00.20

112 11 0
                                        

Key menunggu di luar kelas dengan gelisah. Pak Ruhul tengah membagikan raportnya pada Linda dan sepertinya Pak Ruhul banyak berbincang dengan mamanya.

“Gimana, Ma?” tanya Key cemas setelah Mamanya keluar. Ujian kemarin ia belajar sungguh-sungguh dan mengerjakan soal murni dengan kerja kerasnya sendiri. Ia sudah berjanji pada Allan untuk tidak mencontek.

Linda tersenyum. “Mama yakin, kamu sudah berusaha keras. Nilai kamu bagus,” kata Linda, menyerahkan raportnya pada Key.

“Rata-rata 75. Delapannya cuma beberapa. Enggak ada yang sembilan juga,” kata Key pelan, merasa kecewa dengan dirinya sendiri.

Linda tersenyum, mengelus kepala Key lembut. “Enggak pa-pa, itu udah bagus. Lagi pula, enggak ada yang merah, kan?” kata Linda menenangkan. Key mengangguk dalam diam.

“Kamu mau pulang sekarang? Mama ada meeting sama klien di kantor, kalau mau pulang Mama minta Pak Anton buat jemput kamu.”

Key terdiam sejenak. “Key pulang nanti aja, deh.”

Linda mengangguk, kemudian melenggang pergi.

Key segera berlari ke kelas Allan, penasaran dengan nilai cowok itu. Tapi bisa di tebak, nilainya pasti sempurna. Sejak tadi menunggu, ia tidak melihat keberadaan Allan di kelas. Kata teman kelas Allan, cowok itu di panggil ke kantor.

“Kantor? Apa nilai Allan turun drastis ya?” gumamnya, Key lantas menyusul. Tepat ketika Key sampai, Allan keluar dari kantor guru.

“Allan!” panggil Key, dia menghampiri Allan. “Kenapa lo di panggil ke kantor guru? Apa ada masalah sama nilai raport lo?” tanya Key cemas.

Allan tak menjawab, ia malah memasang wajah lesu sembari menatap raportnya.

Key mengerti itu. “Enggak pa-pa, masih ada semester depan. Lo pasti bisa dapat nilai bagus lagi!” seru Key memberi semangat. “Lagian gue yakin, nilai lo enggak lebih buruk dari nilai raport gue, kan?”

“Gimana raport lo?” tanya Allan dengan wajah serius tak menjawab pertanyaan Key.

“Baik. Seenggaknya gue nggak dapat nilai merah,” jawabnya dengan riang, menyerahkan raportnya.

Allan melihat raport gadis itu. “Lumayanlah, sedikit di atas rata-rata.”

“Gue mau lihat nilai lo.” Key langsung merebut raport Allan begitu saja membuat Allan terkejut.

“Key!” pekiknya.

“Wah, nilai lo sembilan puluh lima ke atas. Ada yang seratus juga.” Key geleng-geleng takjub. “Terus kenapa lo di panggil ke kantor guru?”

Allan merebut raportnya kembali. “Hehe, gue tadi cuma becanda. Gue di panggil karena guru-guru ngasih gue hadiah atas peringkat gue sebagai juara umum.”

What? Juara umum? Kok bisa?” teriaknya tak percaya.

Allan mengedikkan bahu. “Ya belajar, lah, pastinya.”

“Eh, tapi masuk akal juga sih. Lo kan Anak Teladan, pasti selalu dapat juara umum terus,” kata Key memberi pendapat.

“Ke taman sekolah, yuk!” ajak Allan, tak menggubris omongan Key.

Wait. Lo kan waktu itu enggak ikut ujian kimia. Kok nilai lo bagus?” tanya Key bingung.

“Lo enggak tahu ada yang namanya ujian susulan?” tanya Allan gemas.

Key menepuk kening, baru ingat. “Terus, nilai olah raga lo? Lo kan enggak pernah ikut pelajaran olah raga, nilainya tetap bagus?”

Allan duduk lebih dulu di bangku taman. “Gue di kasih tugas lain. Membuat kliping olah raga.”

11.11 (Sebelas kembar) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang