Hari yang menyebalkan. Firasatku benar, nyawaku benar-benar terancam. Untuk pertama kali saat aku kehilangan ingatan aku tak mau mati karena hal konyol itu. Aku masih ingin hidup. Dewi tolonglah aku.
Variel? Bagaimana dia sekarang? Kutinggalakan begitu saja dengan papa. Biarkan saja. Akan kuhabisi mereka jika berani macam-macam. Hmm... aneh sekali kenapa aku merasa kesal saat ini. Apa ada hal yang salah.
Braak....
Aku masuk kamar dan membanting keras pintu kamarku. Ku jatuhkan tubuhku di kasur. Dan kututupi wajahku dengan bantal.
"Aaaaaaaaa... menyebalkan...!!!" untung saja teriakku teredam oleh bantal ini.
Bodo amat... aku membuka bajuku yang kotor dan memasukannya ke keranjang baju. Lalu pergi ke kamar mandi. Sebak air hangat sudah siap. Pasti Luna yang menyiapkannya. Aku memasukan tubuhku ke dalam air. Hawa hangat dan aroma terapi yang ada di sana menenangkan pikiranku. Rasanya mengantuk. Aku sangat lelah. Mungkin tidur sebentar tak masalah.
Tok... tok... tok... suara ketukan pintu membangunkanku. Kubuka mataku, kurasa aku terlelap hampir dari setengah jam. Lama sekali, pantas rasanya aneh. Mulai beruam di jari-jariku.
Tok... tok... tok...
Terdengar lagi. sepertinya Luna ada sesuatu yang penting denganku. Biasanya hanya terdengar 3 ketukan. Aneh sekali dia mengetuk berkali-kali.
Aku mengambil handukku. Dan membalutkannya ke tubuhku. Lalu keluar ke kamar mandi. Mungkin ada urusan lagi dengan papa. Tapi biasanya hanya sekali. Orang tua itu tak ingin berlama-lama denganku. Biasanya....
Aku memegang gagang pintu.
Cleek....
"Ada apa Luna?"
Betapa kagetnya aku ketika melihat yang ada di balik pintu bukan Luna... melainkan... hmmm... seorang pemuda... dengan wajah memerah... hmm... dia melihatku... dengan aku yang hanya memakai handuk... kita hanya diam beberapa saat... sampai...
BRAAK!!!
Aku membanting pintu lagi.
"DASAR ORANG MESUM!!" teriakku dari kamar. Sambil buru-buru memakai baju seadanya.
"Mana ku tahu kau bugil seperti itu!!" teriaknya balik.
Aku sangat malu. Sangat, kenapa orang itu bisa ada di sana. Apa penjaga tidak ada. Apa karena ulah papa. Aahhhh... ini menyebalkan.
"Kenapa hariku sesial ini!!"
...
SEKARANG, disinilah kami berdua. Saling berhadapan di balkon kamarku. Di sebuah meja dan kursi. Luna menghidangkan seteko teh hangat, dan beberapa kue kering. Aku masih menatap kesal orang ini. Dia hanya menatapku dengan bingung. Dan terus berkata, "Aku tidak sengaja, maafkan aku."
Berkali-kali aku menghela napas untuk menengakan diriku. Tapi tak berhasil. Aku masih kesal dan lelah. Sedangkan ini sudah sangat malam. Kulihat Luna sudah menguap beberapa kali saat berdiri di sampingku.
"Tuan besar pergi kembali ke kantor. Lalu pemuda ini pergi mencari kamar anda. Maaf saya tadi memberitahunya. Saya kira ada urusan dengan nona tadi," ujar Luna dengan nada murung.
Aku hanya menaggapi dengan tatapan dingin.
"Ayolah, aku hanya ingin pulang. Sedangkan para orang besar itu tak mengizinkanku pulang. Aku harus bagaimana? Hanya kau yang bisa kuminta tolong," jawabnya.
Aku kembali menghembuskan napas. "Nanti akan kusuruh Luna menyelundupkanmu ke luar. Sebagi hukuman buat dia."
Wajah Luna langsung pucat. Seperti melihat masalah yang amat besar sudah menantinya nanti. Kurasa Variel mulai iba padanya.
"Aku tak tahu apa masalahnya dengan keluarga ini, tapi mungkin aku akan tetap di sini untuk satu malam. Hanya malam ini," lanajut Variel.
"Oke, nanti Luna akan membawamu ke kamar tamu."
Wajah Luna agak tenang. Walau Variel agak sesak perasannya tentang ini.
"Ada apa? Kenapa wajahmu begitu?" tanyaku pada Variel.
"Tidak, hanya saja. Kaliaan tak seperti keluarga di mataku. Maksudku saat pertemuan antara anak dan ayah tadi. Maaf aku memang tak mempunyai keluarga. Tapi setidaknya aku paham sedikit."
"Keluarga di sini hanya lambang. Bagiku tak ada yang namanya keluarga sejati di sini, selain nama." Aku meneguk teh hangat dari cangkir kecil.
"Apa? Apakah begini cara orang kaya berpikir? Masa kecilmu pasti sangat tegas jika pemikiranku seperti ini."
"Aku tak punya masa kecil. Atau lebih tepatnya akun tak ingat, sedikitpun. Karena... saat aku terbangun... semuanya sudah seperti ini," aku mulai merasa sesak ketika membicarakan hal ini.
"Haa? Apa maksudmu?"
Luna berjalan mendekati Variel dan membisikan kalimat kecil yang masih bisa kudengar, "Nona kehilangan ingatannya saat masih SMP. Dan dia tak ingin membahas apapun soal masalah ini." Kalimat itu diakhiri dengan senyuman Luna. Dan Luna kembali di sampingku.
Variel masih tak paham dengan ucapan Luna. Tapi kurasa dia cukup cerdas untuk tidak membahas hal itu lagi.
Aku berdiri lalu merenggangkan tubuhku yang serasa pegal sekali.
"Bagi mereka aku hanya patung Dewi yang dapat bergerak, harus di jaga dan dilindungi, agar sesuatu kemalangan tak terjadi bagi mereka. Aku hanya itu. Bukan anak di keluarga ini."
Aku masuk ke kamarku dan duduk di ujung kasurku. Sambil memeluk salah satu boneka. Variel ingin mengejarku. Tapi Luna menghalangi. Dan mengajaknya pergi ke kamar. Tapi sebelum keluar, dia berhenti sejenak.
"Kurasa aku paham, rasanya tak memiliki keluarga. Tapi mungkin cara pikir kita yang berbeda," ucarnya sebelum pergi dari kamarku.
Luna menutup pintu, dan berkata akan kembali untuk membersihkan kamar sebelum aku tidur. Aku mendengar suara langkah mereka menjauh. Dan tanpa sadar aku mulai membaringkan badan, lalu tertidur.
...
Paginya agak aneh. Aku pergi sarapan dengan Variel. Dia mengatakan, "Aku diberikan baju oleh pelayanmu. Mereka bilang aku tak perlu pulang untuk mengambil baju. Aneh sekali."
Aku hanya mendengarkan tanpa berkata-kata. Karena aku juga tak tahu apa yang sedang mereka rencanakan.
Tak hanya sarapan, lagi-lagi kita satu mobil untuk pergi ke sekolah. Apa-apaan lagi ini. Aku meminta Luna duduk di sebalaghku sebagai pembatas antara aku dan dia. Suasana hanya hening sesaat. Tapi entah kenapa, aku masih kesal.
"Luna! Sebenarnya apa yang terjadi?"
Luna menatapku, "Saya tak tahu pasti. Tapi Tuan besar sepertinya menginginkan tuan Variel untuk tetap di dekat nona. Saya tak tahu alasannya. Maaf nona."
"Tak apa."
Sekilas kami tampak baik-baik saja. Tapi dalam hati, perasaanku terutama sangat campur aduk. Apa-apaan ini. Kenapa bisa begini?
Huuh... sampain kapan hal ini akan terjadi? Aku benar-benar ingin tenang. Dewi takdir apa yang sedang kau rencanakan padaku?
Variel dari tadi di rumah tak berkata-kata. Terakhir dia ucapkan, lebih baik kita bahas ini di sekolah. Di sini seperti ada yang mengawasi. Dan aku paham maksudnya.
Sampai di sekolah. Kami berdua sama-sama menghela napas. Dan saat kami keluar bersamaan.
Duaar... sesuatu hal besar sudah akan terjadi saat ini. Dan akan terus dalam waktu yang lama. Ratusan pasang mata melihatku sudah biasa. Tapi melihatku dengan Variel akan jadi gosip terhangat hari ini.
By: @aquilarashynh
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluring Secret [END]
FantasyStory by : Nao Tan and Rashy Quila [TAMAT] ✓ Hubungan antara malaikat dan iblis sangatlah terlarang ada di dunia. Namun kasus seperti ini sering kali terjadi dan terus terulang. Anak dari hubungan ini harus terasing dan hidup di dunia manusia, dan s...