00.03

189 16 1
                                    

“Gimana sekolah barunya?” tanya mama ketika Key masuk ke mobil.

Key terkejut bukan main hampir saja berteriak dari dalam mobil.

Biasanya Pak Anton yang menjemputnya tapi kenapa Mama yang menjemput? Apa dia sedang ingat? Pikir Key.

Key hanya diam, menatap mama dengan ekspresi tak terbaca.

“Kamu masih gak mau ngomong sama mama?”

Key masih diam. Tapi kini ia jadi memandang arah depan dengan tatapan kosong.

“Mama tau kamu sedih, tapi setidaknya ngomong sama Mama. Udah setahun kelakuan kamu gak berubah. Mama peduli sama kamu, Key,” tutur mama lembut dengan tatapan menyendu.

Alis Key terangkat. “Iya kah?” tanyanya tak percaya.

“Tentu saja, walau bagaimana pun kamu tetep anak Mama. Mama peduli sama kamu, Mama sayang sama kamu, Key.” Linda mengelus lengan putri semata wayangnya itu dengan lembut.

Key memutar bola mata malas, menepis tangan Linda kasar.“Cih. Mama tuh lebih sayang sama pekerjaan Mama, bukan Key,” jawabnya ketus.

“Itu gak bener,” tolak mama dengan suara lembut.

Key tersenyum singkat kemudian menghadap Mamanya.“Kalau itu gak bener, Papa gak akan pergi ninggalin Mama!” ucap Key dengan nada tajam melotot ke mamanya.

“Key! Cukup!” Linda memejamkan matanya, dengan telapak tangan di depan wajah Key mengehentikan gadis itu.

Key tersenyum sinis. Nafasnya memburu. “Mama pengen Key ngutarain perasaan Key!?” balas Key tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya.

“Oke! Key gak sedih, Key marah! Key marah sama Papa yang pergi ninggalin Key dan Key juga marah sama Mama yang biarin Key tinggal disini! Puas!?” Key membuka pintu mobil, keluar lalu membantingnya dengan keras.

“Key tunggu!” teriak Linda dari dalam mobil. Tapi Key menulikkan telinganya dan berlari begitu saja.

“Arrrgghhh!” erangnya tertahan yang kemudian memukul stir, lalu mengusap wajahnya frustasi.

***

Suasana malam hari di kelab sangatlah ramai. Banyak jenis dan tipe orang disini. Mulai dari anak SMA hingga om atau tante berada dalam kelab ini.

Aroma bir dan rokok menyeruak, membuat siapa saja yang tak terbiasa di tempat ini akan merasa mual.

Hanya tempat inilah Key bisa melepaskan sejenak beban yang bertumpu padanya. Dinyalakan sebatang rokok untuk melepas penat.

Key mencoba segala jenis rokok, tapi tak satupun mampu menghilangkan sesak di dadanya.

Hatinya nyeri luar biasa.

Memang sudah satu tahun berlalu tapi ia masih belum menyangka, Papa akan setega itu meninggalkan dia.

Dengan mudahnya Papa meninggalkan dia sendiri di sini setelah banyak kisah yang mereka lalui.

Saat orang yang ia percaya saja pergi dan mengecewakannya, masih pantaskah dia percaya lagi pada orang lain?

Mulai saat ini ia tidak akan pernah percaya pada siapa pun. Ya! Siapapun!

Tak sengaja ingatannya beralih pada kejadian tadi siang di toko musik. Keningnya berkerut. Ada sesuatu yang aneh pada cowok itu. Mengapa ia tiba-tiba terdiam seperti patung?

Apa dia kehabisan baterai hingga tak mengoceh panjang lebar lagi?

Sudahlah, Key tidak mau memikirkan cowok sialan itu sekarang.

11.11 (Sebelas kembar) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang