Part 20 : Upacara Terakhir

30 16 5
                                    

“Dia sudah tiada.”

“Jangan bercanda kau! Kau ingin mati, hah?!”

“Sekali lagi, aku katakan. Qia sudah mati. Hidup bahagialah kau.”

Bayangan itu menghilang seketika, bersamaan dengan cahaya yang mengyilaukan mataku.

“Qia!” Tanpa sadar, aku berteriak histeris.

Mimpi.

Aku malah terbangun di tempat aneh. Gersang, dan aku sama sekali tak bisa melihat siapa pun di sini.

Di mana Qia?

Aku berusaha kembali memutar semua ingatan yang sudah terjadi padaku. Kejadian beberapa waktu lalu saat Qia dibawa.
“Arghh!” kesalku.

Rasanya benar-benar ingin menangis. Qia yang selama ini kukenal akan mengorbankan dirinya untukku, untuk keselamatan dunia ini.

Gruhhh

Seketika aku mendengar suara gemuruh dari atas langit. Ada sesuatu yang aneh dengan keadaan dunia. Kilat yang menyambar benar-benar terlihat tak wajar, apalagi langit yang berselimut awan hitam.

Aku mencoba mengalihkan pikiranku lagi. Sial! Aku harus mencari Qia sebelum terlambat. Dia bisa selamat dengan cara apa pun.

Tapi, bagaimanapun aku akan berusaha. Bukankah aku memang tak akan bisa mengalahkan seorang dewi penguasa? Itu adalah hal mustahil.

Aku akan mencari Qia sekarang.


°°°



Entah dari mana asalnya perasaan itu. Variel malah memasuki bagian tempat terdalam. Dia sebenarnya tak tentu arah ingin ke mana. Namun, perasaannya mengatakan untuk terus melangkah ke jalan yang dia kira—ke sanalah tempat untuk menemui Qia.

Tubuh lemah, layu, dan tenaga yang hampir habis. Semuanya dikerahkan oleh Variel untuk Qia. Dia tak mau kehilangannya.

“Qia!” teriak Variel saat dia menyadari dia mulai memasuki hutan.

Setelah berlari begitu jauh, dia menemukan hutan lebat di tengah gurun. Sebuah keanehan lagi yang ada di matanya.

Kendati begitu, dia tetap nekad untuk memasukinya. Semuanya akan tetap dia lakukan, jika dia akhirnya bertemu dengan Qia. Variel tak akan pernah menyerah hanha karena masalah sepele.

Srruhh ....

Darah mulai melayang di mana-mana. Perlahan membentuk pusaran kecil. Variel menaikinya, kemudian duduk di atasnya dan pusaran darah itu bergerak dengan cepat.

Langit semakin mendung, udara terasa begitu mencengkam dalam hutan itu. Ditambah lagi dengan bau amis darah yang saat ini melayang di sekitar Variel.

Dia mengabaikan. Yang dia tahu sekarang adalah ‘bagaimana caranya agar dia bisa menemukan Quiona Aphrodite’. Tak ada tujuan lain selain itu, dia hanya harus melakukannya.

Detik demi detik berlalu, tak ada hal yang mencurigakan di sekitarnya. Dia tak juga melihat perkumpulan malaikat yang akan mengadakan ritual itu.

Variel berhenti sejenak, kemudian menoleh kiri-kanan dan belakang.

“Apa aku hanya berputar di daerah sini saja?” bisik Variel seraya menyeringitkan keningnya.

Sreet

Bunyi itu terdengar cepat, sebuah belati melayang ke arah Variel dengan cepat. Dalam hitungan detik, Variel terkena bagian perutnya, hingga dia terlempar dari pusaran darahnya. Belati itu bergerak cepat, menembus perut Variel yang seketika mengeluarkan darah merah.

Tanpa disadari, Variel muntah. Sebuah reaksi dari tubuhny, darah juga mengalir lewat mulutnya.

“Ck.” Variel bangkit lagi.

Tangannya menahan lobang yang diciptakan belati itu. Dia berusaha kembali berdiri. Dengan konsentrasi penuh, Variel mngendalikan darahnya sendiri.

“Banyak jebakan, ya!” tanya Variel yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri.

Darah yang keluar dari tubuhnya berhenti. Dia sudah mulai bisa mengendalikan darah untuk dirinya sendiri.

Variel mulai siaga, dia bersandar pada sebuah pohon yang besar. Tangannya masih memegangi perutnya yang robek karena belati yang menusuk.

“Siapa pun kalian, keluarlah!” bentaknya tiba-tiba.

Tak ada seorang pun yang terlihat sekarang. Entah kenapa, Variel berkata demikian. Mungkin karena dia merasakan ada seseorang yang mengintai dan memperhatikannya.

“Variel!”

Suara itu, Variel mengenalnya dengan jelas. Suara yang sudah beberapa hari di dekatnya. Suara yang menemaninya dalam kejadian-kejadian aneh yang mulai menghantui hidupnya. Ya, suara Qia.

Tubuh Variel bergetar, batinnya tak percaya setelah menangkap sosok Qia di depan matanya.

“Qia? Kenapa kau di sini?” tanya Variek haru, dia mendekat.

“Aku berhasil kabur, dan aku ke sini untuk menemuimu, Variel.” Qia tersenyum.

Haru, Variel memeluk orang yang berharga untuknya itu. Begitu pula dengan Qia, dia memeluknya dengan erat.

“Ke mana kita sekarang?” tanya Variel berusaha serius, agar mereka bisa lari dari masalah dunia.

“Yang jelas, kita harus keluar dari tempat ini dulu, Sayang,” bisik Qia masih mendekap Variel.

Variel hanya mengangguk, dan kemudian kembali berjalan menarik tanga Qia yang menurut.

“Tunggu.”

Langkah kaki keduanya terhenti.

“Kenapa?” tanya Qia memastikan.

“Sejak kapan kau memanggilku ‘sayang’?” Varieo balik bertanya dan membuat Qia gelagapan.

“Tak apa, kan? Apa kamu masalah jika aku berkata begitu? Bukankah kita memang saling menyukai?” sanggah Qia cepat.

“Memang. Tapi, kita adalah saudara kembar. Kau tak pernah memanggilku dengan sebutan itu, karena kaua dalah gadis paling pendiam yang pernah kukenal.”

“Variel! Ini aku! Apa salahnya jika aku berbicara seperti itu? Aku hanya ingin menikmati hidup denganmu sekarang! Setelah aku berusaha keras untuk kabur, dan kau sekarang tak mempercayaiku?” Pertanyaan bertubi dari Qia membuat Variel benar-benar membisu.

“Kapan aku bilang aku tak percaya padamu?” tanya Variel.

“Da—dari kata-katamu ini! Kau mengatakan dari kalimatmu bahwa kau tak percaya padaku!” Tangisan dari Qia terdengar.

Matanya mulai berbinat, terlihat bahwa dia merasa sakit karena sikap Variel padanya. Sekarang dia terduduk di rerunputan tengah hutan, dan memeluk lututnya sendiri.

Variel merasa bersalah. Dia mendekati Qia dan mulai meraih tangan Qia untuk dia genggam.

Dia menggenggam tangan Qia sampai isakan dari Qia mulai berhenti. “Maafkan aku,” ujarnya.

Qia mengangkat kepalanya. Variel menggapai pipi Qia dan mengusap tirta bening yang jatuh dari matanya.

“Sejak kapan kau menjadi begitu cengeng?” tanya Variel setengah tertawa.

“Sejak setelah kejadian ini semua,” jawab Qia malu-malu dan bersemu.

“Dasar,” ketus Variel cuek seperti biasa. “Jadi, akan ke mana kita?”

“Bukankah seharusnya kita pulang?”

“Tidak, aku mau menyelamatkan ayahku dulu. Setelah itu, baru kita pergi.” Variel berdiri dari duduknya dan membelakangi Qia.

“Ayah? Ayah sudah mati! Kalau ke sana bisa-bisa aku kembali ditangkap Athena!” panik Qia.

“Bukankah kau yang bilang? Ayah harus selamat?” Variel membalik dengan tatapan bingung.

“I—iya, tapi jika ke sana, kita berdua bisa saja mati.” Qia tertunduk lemah.

Variel memandangi Qia lama. Keningnya berkerut, menimbang sesuatu yang ada di pikirannya saat ini. Semuanya sudah aman sekarang, Qia sudah ada di dekatnya. Namun, dia merasakan sesuatu yang aneh.

“Apa kau benar-benar Qia?” Variel menyelidik.

“Te—tentu saja!” jawab Qia tergagap dengan nada yang tinggi.

“Aku mau buktikan.”

Qia terdiam menatap Variel yang mulai mendekat. Awalnya dia hanya diam dan tak merespon apapun. Namun, setelah beberapa saat, wajah Variel mulai mendekat ke arah Qia.

Qia yang melihat itu mulai merasa keringatnya bercucuran. Wajah Variel benar-brnar hanya berjarak tiga cm sekarang. Dia semakin risau dan terdiam.

“Mau apa?” tanya Qia tiba-tiba, segera melompat dan menjauh.

“Katakan siapa kau?” tanya Variel dingin, matanya mulai memerah menatap.

“Yare-yare ....” Suara itu seketika berubah menjadi seorang laki-laki. “Aku ketahuan, jadi kau akan terbangun sekarang,” ujarnya.

Seketika tubuh Qia berubah menjadi sosok laki-laki tampan. Rambutnya panjang dan di kepang. Tubuhnya yang tegap menunjukkan dia adalah seorang yang lebih dari manusia.

“Di mana Qia?” tanya Variel cepat.

“Kau akan melihatnya saat kau terbangun. Aku hanya bertugas memperlambat proses mimpimu. Dan, jika kau menyadari kalau aku bukan Qia, kau akan terbangun.”

Cahaya menyilaukan mata tiba-tiba saja datang. Variel terkesiap dan menutup matanya dengan cepat.

Dia terbangun.

Tak jauh dari tempat dia terbangun. Dia melihat sebuah altar besar yang di tengah-tengahnya terdapat seorang gadis cantik.

“Qia!”

.

.

.

TBC

Part by Nao_Tan

Hallo Readers? Apa kabar nih semua?
AS udah lama lho, dan bakalan tamat juga

Dan gak nyangka .... Ini udah 1 episode menjelang epilog!
Yep! Part selanjutnya episode terakhir ....
Jangan sad ya readers :3
(Kalau emang ada si v:)
Nao sama Rara bakalan lanjut story masing-masing!
Yey! Cek aja ya cerita kami ...
Jangan lupa, mampir juga ke beberapa collab story kita
RashyQuila

Bay bayy!!

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang