“Gue nyeker?” tanya Key mengernyit protes memandang kakinya yang telanjang.
“Bentar!” Allan pergi begitu saja. Tak lama Allan kembali dengan sepasang sandal bulu di tangannya. Sandal selop bulu dengan kartun spongebob di bagian depan. Tampak lucu. “Nih pake!” Allan meletakkan sandal itu di depan kaki Key.
“Ha!?”
“Udah pake. Gue tau kaki lo juga sakit kan pake sepatu heels tadi?” tanyanya, sempat melihat ringisan kecil ketika mereka menaiki tangga.
Key tak menampik. Jujur kakinya memang pegal dan ujung jari kelingking kakinya lecet. “Enggak ada yang lain?” tanya Key mengerling berharap.
“Enggak ada. Pake itu aja, bagus, kok.” Sebenarnya Allan enggan berbohong, tapi kapan lagi bisa menggoda Key seperti ini?
“Astaga! Di pesta pake sendal ginian,” katanya tapi tetap menurut untuk memakainya. “Masa enggak ada yang lain? Sumpah ini malu-maluin, Lan.”
“Bagus itu, pakai aja. Gak usah malu, kan pake baju," ujar Allan santai, ia kemudian mengantongi kedua tangannya di saku jaket yang ia pakai.
“Gak lucu!”
“Gue enggak ngelawak. "
Key memandang kakinya sekali lagi, nampak tak yakin. “Serius masa gue pake beginian? Lo ngerjain gue ya?” tunjuknya pada Allan.
“Anggap aja ini permintaan dari yang ulang tahun,” katanya seenak jidat. Allan terkekeh melihat penampilan aneh Key. Sedangkan gadis itu masih melihat ke arah kakinya, menggerak-gerakkan kakinya mencoba membayangkan betapa konyolnya dia sekarang.
Allan mengajak Key ke teras balkon kamarnya. Mereka berdua duduk disana. Nampaknya Allan sudah mempersiapkan semua, sudah ada makanan dan minuman disana.
Key duduk, kemudian ia memberikan sebuah tote bag ke cowok itu. “Happy Birthday, ya,” katanya dengan riang.
“Thanks.” Allan mengambil tote bag dan mengeluarkan isinya.
“Mungkin hadiahnya enggak seberapa, tapi semoga lo suka,” kata Key pelan.
Allan mendongak. “Gue enggak peduli, apa pun yang lo kasih pasti gue suka,” kata Allan tersenyum. “Lagian gue enggak minta kado dari lo. Lo dateng kesini aja gue udah seneng banget,” lanjut cowok itu tulus.
Hati Key berdesir, menghangat begitu saja. Agaknya masih ada orang yang mau menantikannya.
“Hadiahnya lumayan berat untuk kado sekecil ini,” kata Allan manggut-manggut, memegang kotak itu dan memainkannya.
“Itu isinya jam tangan,” kata Key memberi tahu.
Allan mendecak. “Apa gunanya ini kado di bungkus kalau lo ngasih tau isinya?” sunggut Allan, kesal.
Key tertawa pelan. “Enggak lah, isinya masih ra-ha-si-a.” Ia menekan setiap kalimat bersamaan dengan telunjuknya yang juga menekan udara.
Allan menaruh kotak itu di atas meja.
“Btw, pesta lo meriah banget, ya,” kata Key teringat tadi dekor yang mewah di sertai hiasan yang indah.
“Pesta yang keenam belas malah lebih meriah dari ini,” jawab Allan tersenyum penuh arti.
Key mengernyit. “Kenapa di usia enam belas? Bukannya harusnya yang istimewa itu di usia tujuh belas tahun ya?”
“Karena para dokter memperkirakan, gue enggak akan bertahan hidup sampai umur enam belas tahun ...,”

KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Teen FictionPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...