Mungkin aku sedang dipermainkan takdir yang disembunyikan dariku. Aku merasa yang kuketahui saat ini masih sangat sedikit dari kebenaran yang sesungguhnya. Aku awalnya tidak kenal siapa Variel. Selain teman sekolahku dan tinggal di gereja. Dan sekarang, kami berpetualang bersama. Lalu dia menciumku. Dewi apa yang kau rencanakan padaku. Kenapa rasanya aku melakukan dosa yang besar. Kenapa perasaan ini sangat kacau. Dewi sebenarnya apa yang terjadi?
...
Kami melanjutkan perjalanan. Diantara kami terasa canggung. Dia beberapa kali bertanya padaku. Namun aku hanya menjawab dengan jawaban singkat. Lalu kami berdua hening.
Jalan mulai menanjak. Di gunung yang gersang. Namun semakin tinggi, dan cuaca cerahudara akan semakin dingin. Dan itu yang kurasakan. Variel berjalan di depanku. Tentulah, jalan yang kami lalui sekarang hanya cukup dilalui satu orang. Kanan ku ada tebing. Dan kiri ada jurang. Sekali tidak fokus, neraka endingnya. Aku mengkhawatirkan luka Variel. Masih sakitkah sekarang? Sebab aku merasa akan bertemu dengan para Harpy lagi.
Kami terus menanjak. Dan sesekali terpaksa memanjat tebing. Aku sebanarnya bisa saja terbang dan naik ke atas dengan cepat. Tapi Variel melarangku. Yasuda lagian aku tak tega terbang sendiri sedangkan Variel berjalan di bawahku.
Kami tiba di sabana . rumput-rumput bertaburan di atas tanah yang kering. Aneh sekal bagiku ada tumbuhan yang hidup di tanah gersang ini. Dan coba tebak sambutan apa lagi yang kami temukan? Para harpy sudah menunggu dan mereka tak lagi sendirian. Ada satu lagi. Wanita dengan lengan sayap, tubuh manusia, dan kaki cakar burung. Memang seperti harpy yang lain. Namun dia setinggi wanita biasa. Senyumannnya sangat tidak ramah. Juga para harpy yang lain. Melihat kami seperti santapan lezat.
“Qia berjaga-jaga,” ujar variel.
“Aku tahu,” jawabku.
Wanita itu menapakan cakarnya di tanah. Lalu berdiri sambil menutupi wajahnya dengan sayapnya. Tatapannya lebih tajam dari elang. Dia mengeluarkan tawa kecil yang sangat menyebalkan. “Aku adalah pimpinan mereka, hormati aku, dan panggil aku Aillo.” Dia mengibaskan rambut emasnya yang panjang.
Aku dan Variel saling menatap.diam-diam aku mengeluarkan pedang dan ku sembunyikan di balik badan. Tubuhku mulai berkeringan. perasan was-was juga hadir.
“Memang kami peduli siapa kau! Jika kau menyerang, kau adalah musuh kami,” tegas Variel.
Aillo menatao kami sangat tajam.cahaya berbinar keluar dari matanya,”Jika kalian ingin melawan sebelum mati,oke akan kami layani. Hihihi....”
Aillo terbang. Dan para Harpy terbang berpencar. Beberapa menuju langit. Sisanya mendekat ke bumi. Yang dari langit lemparkan kami bola-bola cahaya.
Dhaam...dhaam... pyaar... rumbut terbakar mengenai itu. Dan yang ke bumi membuat tanah bergetar, dan membelah. aku dan variel harus terus bergerak agar tidak terkena. Aku terbang dan mengejar para harpy di atas. Sedangkan variel memukuli para harpy di bawah.
Slaaash... satu harpy tersabet. Lalu musnah menjadi helaian bulu-bulu yang berhamburan.
“Mudah sekali,” batinku.
Namun beberapa harpy masih ada. Mereka tertawa di belakangku. Namun saat aku berbalik tak ada siapa-siapa di sana.
Sriiing... ledakan cahaya mengenaiku. Braaak... tubuhku terpental hingga terpental ke sebuah pohon. Untung ranting-ranting pohon ini tak membuatku luka. Namun sakitnya terasa.
“QIAAA!!” teriak Variel.
“Jangan khawatirkan aku. Terus saja serang,” jawabku.
Variel menyerang para harpy dengan pukulan dan tendangan. Namun harpy memiki sayap. Sangat sulit untuk menyerang mereka jika mereka terus naik ke atas.
“Ini tak bisa dibiarkan,” gumam variel.
Blood...
Tetesan darah keluar dari bekas lukanya. Matanya yang kelam berubah menjadi merah darah. Satu tetes darah itu berubah menjadi aliran darah yang deras. Lalu menyerang para harpy. aku melihat darah yang kental seperti air yang di kendalikan oleh Variel. Namun saat mengenai Harpy, seperti jambuk yang mengoyak tubuh para Harpy. Jika para Harpy yang kutebas menjadi bulu-bulu. Variel tidak, mereka benar-benar utuh dengan robekan di tubuh mereka seperti burung yang di sembelih. Darah mereka digunakan Variel untuk mengalahkan Harpy yang lain. Namun tubuh Variel semakin lemas, dengan seringnya dia menggunakan kekuatannya. Aku melihat gerakannya semakin lambat. Dan napasnya semakin kempas-kempis. Aku juga tidak boleh kalah.
Aku keluar dari cabang pohon. Dan para Harpy langsung menghampiriku. Dengan cakar mereka yang lebih dulu menghadap ke aku. Cakar tajam yang kotor. Bahkan dari kejauhan tercium bau bangkai dari cakar itu. Entah kotoran apa saja yang pernah merek cengkram.
Arc Time...
Waktu berhenti. Para Harpy tinggal beberapa inci denganku. Aku terbang ke atas. Lalu menyerang para harpy. Dengan menebaskan pedangku tepat ke sayap-sayap mereka. Dan saat aku mengembalikan waktu ke semula. Harpy itu jatuh dengan sebelumnya saling bertebarakan karena kehilangan keseimbangan dari sayap.
Dorr... Ledakan kecil terjadi saat tubuh mereka mnghantam tanah. Aku menari napas panjang. Lega semua Harpy yang kuincar habis. Waktunya membantu Variel. Namun aku lupa satu hal. Aillo masih ada. Saat aku hendak mendekati Variel, dia langsung menghalangiku.
“Kau mau ke mana? Menemui iblis itu. Kau tidak tahu, jika makhluk sepertimu akan berdosa jika mendekti makhluk rendaah seperti dia,” ujar Aillo.
“Aku tidak mau mendengar makhluk yang juga rendahan sepertimu,” jawabku.
Aku mengepakkan sayap dengan cepat, lalu terbang bagai peluru menuju langit.
“Wah sang dewi mengajakku bermain pemangsa dan mangsa. Aku harap tidak terlalu mngecewakan jika nanti aku melahap dagingnya,” ujar Aillo sambil menjilat bibir luarnya.
Aillo mengejarku, sayapnya lebih kuat dari milikku. Sehingga jika aku lengah dia bisa saja menangkap ku. Aku tidak boleh lemah. Selain suara angin yang kian kencang. Aku juga mendengar suara tawa Aillo. Dia bahagia sekali kelihatannya.
“Kau tak bisa lari sayangku!” teriaknya.
Wuzhh... dia berhenti dan mengepakkan sayap dengan keras. Dari sayap dia duri-duri keluar. Ada belasan duri yang di lontarkan. Aku panik sehingga terkena dua duri yang megenai kaki dan tanganku. Kaku terasa. Terbangku mulai melambat. Sepertinya aku harus menghadapi dia.
Aku berhenti, lalu membalik badan. Ini sudah sangat tinggi dari tempat Varie;l bertarung. Bahkan aku melihat puncak gunung dari sini. Aku menyodorkan pedangku ke arahnya. Dia menanggapinya dengan senyuman. Percaya sekali bahda dia akan mengalahkanku. Namun aki tidak mau kalah.
“Dewi tolong bantu aku. Jangan biarkan aku kalah dengan pemberianmu ini. Tolong Dewi jadikan aku kuat. Aku tidak ingin mengecewakanmu,” aku berdoa dalam hati.
Aku maju ke depan. Aillo juga maju ke depan. Aku siap mengayunkan pedangku ke arahnya, sedangkan dia memakai sayapnya sebagai tameng.
Traaang... criing... sayapnya lebih keras dari bayanganku. Seperti baja yang sangat tebal. Menghatam pedangku. Menciptakan pecrikan cahaya. Aku lupa sayap satunya dia. Dan sayap itu menghantamku.
Kami saling melewati lalu apa yang terjadi? Apa aku menang. Atau aku yang mati..
.
.Part by : RashyQuila
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluring Secret [END]
FantasyStory by : Nao Tan and Rashy Quila [TAMAT] ✓ Hubungan antara malaikat dan iblis sangatlah terlarang ada di dunia. Namun kasus seperti ini sering kali terjadi dan terus terulang. Anak dari hubungan ini harus terasing dan hidup di dunia manusia, dan s...