Part 7 : Carberus

30 16 3
                                    

Cerberus , anjing berkepala tiga penjaga neraka. Pelihara Dewa Hades sang dewa lambang Kematian. itulah yang kubaca dari buku. Aku tak tidur malam itu. Dan sampai hari ini aku terus memikirkannya. Wanita itu, anjing itu, lalu mengapa dia mengejarku?

Apa ini ada hubungannya dengan kehidupanku? Kehidupan yang aku lupakan. Atau kehidupan yang belum aku ketahui. iblis dan malaikat. Apa makhluk itu benar-benar ada? Tapi aku yakin saat ini hidupku sedang terancam.



Aku bersujud dengan kaki Menekuk e belakang. Di depan sebuah patung wanita bertutup selendang. Tepat di saat fajar akan muncul. Jam menujuk hampir pukul 5. Luna berdiri di ujung ruangan. Membawakan sarapan dengan meja dorong perak. Sedangkan aku masih berbalut gaun tidur. Merangkul kedua tanganku dan kutaruh di depan dada.



"Dewi Aprodite, jika memang hidupku sedang di pertaruhkan, aku ingin memilki kekuatan yang lebih besar untuk menyelamatkanku.



Waktu kembali berhenti. Sebuah sorot cahaya mengarah ke arahku. Seekor burung merpati putih terbang dari arah patung. Bulu-bulunya berjatuhan ke sana ke sini dengan gerakan yang amat pelan. Aku membuka mata dan mengangkat kepala. Saat itu seorang wanita yang tertutup cahaya silau dengan rambut perak berdiri ke arahku. Tersenyum lembut padaku. Tatapan sayu dari seorang ibu. Itu yang kurasakan.



"Maafkan aku, karena cintaku, kalian menderita. Tak akan kubiarkan kalian menjadi korban lebih jauh lagi," suara nya begitu lembut, hingga membuatku ingin meneteskan air mata. " Aku kehilangan sayapku. Tapi akan kuberikan sebuah sayap untukmu. Terbanglah, dan selamatkan dirimu. Aku ingin kalian bahagia. Walau tak disurga bersamaku."



Bulu-buru burung itu kini bekumpul dibahuku. Membentuk sebuah sayap yang saat ini masih tertutup cahaya. Lalu tanganku terulur. Cahaya yang sama terkumpul di sana. Kali berbentuk senapan panjang perak. Dengan kristal merah di ujung tabungnya. Bentuknya semakin jelas, ketika cahaya mulai redup, dan aku merasakan ada yang bergerak di pundakku. Sepasang sayap yang sama sepeti merpati putih. Kukepakan sayap itu, yang membawa tubuhku naik. Senapan panjang tadi kuarahkan kecahaya terang di depan. Taklagi kulihat wanita tadi. Hanya sebuah titik terang.



Dooor....



Saat aku terbangun, aku sudah berada di kasur. Luna duduk di sampingku. Aku ingin bertanya apa yang barusan terjadi. Tapi dari tatapannya, kurasa dia malah yang lebih besar pertanyaanya.



...



Hari ini aku sengaja pulang telat. Membohongi sopir bahkan Luna. Arena ada urusan yang harus kuselesaikan. Aku melihat wanita semalam. Berkeliaran di sekolah sepeti tikus di got. Menjjikan sekali. Namun akan repot jika ada yang terlibat selain aku dan pemuda itu.



Benar saja, wanita itu muncul. Terang-terangan sekali dia muncul di depan sekolah. Aku hampir tertawa melihat pemuda yang sangat berani ini, Hamm... siapa namanya? Aku lupa.

Wanita itu juga mungkin merasa geli sama sepertku. Tapi dengan pandangan yang berbeda.


"Namamu sapa?"

Pemuda itu menatapku sinis, "Di saat seperti ini kau menanyakan namaku. Ini bukan waktu pas untuk berkenalan tuan putri."

"Aku hanya bertanya."

"Kau tahu, wanita itu sangat berbahaya. Lebih baik kau pergi tuan putri."

"Justru bukannya itu lebih membahayakan. Bagaimana jika dia menerkamku saat aku pergi jauh nanti?"

"Cih... baiklah. Tetaplah di dekatku."

Wanita itu menjilat bibir merahnya. Lalu berjalan selangkah ke arah kami. Bibirnya mulai berkecap. Dan tangan kanannya terulur ke depan. Matanya terpejam. Dia sedang membaca mantra.

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang