14| BERUSAHA PAHAM

99 62 51
                                    

Tiga hari kemudian.....

Anna menatap dirinya sendiri panda cermin di kamar mandinya.

Keadaannya kacau.

Sangat kacau.

Wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya, matanya sembab, kantung matanya menghitam.

Huh, menyedihkan!

Pagi ini Anna memutuskan untuk mandi dengan air dingin, mungkin sedikit bisa membantu badannya untuk segar kembali.

Serta mengurangi kepalanya yang sedikit pusing.

Setelah selesai mandi, Anna menganti pakaiannya dengan seragam.

Ya, ia harus sekolah hari ini.

Lagi-lagi Anna menatap pantulan dirinya pada cermin. Tak sekacau tadi, pikirnya.

"Liska?"

"Kenapa?"

"Dah rapi aja nih, masih pagi juga" ucap gadis itu sembari mengucek matanya.

"Hm" Anna hanya bergumam pelan menatap wajah sepupunya dari pantulan cermin.

"Yakin mau sekolah hari ini?" Gadis itu turun dari tempat tidur Anna lalu segera menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan.

"Hari ini ada seleksi olimpiade Fisika, doain ya Nad" ucap Anna mencoba yakin dengan keputusannya.

"What? Apa lo bilang?" Nadia menampakkan setengah badannya mengintip dari kamar mandi.

"Lo ikut olimpiade Fisika?" tanya Nadia meyakinkan.

Anna mengangguk bersemangat.

"Nggak salah tuh, bukannya dari dulu lo anti banget sama Fisika. Setau gue lo lebih suka Kimia deh. Iya kan?"

"Nggak juga Nad. Aku pengin ikutan Fisika nya aja!"

"Kalo itu mau lo, oke gue dukung!" ucap Nadia sambil masuk sepenuhnya ke dalam kamar mandi.

"Semangat Alanna!!" teriak Nadia dari dalam kamar mandi.

***

Anna sudah siap dengan seragamnya. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga satu demi satu.

Tinggal satu anak tangga terakhir namun Anna mengurungkan niatnya untuk turun.

Saat Anna melihat kursi yang biasa di duduki Arsan kosong, ada sesak di dadanya.

Ia sadar, meja makannya tak seramai dulu.

"Anna, ayo sini sarapan!" ajak Tante Dania

"Eh, iya-" Anna terpelonjat kaget lalu segera menghampiri tantenya.

"Karin, sarapan dulu yuk!" ajak Dania dengan suara selembut-lembutnya.

Anna menatap sendu mamanya, ternyata ia lebih kacau dari Anna. Tatapannya blank, tak ada arti didalamnya.

"Ma, Mama harus makan. Nanti mama sakit" bujuk Kaila.

"Rin, sampai kapan mau kaya gini terus. Ayo makan!" perintah Marcel.

Anna bangkit dari kursinya mendekati Mamanya, ia mengelus pundak Mamanya lembut.

"Mah..." panggil Anna lirih.

Sontak Karina mengalihkan pandangannya pada Anna, tatapannya tajam.

Alanna [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang