Seperti biasa Key tiba di kelas dua menit setelah bel berbunyi.
Rok sebatas paha, kemeja di keluarkan, dasi yang tersampir dan rambut hitam-merahnya yang masih awut-awutan.
Nampaknya gadis itu lupa menyisir rambut tadi pagi.Ia berjalan menuju mejanya dengan tangan yang menutup mulut menguap lebar-lebar. Kemudian dengan santai mengorek kupingnya ketika ada siswi yang menatapnya sinis sambil berkasak-kusuk membisikkan sesuatu di telinga temannya.
Kelas mendadak hening ketika seorang guru cantik-bertubuh gempal-masuk ke dalam kelas dua belas IPA empat.
“Ada kah yang bernama Keysha di sini?” tanya guru itu sambil memindai seisi ruangan.
Semua mata langsung menatap gadis yang bersandar tenang di kursi sambil memainkan ponselnya tak bereaksi.
Merasa di perhatikan oleh banyak pasang mata, Key jadi mendongak, agak tersentak semua siswa dan siswi bahkan guru cantik-bertubuh gempal-itu memandangnya tanpa kata.
Ia menaikkan satu alis. “Kenapa?” tanyanya datar tak minat sama sekali.
“Kamu di panggil Pak Ruhul, beliau menunggu di ruangannya,” jawab guru itu dengan suara halus. Belum tahu jika murid yang sedang di ajak bicara bukan murid sembarangan.
Key memutar bola mata malas.
Kenapa lagi dengan si tua itu?Bikin ribet.
Kemudian berdiri berjalan tanpa sepatah kata pun pada guru cantik itu.
Dengan langkah kaki yang di seret ia berjalan masuk ke ruangannya Pak Ruhul.
Selain menjadi wali kelas dua belas IPA empat, Pak Ruhul menjabat sebagai wakil kepala sekolah membuatnya memiliki kantor sendiri.
Key mengetuk pintu perlahan kemudian suara di dalam sana mempersilakan Key untuk masuk.
“Ah, Key,” sapa Pak Ruhul pada gadis itu yang berjalan dengan malas.
“Ada apa Pak memanggil saya?” tanya gadis itu to the point malas berbasa-basi.
Pak Ruhul menggerakkan dagu ke arah kursi di samping Key. “Duduk dulu, tidak usah terburu-buru.”
Walau malas tapi Key menurut, menarik kursi menimbulkan suara decitan lalu mendudukinya dengan tenang.
“Ada apa, Pak?” tanyanya lagi tak mau berbasa-basi.
Pak Ruhul menghembuskan napas sebelum memulai pembicaraan. “Jadi gini, Bapak mau tahu soal keseharian kamu di sekolah kamu dulu,” katanya dengan nada hati-hati agar tidak terkesan menginterogasi.
“Apa saja yang kamu lakukan, dan kenapa kamu melakukan itu?” lanjutnya.
Key mengangkat alis. “Perlu saya ceritakan?” tanyanya dengan nada datar. “Apa Bapak yakin jantungnya masih kuat?” tanyanya lagi seolah mengejek.
Pak Ruhul dengan ekspresi kalemnya tersenyum ramah. “Di mulai saja karena Bapak memerlukannya.”
“Untuk apa? Kenang-kenangan sekolah?”
“Bukan, ta-,” Suara ketukan di pintu menghentikan kalimat Pak Ruhul.
Pak Ruhul dan Key jadi menoleh ke pintu.
“Masuk,” perintahnya pada orang di luar sana.
“Maaf, Pak, menganggu, saya mau mengumpulkan tugas,” kata cowok itu sopan, masuk dan mendekat ke meja Pak Ruhul.
Matanya melirik Key sekilas membuat gadis itu segera membuang muka.
“Yang lain?” tanya Pak Ruhul ketika hanya ada satu buku yang di bawa cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Ficção AdolescentePart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...