Epilog

40 15 2
                                    

Pria tua itu berjalan dengan kaki pincang kembali ke pondoknya. Luka di perutnya masih meneteskan darah. Namun kehidupannya yang abdai tidak bisa membunuh dengan luka apapun.

Petir menyambar ke sana ke mari. Matahari tertutup bulan. Awan menutupi segal arah. Bumi bergetr berkali-kali. Daun-daun layu. Dan ombak besar saling bertabrakan. 

Semua bermula dari dosa besar yang telah dia lalui. Namun bagi dia dosa itu adalah cinta sejatinya. Dia tetap saja makhluk lemah yang akan tunduk terhadap cinta. Dan saat itu dia tak berpikir akan kehilangan segalanya, terpisah dari orang yang dicintai, dan sesaat lagi kehilangan anak-anak yang baru dia temui.



Dua anak kembar lahir dengan takdir yang memilukan. Sebab mereka lahir dari sebuah dosa. Terlepas dari hukum alam yang rumit, dan dunia yang akan hancur. Mereka tetap anak-anak yang harus menanggung beban yang bukan kesalahan mereka.

Qia menari diiringi musik dari Lyra yang sangat indah. Setiap lambaian tangannya membentuk sebuah lambang dari 12 rasi bintang. Satu persatu iya bentuk dengan gemulai yang sangat indah. Di saat dunia gelap dan penuh petir. Hanya yang di atas Qia terlihat sangat cerah. Musik yang awalnya lambat, semakin lama semakin cepat. Dan membuat gerakan Qia juga ikut cepat. Seperti ada tali yang menggerakkan Qia, dan membuatnya tak bisa berhenti dan terus menari.

"Uhuk…," satu batuk membuat darah keluar dari mulut Qia.

Tubuh Qia juga semakin lemah. Setiap rasi yang dia buat seperti menguras energinya. Rambutnya yang awalnya perak, berubah menjadi putih kusam. Kulitnya juga semakin pucat. Tubuhnya semakin terlihat kecil. Perubahan itu sangat cepat dan semakin parah setiap menitnya.

Qia semakin sering batuk. Dan darah selalu keluar dan semakin banyak. Dia masih bergerak cepat. Namun terlihat bahwa sudah tak ada daya dari tubuhnya. Matanya juga mulai redup.

Rasi Capricorn adalah yang terakhir dari 12 rasi bintang besar. Musik dari petikan Lyra berhenti. Dan Qia juga ikut berhenti.

Bruukk… tubuh lemah Qia tergeletak di sana. Kurus dan tak ada daya.

"Qia!!" teriak Variel.

Entah dari mana datangnya, Variel langsung mendekati Qia. Melihat Qia yang hampir tak ada daya membuat air mata menetes darinya. Variel mengangkat kepala Qia. Dan menaruhnya di pangkuannya. Dia memegang tangan Qia yang sudah lemas dan kurus. Qia sendiri menatap Variel dengan senyuman.

"Kenapa kau lakukan ini Qia? Kenapa?" Tanya Variel dengan isak tangis.

"Ini sudah di takdir kan untuk kita. Demi dunia yang tak pernah berakhir."

"Kenapa kau peduli pada dunia. Mereka saja tak peduli pada kita. Mereka juga tak menginginkan kita. Biarkan dunia hancur."

"Aku ingin kau dan yang lainnya mempunyai masa depan yang indah. Jadi jangan sedih," suara Qia semakin mengecil.

"Tapi yang kuinginkan adalah bersamamu. Hari-hari yang kita lewati. Dan yang mereka renggut. Kau adikku, dan orang yang kucintai. Kita sudah terpisah. Dan aku tak ingin kita terpisah lagi. Kumohon Qia mengertilah," air mata Variel semakin deras.

"Mengubah rasa sakit menjadi senyuman. Aku menginginkannya."

"Tapi tak ada yang menghargaimu, apa kau mau mati seperti ini Qia? Aku ingin melindungi dirimu, hanya dirimu."

"Aku ingin menyalakan dunia. Apa yang kita inginkan tidaklah sama."

Athena berjalan mendekati mereka. Ekpresinya sepeti biasa datar dan bermata tajam.

"Tarian sudah selesai.  Takdir yang tak bisa terhindarkan ini. Cahaya dan takdir. Tolong berilah kebebasan pada jiwa ini. Bebaskan lah dari kegelapan," Athena mengucap doa.

Tubuh Qia perlahan kembali seperti semula. Rambut peraknya kembali. Tubuh nya kembali terisi. Qia kini memiliki tenaga, dan dia bangun. Mengetahui Qia pulih lagi, Variel memeluk erat Qia. Namun yang anehnya, tubuh Qia bersinar.

"Qiaaaa!! Qiaaa!!"

Perlahan tubuh Qia terkikis seperti kunang-kunang yang terbang ke langit.

"Qiaa jangan tinggalkan aku. Walau tubuhku hancur pun, aku tak mengapa. Asal aku selalu di sisimu. Aku tak ingin hidup tanpamu. Lebih baik kita leyap bersama."

Athena tersenyum. Dia mengeluarkan pedang dari baju besinya. Lalu ia arahkan ke Qia dan Variel. "Jika itu yang kau doakan. Maka doamu akan terkabul. Tertidur lah kalian di bawah cahaya."

Sinar keluar dari pedang itu. Mengenai lalu menyelimuti Qia dan Variel. Kini tak hanya tubuh Qia yang terkikis seperti kunang-kunang. Tubuh Variel pun juga. Variel melepas pelukannya. Lalu menatap Qia dengan senyuman lebar. Qia pun membalasnya. Dia juga tersenyum bahagia. Hingga menetaskan air mata.

Suara Lyra terdengar lagi. Bersaman dengan perlahan tubuh mereka lenyap. Langit ikut cerah. Taman-taman kembali tubuh hijau. Bunga bermekaran. Dan laut kini tenang. Surya menyinari mereka. Sangat terang. Membawa mereka naik ke langit. Sekali lagi cahaya yang menyilaukan keluar dari mereka. Sangat silau sampai tak ada makhluk yang bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Dan saat cahaya itu berhenti. Tak lagi sisa dari Qia dan Variel. Kini mereka telah tidur dibalik cahaya.


.

.

.

The End

Wah! Udah tamat ceritanee ... Ehhehe ....
Kami berdua Nao_Tandan RashyQuila
Mengucapkan banyak maaf, jika ada kesalahan kata, penulisan dan yang lainnya dalam cerita ini.

Semoga teman-teman suka selalu sama ceritanya ya! Oke!

Baaayy ❤️✨

Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang