Part 12 : Sirens

31 15 0
                                    

Sial! Kemana dia? Kenapa aku harus mencarinya lagi di tengah kegelapan? Dan kenapa setiap bersama dia aku selalu saja terkena musibah.

Kejadian satu hari yang lalu sudah memperlihatkan kepadaku bagaimana tampang kejam seorang ayah keluarga Aphrodite. Dan sekarang, aku akan mendapatkan hal yang lebih dari itu jika Qia tidak juga kutemukan.

Satu jam berlalu dan hasilnya sama saja. Qia sama sekali tak bisa ditemukan. Dia menghilang begitu saja bagaikan ditelan bumi.

“Akh!” Aku berseru sebal.

Kenapa dia sangat liar dan sama sekali tak bisa diatur. Sebuah kata yang mengatakan kami harus bersama terus terngiang di kepalaku. Dan faktanya sekarang, dia sama sekali tidak bersamaku.

Ssshhhh

Bisikan hembusan kecil. Aku merasakannya bertiup tepat di telinga sebelah kiriku. Sesuatu meniupnya. Bukan, pasti seseorang.

Di sekitarku kosong, hanya ada sungai dan pepohonan. Dan juga ada beberapa bunyi hewan yang kurang kukenali. Bulu kudukku berdiri.

“Hai.”

Sapaan kecil membuat tubuhku terlonjak kaget dan melompat ke belakang. Suaranya berasal dari arah sungai, seseorang memanggilku dari sana.

“Kau tak perlu terkejut begitu,” ujarnya lagi.

Aku menoleh ke arah sungai. Seorang wanita yang hanya menampakkan kepalanya saja dari dalam sungai. Rambutnya hitam kecoklatan, matanya sebiru air laut. Siapa dia?

“Siapa kau?” bentakku mulai merasa terancam.

Dia tersenyum tenang, seraya mengeluarkan tubuhnya lagi dari air. Sekarang air hanya sampai ke pinggangnya.

“Hei, Sayang .... Sejak kapan kau takut dengan jenismu sendiri?” Wanita itu mendekat ke tepi sungai, tempat aku terduduk.

“Jawab saja aku!” bentakku lagi.

Dia menjawab tenang. “Aku Sirens,” ucapnya.

Mendengar nama itu membuat keningku mengerut. Nama yang aneh, dan apa yang dia lakukan berenang malam-malam di sungai?

“Apa yang kau lakukan di sini? Ini sudah malam! Tidak baik seorang wanita berenang malam-malam begini di tengah hutan.”

Kurasa aku sudah mulai tenang karena bertemu seseorang yang mungkin bisa kutanyai tentang di mana gadis itu berada. Jujur saja, aku sangat mengkhawatirkannya.

“Haa ... aaa ... this island is my mind ... you will come to me .... And this water is my friends ....”

Dia bersenandung pelan. Suaranya sangat merdu dan aku mengakui hal itu. Namun, entah kenapa, lama kelamaan aku merasakan semua hal gelap. Mataku berat, hingga tanpa sadar aku terkapar di atas bebatuan.

.

.

.

Secercah cahaya menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dengan kedua tangan. Tanpa kusadari aku merasakan tubuhku sedang mengambang di dalam air.

Dingin.

“Ah ... Terima kasih, kau sangat membantuku.”

Suara itu ... Sirens! Dia! Kenapa ada dia di sini? Dan kenapa aku berada di sini? Ini di dalam air dan aku sama sekali tak bisa bernafas di sini.

“Bernafaslah, kau bisa bernafas di sini.”

Dia seperti bisa membaca pikiranku. Semua bagian tubuh wanita itu tidak tertutupi sama sekali, kecuali helaian rambutnya yang menutupi bagian dadanya.

Namun, aku menatap ke arah bawah. Bagian kakinya, dan hal itu benar-benar membuatku syok. Dia tidak punya kaki! Dia hanya memiliki sirip dengan bentuk seperti ekor ikan.

“Si—siapa kau sebenarnya?” tanyaku tergagap.

Dia tidak menjawab. Masih sibuk dengan urusan yang ada di atas meja di samping tempatku berbaring. Sesekali dia bersenandung kecil.

“Kau juga seorang iblis dan monster, jadi berusahalah sebiasa mungkin.”

“Aku manusia! Kau tahu itu!”

Dia mengatakanku sejenis dengan monster? Yang benar saja, aku jelas-jelas adalah seorang manusia yatim piatu yang tinggal di Gereja. Dan dia seenaknya menyebutku seorang monster?

“Entahlah, aku tak tahu pasti akan hal itu. Tapi, aku hanya merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam tubuhmu,” ucap Shirens.

“Berbeda bagaimana maksudmu?” tanyaku.

“Aku tak bisa menjelaskan sebabnya. Karena aku sendiri pun juga tak tahu. Aku ke sini hanya ingin menyelamatkanmu.”

“Menyelamatkan? Apa kau tak tahu? Kalau aku tahu siapa kau? Kau adalah makhluk laut yang akan menggoda orang dengan suaramu hingga masuk ke dalam jebakanmu! Kau itu makhluk berbahaya!” bentakku.

Sudah jelas sekarang. Dia Shirens, makhluk yang berbahaya dalam buku-buku Yunani Kuno. Aku suka membaca buku yang mengisahkan semua hal tentang makhluk Mitologi.

“Ka—kau ... jika kau pergi dari sini kau akan menjadi incaran iblis! Kau tahu itu?”

“Bukankah kau yang iblisnya?” balasku.

Dia bungkam. Kemudian berenang menjauh dariku dengan ekornya. Di dunia manusia, makhluk seperti dia akan disebut Duyung. Tapi, aku tak yakin jika memang itu nama sebenarnya.

Aku akan pergi. Tidak mungkin lagi aku berada di sini. Dia pasti akan meminum darahku seperti yang sudah dikatakan musuh-musuhku sebelumnya. Mereka semua mengincarku.

Namun sial lagi. Tubuhku tak bisa bergerak di dalam air ini. Tiga buah pusaran membuat tangan, kaki, dan tubuhku tak bisa bergerak. Ini pasti pekerjaan wanita itu. Akh!

“Sudah selesai berkeluh kesal?” Dia kembali, dengan sesuatu yang ada di tangannya.

“Lepaskan aku! Atau kau akan mati!” kecamku.

Dia masih saja bersikap tenang. Jauh lebih tenang dari pada apa yang aku bayangkan. Biasanya jika ada seseorang yang kukecam dengan ancaman itu, pasti akan merinding dan melakukan apa yang aku pinta. Namun dia ....

“Minumlah ini,” ucapnya.

Minum? “Kau kira kau bisa menipuku dengan minuman ini?” ujarku kesar.

Dia masih saja tenang dan terus menyodorkan minuman itu padaku. Cairannya berwarna ungu kehijauan, dan berada di dalam sebuah tempat kaca bening.

“Seseorang yang berarti bagimu memintaku untuk menyerahkan ini padamu dan menyuruhmu untuk meminumnya jika kau mengunjungiku.”

“Siapa dia?”

Teka-teki ini benar-benar membuat kepalaku panas. Aku bisa saja membuat semua air sungai ini mendidih.

“Minumlah, dan kau akan ingat.”

Aku terdiam. Berusaha menimbang apa yang harus kulakukan saat ini. Aku masih berpikir jika minuman itu adalah racun yang bisa saja membunuhku.

“Apakah ini ada hubungannya dengan semua masalah yang kualami dengan Qia?” tanyaku mulai melunak.

“Ya.”

Tanpa pikir panjang lagi, aku meminum air itu. Rasanya hambar seperti aku meminum air putih biasa. Namun, aku merasakan sesuatu.

Sepintas bayangan-bayangan singkat melewati alam bawah sadarku. Semuanya diputar berurutan bagaikan film pendek. Aku ... Aku ingat.

“Sudah merasa mendapat jawaban?” tanyanya.

Aku hanya tersenyum singkat seraya mengangguk. Semuanya sudah di luar kendaliku. Kehidupanku, dan semuanya.

“Lalu, kenapa aku menjadi dapat masalah?” tanyaku lagi.

“Aku tidak tahu tentang hal itu, hanya saja, kau dan gadis itu adalah orang yang paling istimewa di antara 3 dimensi dunia. Ini dimensi bawah, selamat datang. Pergilah menemui kakek tua di atas gunung. Kau akan menemukan sendiri gunung apa itu, dan kalian akan mendapatkan jawaban pertanyaan kalian.”

“Terima kasih.”

“Keluarlah, aku akan membawaku keluar dari bawah sini.”

Dia berenang ke atas seraya membawa sebuah cermin bercahaya. Cermin itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Sangat menyilaukan selayaknya cahaya pagi buta.

Aku kembali menginjakkan kaki di atas tanah. Tempat pertama kali aku bertemu Sirens. Dia memberikanku jawaban tentang satu pertanyaan yang ada di kepalaku.

Sekarang, aku harus mencari Qia. Aku akan memberitahunya dan kami akan memecahkan masalah ini bersama. Dan hidup seperti biasa selayaknya manusia.

Kami membawa sesuatu yang spesial. Mungkin saja sesuatu yang ada di tubuh kami berdua membuat para iblis mengincar kami. Semua kebenaran sama sekali belum kuketahui.

“Variel!” teriakan Qia membuatku menoleh ke samping. Tepat di mana dia sempat hilang.

“Dari mana saja kau?” tanyaku kesal menatapnya dengan tatapan sangar.

“Hehehe ... aku tersesat.”

Kenapa dia? Ada apa dengan wajahnya yang tersenyum tulus padaku? Wajahku memerah sekarang, dia baru sekali ini tersenyum padaku dan itu sangat manis.

“Aku tahu akan melakukan apa.” Kami berdua berucap secara bersamaan.

Sungguh suatu hal yang tak terduga. Aku dan dia mengucapkan kata yang sama dalam waktu yang sama. Apa ada yang salah di sini?

Tentu saja hal itu membuatku sangat malu, dan dia juga. Kami hanya mengalihkan pandangan ke belakang. Berusaha mencari sesuatu untuk dilihat selain dia.

Aku yakin, dia pasti tahu sesuatu.

.
.
.
.






Alluring Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang