Key berdiri cemas di dalam kamarnya. Allan sudah berangkat ke Singapura enam jam yang lalu. Tapi, sampai sekarang belum ada kabar apa pun dari cowok itu. Baik dari Setyo atau Mira, orang tua Allan.
Teringat kembali kalimat dari cowok itu yang membuat Key gelisah.
Allan duduk di kursi roda dengan Key yang mendorong di belakangnya. Mereka berdua berjalan paling akhir karena Allan yang meminta. Cowok itu ingin menyampaikan sesuatu pada Key sebelum berangkat.
"Key, gue mau ngomong sesuatu sama lo," kata cowok itu lirih, membenarkan duduknya pada kursi roda itu.
"Ngomong apa?" tanya Key penasaran.
Allan tersenyum. "Kalau gue udah berangkat, lo jangan terlalu mikirin gue, ya. Lo enggak usah takut kehilangan gue," kata Allan pelan.
Jantung Key mulai berdetak tak keruan. Mendengar kalimat cowok ini membuatnya merasa panas dingin.
"Percayalah, apa pun yang bakal terjadi nanti. Gue akan selalu ada di sisi lo. Di sana," tunjuknya pada hati Key. "Di hati lo. Gue akan ada di sana selalu," lanjutnya kemudian tersenyum.
Key tak dapat menahan bulir hangat dari matanya. "Gue tahu," kata Key, bergetar. "Lo juga enggak usah khawatirin gue. Gue akan selalu nunggu lo pulang, kok," jawab cewek itu sudah terisak. Ia mengusap hidungnya sesaat.
Allan menarik pelan lengan Key membuat Key berjongkok dan berdiri setara dengan Allan. "Jangan nangis. Gue enggak mau lihat lo kaya gini." Allan mengusap air mata Key lembut. "Gue mau senyuman termanis lo buat nemenin gue di sana nanti."
"Ayo dong senyum." Allan menarik ujung bibir Key membuat gadis itu jadi terkekeh pelan. Kemudian menurut tersenyum lebar.
"Gini, kan enak liatnya. Gue jadi tambah semangat buat jalani operasi nanti."
Key tersipu malu, dia menghapus sisa air matanya. "Allan," panggil Key lirih.
"Hm?"
Key menggigit bibir bawah ragu. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba meyakinkan. Kalau bukan sekarang, Key takut tidak memiliki waktu lagi. "Gue sayang sama lo." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Key. Sebenarnya dia malu. Sangat malu telah jujur, tapi Key tidak dapat menahannya. Tidak tahu bisa berjumpa lagi dengan Allan atau tidak.
Allan tersenyum lebar mendengarnya. "Gue juga sayang sama lo," kata cowok itu, kemudian mengacak puncak kepala Key gemas.
Pipi Key bersemu merah, ia jadi terlihat malu-malu.
"Tunggu gue, ya. Gue bakal balik, kok kalau udah selesai."
Key mengangguk kemudian bersiap berdiri sebelum cowok itu menariknya lagi. Tanpa kata Allan menarik Key dan memeluknya erat.
Sementara Key hanya bisa pasrah dengan tubuh yang membeku di peluk tiba-tiba. Ia semakin tak berkutik dengan mata membulat sempurna ketika Allan mengecup keningnya.
Melihat Key yang tak berkutik membuat Allan melepas pelukan. Dia sendiri juga sudah bergetar tidak keruan. "Ayo, gue udah di tunggu," kata Allan, sebenarnya menutupi kegugupannya sendiri.
"Eh? Apa? Oh iya," kata Key linglung. Dia langsung berdiri ke belakang Allan, mendorong kursi roda mendekat ke tempt Mira dan Setyo yang menunggu.
Mengingat itu, Key tersenyum lagi. "Dia baik-baik aja, kan?" tanyanya pada diri sendiri. Ia terus melihat ponselnya yang belum ada pesan atau apa pun dari cowok itu.
Key duduk di tepi ranjangnya, kemudian menghempaskan tubuh menghadap langit-langit. Ia duduk lagi, meraih ponsel di dekatnya. Sekali lagi menyalakan ponsel yang lagi-lagi kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Подростковая литератураPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...