Mungkin terlalu sombong, entahlah.



"Kak Variel ...." Anak-anak gereja menyapaku ramah.

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang