Part 11 : Bunga Adonis

34 17 2
                                    

Seorang penulis bernama Aeschylus pernah mengatakan: "...Malam (Night) yang hitam bersayap. Menuju ke Erebus yang gelap dan dalam. Di sana terbaring sebuah telur, dan seiring bergantinya musim. Lahirlah Cinta (Love), yang lama di rindukan, bersinar, dengan sayap emasnya."

Kata-kata itu seperti mengungkap siapakah yang mereka sebut itu kami.

.
.
.
.

Aku bertanya padanya, "Siapa kau? Dan siapa aku?" Tapi dia tak menjawab.

Aku kembali menelan ludah. Kejadian demi kejadian tak masuk akal terus terjadi. Anehnya hanya terjadi padaku dan Variel. 

Aku tak tahu bagaimana. Aku baru saja bersiap untuk pulang. Aku sudah bilang Luna untuk pulang duluan. Dan aku akan pulang bersama Variel. Namun wanita itu datang. Beruntung aku tak menatapnya secara langsung.  Aku hanya melihat itu dari pantulan kaca jendela. Dan kulihat banyak ular ada di kepalanya. Dan setelahnya kejadian itu terjadi.

.
.
.

"Kita akan kemana?" Tanya Variel.

"Aku tak tahu. Aku sudah lelah," jawabku.

Kami duduk di kursi taman. Taman yang sama tempat ku bertemu Variel. Variel meminjamkan jaketnya untuk ku pakai. Agar aku bisa membunyikan rambutku ini. Aku tak bisa pulang. Karena di sana juga bukan tempat yang aman menurutku. Di sini juga bukan tempat yang aman. Tapi aku bingung harus ke mana lagi.

Sesuatu yang bersinar menyilaukan mataku. Dari arah rerumputan, cahaya merah tua yang berasal dari sebuah bunga.

"Variel lihat!" Aku menyenggol tubuh nya.

Dia melihat ku. Ku tunjuk cahaya itu. Dan dia sama terherannya denganku.

"Bunga yang bersinar?" Aku menatap bunga itu jelas-jelas. "Itu bunga Adonis."

"Bunga Adonis?"

Aku tak menjawab pertanyaan itu. Aku terlalu penasaran dan mendekati bunga itu. Saat satu bunga kudekati, bunga lain juga ikut bersinar. Terus seperti itu, sampai berderet panjang menunjukan sebuah arah. Dan aku terus mengikuti bunga itu.

"Qia kau mau kemana?" Tanya Variel.

"Sudah ikut saja," jawabku.

Ada sebuah kisah tentang Dewi Aphrodite. Dia pernah memiliki kekasih yang sangat dicintai nya. Namun pemuda itu tewas saat berburu. Dewi Aphrodite sangat berduka. Begitu pula pohon-pohon dan gunung.

"Kau telah mati oh kekasihku, hasratku telah hilang seperti mimpi. Kecantikan ku telah pergi bersamamu, namun aku akan tetap hidup karena aku adalah seorang dewi dan tidak boleh mengikutimu. Ciuman aku untuk terakhir kalinya, ciuman panjang, hingga bibirku dapat merasakan jiwamu meregut habis semua cintamu," itu yang di bisikan  Dewi Aphrodite saat itu.

Pemuda itu bernama Adonis. Dan dari darahnya keluar bunga Adonis. Biasanya aku melihat bunga Adonis berwarna kuning. Dan jarang sekali melihat yang berwarna merah dan bersinar seperti ini.

Bunga itu yang awal-awal bersinar lambat dan diikuti yang lain satu persatu. Kini semakin cepat dan semakin banyak bunga yang bersinar. Aku yang awalnya berjalan pelan, mulai berjalan cepat. Dan ketika bunga itu semakin sangat banyak dan pergi cepat. Aku pun mulai berlari. Berlari cepat.

"Qia tunggu!" Teriakan Variel tak kepedulian. Aku terus mengejar bunga itu.

Bunga itu seperti membawaku ke sebuah tempat. Dari yang hanya sekedar taman di tengah kota, menjadi sebuah Padang rumput yang terpapar sinar bulan. Hingga semakin menuju ke arah hutan yang gelap. Aku tak takut dengan gelapnya hutan. Dan hanya fokus pada bunga itu. Sampai bunga itu mengarah ke sebuah rumah kecil di tengah hutan. Atau lebih tepat disebut gubuk dari pada rumah.
Dan di sana titik terakhir bunga itu bersinar. Saat itu aku mulai tersadar.

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang