Part 8 : Keluarga Aphrodite

29 16 0
                                    

Aku bisa saja menjadi gila jika semua kejadian ini terus terjadi dalam kehidupanku. Dulunya, aku mengira hanya aku yang mempunyai kekuatan spesial di atas dunia ini. Tetapi, Tuan Putri itu bisa mengepakkan sayapnya di atas udara. Dia sangan menawan dan luar biasa.

Pengejaran malam itu berakhir setelah wanita tua itu berlari sembari tertawa dan mengucapkan hal yang sama terus menerus.

Kalian akan menjadi buronan.”

Tidak terlalu susah untuk mengartikan kalimat itu. Karena otakku segera berpikir dan memutuskan jika arti kata itu adalah, dalam bahaya.

Kami berdua berada dalam keadaan bahaya. Dia sudah melihat kekuatan Tua Putri dan sekarang aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Gadis itu sekarang terbaring di tengah jalan. Di depan gerbang sekolah yang masih saja terbuka. Dia terlihat sangat kelelahan setelah menheluarkan sepasang sayap putih dari punggungnya.

Aku membawanya. Mencari tempat terdekat supaya dia bisa beristirahat dengan nyaman. Dia mungkin saja terlalu lelah karena sesuatu yang keluar dari tubuhnya tadi.

Jika malaikat memang ada, kenapa mereka tidak memusnahkan para iblis seperti wanita tadi? Aku membatin kesal.

Jika saja aku tidak bisa meminta bantuan kepada semua malaikat bahkan dewa. Aku akan meminta bantuan dengan iblis apa pun itu resikonya. Jika kami terus diincar seperti ini, aku tak akan segan-segan memegang kontrak dengan mereka semua.

Ughh ....”

Dia bangun. “Kau sudah bangun Tuan Putri?”

Dia hanya mengangguk singkat kemudian menatapku. Dari tatapannya terlihat jelas jika dia sangat memerlukan sebuah jawaban untuk semua kejadian yang tadinya terjadi. Di luar juga sudah gelap, dia pasti akan semakin khawatir.

Dengan itu. Aku menceritakan semuanya. Aku menceritakan bagaimana kesimpulanku atas semua kejadian yang ada. Dan dia setuju. Dari sinilah kesepakatan terjadi, dan kami tak akan pernah mengingkari.

“Sekarang, keluarlah, di luar supirmu sudah menunggu.” Ucapanku dibalas anggukan olehnya.

Dia berjalan keluar dari ruangan UKS. Sesaat kemudian aku menyusul beberapa langkah di belakangnya. Berdasarkan laporan sekarang, aku adalah pelaku yang membuat gadis itu pingsan.

“Saya minta maaf kepada Tuan Putri,” ujarku singkat saat kami berjalan di lorong sekolah yang gelap.

Langkahnya berhenti kemudian dia menoleh ke belakang. “Berhenti memanggilku ‘Tuan Putri’. Qia, aku lebih suka dipanggil itu,” ucapnya.

Tiba-tiba meminta pergantian nama? Bukankah nama dia yang sering dipanggil orang-orang adalah itu?

“Cukup Qia saja, Variel,” katanya lagi.

Aku mengangguk singkat. Entahlah dia bisa membaca anggukanku di dalam gelap atau tidak. Yang jelas aku sudah menjawab apa yang dia minta.

Kami sekarang sudah berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang sudah terparkir dua mobil mewah. Aku bahkan tak tahu apa saja mereka dari mobil itu. Yang jelas pasti merek dari kelas atas.

Empat orang berbadan tegap segera keluar dari sana. Mereka segera mengeser tubuhku agar menjauhi Qia. Aku hanya menurut, tak mau mencari masalah dengan orang-orang berotot ini.

“Kau, ikut kami, urusan kau karena telah mencelakai nyonya masih belum selesai!”

Salah seorang bodyguard-nya memegang kedua tanganku keras. Dia kemudian menghentakku agar masuk ke mobil di bagian paling belakang.

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang