Part 6 : Blood Field

47 21 9
                                    

Secercah cahaya menyilaukan mataku yang baru saja terbuka. Aku terbangun, dan sekarang aku tepat berada di blakon sekolah. Tempat yang paling pas untuk menghindari keramaian.



Kenapa aku tertidur?



Karena berpikir. Satu jawaban yang sangat simpel untuk dijawab. Aku memang suka tertidur jika sudah berpikir, dan nantinya pikiran itu akan terbawa ke dalam mimpi dan aku akan melanjutkan pikiranku di sana.



Kejadian tadi malam membuatku sedikit bergedik ngeri. Seorang wanita dengan baret hitam memang tidak terlalu aneh. Tapi, seekor anjing dengan tiga kepala? Yang benar saja.



Tentu saja hal itu yang membuatku memikirkan semuanya. Mulai dari kata-kata, hingga semuanya. Ada beberpa hal aneh lainnya yang aku dengar dari wanita itu.



"Iblis dan malaikat menjadi satu?"



Apa maksudnya dari perkataan itu. Karena aku sama sekali tidak percaya dengan adanya malaikat. Untuk iblis, aku percaya, karena aku sekarang ini berada di dunia iblis yang tidak pernah peduli antara satu dengan yang lainnya.



"Hoi, kau!" teriak seseorang dari arah belakangku.



Aku menatapnya dingin. Dia lagi, orang yang pernah baku hantam denganku tempo hari karena dia kalah dalam bermainan basket solo. Memalukan memang.



Tapi, dia tak menerima kekalahannya dan akhirnya terjadi baku hantam antara kami berdua. Kami menjadi bahan tontonan satu sekolah. Sama sekali tak ada yang peduli atau berusaha melerai perkelahian kami. Dunia ini memang bodoh.



Hingga akhirnya, seorang guru melerai dan kami segera dibawa ke ruang bimbingan konseling. Parahnya lagi, aku dikenai skor satu hari, dan bajingan berbadan besar itu dinyatakan tidak bersalah.



Dia dilindungi undang-undang sekolah, dimana anak dari donatur akan dinyatakan aman dari semua masalah. Peraturan itu memang tidak tertulis, tapi setidaknya aku tahu kalau peraturan itu memang ada.



Sekarang, aku hanya berdiri. Tak ingin terkena masalah lagi yang ujungnya akan mengecewakan bapa dan suster. Mereka sampai diam denganku selaman dua hari karena permasalahan itu.



"Aaaa ... tumben kau mau mengalah?" tanyanya menyindir.



Aku yang tadinya sudah melangkah kembali berbalik. "Aku tak ingin mendapat masalah hanya karena babi penjilat sepertimu," ujarku menohok.



Dia segera melangkah cepat. Sementara aku malah berjalan santai menuruni tangga. Tapi, sepertinya dia akan menerjangku.



Blood field ....



Aku sudah bisa merasakan jikalau tubuhnya sudah membatu tepat di tepi tangga. Setidaknya tidak akan terjadi baku hantam. Karena aku hanya menghentikan peredaran darah dalam tubuhnya.



Krrringgg!



Bel pulang sudah berbunyi. Dan aku bisa kembali ke kelas.



Sebenarnya, saat aku tidur, itu adalah jam pelajaran yang terakhir. Satu jam pelajaran aku tertidur, dan saat bel pulang sudah berteriak, aku turun untuk mengambil tad yang ada di dalam kelas.



Jujur saja, pelajaran itu membuatku sangat bosan. Guru mata pelajaran juga hanya menerangkan hal yang sudah aku pahami. Tapi, terus dibahas selama dua minggu lamanya. Gimana aku tak bosan?



Saat masuk ke dalam kelas. Kelas sudah tak ada lagi siswa siswi, tapi, aku melihat pak Glen duduk di bangkunya seraya memperbaiki kaca mata dan menatap dingin ke arahku.

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang