11| SURAT

101 62 55
                                    

"Kai, salah aku apa? Kenapa kamu tampar aku? Aku cuma mau bantuin mama. Itu aja Kai" ucap Anna dengan suara seraknya menahan isak tangisnya.

"Saya bukan mama kamu. Mama kamu Ernia? sudah mati! Ngerti kamu!" ucap Karina dengan ketus dan kekehan liciknya.

Anna kembali terpental ke lantai ketika Kaila yang menbantu Karina berjalan menabrak pundak Anna keras.

"Ya Allah non" bibi terpelonjat kaget melihat Anna yang telah menangis dan pipinya merah merona akibat tamparan tadi.

Sebenarnya Bibi sudah mendengar adu cekcok itu sejak tadi. Namun ia tak berani ikut campur dengan urusan itu, melainkan ia hanya menyaksikannya diam-diam.

***

Anna memasuki kamarnya lalu terduduk lemas dimeja rias, pipinya tentu masih memanas akibat tamparan tadi.

Anna kembali terisak ketika kembali mengingat kejadian tadi, napasnya semakin menderu hebat. Peluangnya untuk menghirup oksigen terasa semakin sempit.

Ah sial!

Asma nya datang lagi.

Tangan Anna menjajah meja riasnya mencari penyembuhnya.

Ya, dapat!

Dengan sigap Anna memasukkan inhaler itu kedalam mulutnya, lalu menghirupnya dalam-dalam.

Huh, akhirnya Anna bisa bernapas seperti sedia kala.

Pandangannya ia tujukan pada seisi kamarnya yang sepi, sunyi, dan tenang.

Seolah ada yang memikat Anna mendekati lemari bajunya, tepat di depan pintu lemari itu Anna mendapati secarik kertas. Ah bukan! lebih tepatnya adalah surat.

Ya, Anna ingat! Surat yang di beri Bara sehari yang lalu saat Anna berada di kelas Arsa.

Dear Alannaliska

Temukan aku? Maka kau menang!

6828+A+199259279280

-Mr. G

Anna mengerutkan keningnya bingung. Surat macam apa ini? Apa mungkin Bara hanya mengerjainya, itu hanya berisi deretan angka yang begitu membingungkan.

Anna menghela napasnya lelah, meremas kertas 'itu' lalu membuangnya ke sembarang arah.

***

"Anak-anak, pagi ini kalian kedatangan murid baru" ucap Bu Desi kala itu.

"Wanita, pria atau waria nih bu?" tanya Asep dari bangku belakang.

"Emang lo doyan waria Sep?" tanya Sella.

"Ya nggak lah, di hati gue mah cuma ada Fely" ucapnya terang-terangan.

"Apaan sih najis!" Si gadis bernama Fely itu memutar bola matanya malas.

"Cie ciee Fely" ucap Yeri dan Yana berbarengan.

"Berisik!" ucapnya ketus.

Sementara Bu Desi dengan tatapan tajamnya masih memantau anak-anaknya yang masih ribut sendiri.

Lain halnya dengan Anna yang masih di hantui rasa penasaran akan kedatangan murid baru itu, siapa tau mau berteman baik dengannya.

"Woy bisa diem nggak lo pada!" tegur Haris selaku ketua kelas.

"Sudah ributnya? Hmm, mau berapa putaran?" ucap Bu Desi dengan tatapan tajamnya yang mengarah ke Asep

"Hehehe, maapin ya bu. Silakan bu di lanjutkan ngomongnya. Katanya mau ada murid baru, kok belum masuk-masuk. Di suruh masuk atuh bu, kumaha sih ibu nih? Saya nunggu mur-" sontak Gery yang duduk di sebelah Asep menutup mulut Asep.

"Mulut lo bau terasi anjir!"

"ASEEEPPPP!! KELUAR KAMU! KELILING LAPANGAN SEPULUH KALI ATAU SAYA SKORS?!" bentak bu Desi

"Nah, mampus!" ucap Fely.

"Dadah Sep, semangat ya!" ucap Gery meledek.

Asep keluar kelas untuk menjalankan hukumannya dengan muka cemberutnya.

"Atessa, ayo masuk" ucap Bu Desi mendekat ke arah pintu kelas

"Iya bu"

Anna mendongakkan kepalanya mencari murid baru yang akan menjadi teman sekelasnya.

"Silakan perkenalkan diri dulu"

"Perkenalkan nama gue Atessa Queenabel, kalian bisa panggil gue Tessa. Dan gue pindahan dari SMA Melati. Salam kenal semuanya!"

"Queen, king minta nomer wa nya boleh?" ucap Pandu lantas di sambut tatapan horor dari Tessa.

"Anjir, geli dede" ucap Jeno.

"Reni, pacar lo tuh jelalatan" ucap Reno.

"Bodo amat!" ucap Reni ketus.

"Atessa, silakan duduk di bangku kosong di sebelah Alanna" ucap Bu Desi.

"Iya bu"

***

Seorang lelaki itu tak henti-hentinya menggengam tangannya, mengecupnya lalu tak lupa ia selalu memanjatkan doa.

Wanita itu tertidur sangat pulas,hingga ia tak tau apa arti sebuah kehidupan selama beberapa tahun terakhir ini.

Tak lama setelah bercakap-cakap dengan salah satu perawat disana, lelaki itu keluar dari ruangan yang bisa di bilang 'telah menjadi rumah keduanya'.

Baru saja akan menuju tempat mobilnya terparkir, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Tak menunggu waktu lama, lelaki itu berlari menembus derasnya hujan menuju mobil avanza nya yang masih terparkir disana.

***

DON'T FORGET VOTE AND COMMENT

"⭐️"

"🗨"

Alanna [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang