08| BANDARA

125 72 78
                                    

"Gue benci liat lo nangis Nay" Arsa sesegera mungkin menghapus air mata Anna.

"Jangan nangis lagi. Semua akan baik baik aja, ada gue di sini Nay. Gue bisa bantuin lo nyelesaikan masalah kematian ibu lo. Masalah perlakuan ibu tiri lo, gue siap jadi pelindung. Lo percaya kan sama gue?"

Braaaakkkk!!!

Pintu kelas terbuka tiba-tiba, sontak Anna menjauhkan tubuhnya dari Arsa dan segera mengusap air matanya

Sementara Arsa, ia berdeham sebentar untuk mencairkan suasana

"Niel, lo ngapain disini?" tanya Kaila.

"..."

"Danial, gue ngomong sama lo!" ucap Kaila.

"..."

"Yeh, budek ya lu" ucap Angel.

Arsa menoleh, tatapan tajam itu tertuju pada Angel. Vania yang berada di sebelah Angel juga memberi tatapan yang serupa pula pada Angel dan menginjak kaki Angel keras. Sontak Angel meringis kesakitan

"Eemm, Arsa maafin Angel ya" ucap Vania kepada Arsa yang masih saja bungkam.

"Oke fine" Kaila berdecak pelan.

"Ini dari bokap lo, sebenarnya kalo lo kelaperan gue juga nggak peduli, tapi ini perintah. So, gue anterin kesini" ucap Kaila menyerahkan bekal berwarna merah itu kepada Anna.

Tentu saja Anna berangkat terlalu pagi sampai sampai ia lupa bekalnya tertinggal. Walaupun ada kantin, namun Anna lebih sering membawa bekal dan jarang makan di Kantin.

"Malah bengong, ini ambil" perintah Kaila

"Lama!" Kaila membanting bekal tersebut lalu terjatuh berantakan di lantai.

"BRAAAKKKKK!!"

Emosi Arsa meluap seketika, ia memggebrak meja lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Kaila.

"JAGA SIKAP LO!!" ucap Arsa dengan penuh amarah.

"HEH, NGGAK SALAH? HARUSNYA GUE DONG YANG MARAH SAMA LO. SETAU GUE LO NGGAK BISU KOK"

"PERGI!" bentak Arsa dengan suara lantangnya membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan merinding.

"Of course. Pangeran Niel" ucap Kaila mencoba menjauh dari Arsa

"Sam-pah!" ucap Kaila dengan penuh penekanan, lalu berlalu begitu saja.

"Ah iya. Salam buat ma-ma Re-na-tha" Kaila membalikkan badannya lalu keluar dari ruangan tersebut.

Seketika tangan Arsa mengepal keras dengan emosi yang sudah di ujung tanduk.

Bangsat!

***

Sepulang sekolah Anna beranjak menuju bandara. Tentu saja bersama Arsa, huh pria ini sungguh keras kepala padahal Anna sudah menolaknya dengan berjuta-juta alasan.

Arsa menatap jalanan dengan tatapan datar, terlihat jelas jika ia sedang menyembunyikan sesuatu dari Anna.

Anna semakin dibuat bingung dengan sikap Arsa, padahal banyak sekali pertanyaan yang ia lontarkan namun melihat suasana hati Arsa yang sedang gaduh, Anna memilih untuk bungkam.

"Nggak usah di pikirin, bakal gue ceritain. Tapi nggak sekarang" ucap Arsa tanpa memalingkan tatapannya seolah tahu betul apa yang Anna pikirkan.

"Maaf"

"Buat?"

"Gara gara Kai-" ucapan Anna terpotong seketika

"Nggak papa"

Alanna [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang