Danang, Linda, dan Key sampai di Singapura pukul lima sore. Mereka memutuskan untuk bermalam di apartemen milik Danang dan istri barunya. Tidak ada yang keberatan. Istri baru Danang malah menyambut kedatangan Key dan Linda dengan gembira.
Pukul 05.00 pagi.
Key menggigit bibir bawahnya merasa ragu. Cewek itu sudah bangun sejak pukul empat pagi. Dia semangat sekali untuk bangun karena hari ini dia akan memberikan kejutan pada Allan. Dia akan mengunjungi sahabatnya itu.
Key masih diambang kesadaran. Dirinya masih tidak percaya akan mendampingi Allan ketika operasi.
Key melirik ponselnya. Apa Allan sudah bangun? Bagaimana cara agar Key bisa menanyakan alamat rumah sakit tempat Allan dirawat tanpa dicurigai oleh Allan?
Key berguling di atas tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamar, sesekali kakinya menendang udara dan merengek tidak jelas karena belum menemukan cara tepat.
Kalau langsung bertanya, apa Allan tidak akan curiga? Key mendecak, berganti posisi menjadi duduk. Jarinya mantap mengetik pesan untuk Allan.Key : Allan?
Key menghela napas. Dia merutuki diri. Dia terlalu bersemangat untuk segera bertemu dengan Allan hingga terburu-buru begini. Memang siapa yang sudah bangun di pagi seperti ini?
Key memukul pelan keningnya dengan mata terpejam. Dia jadi memekik ketika ponselnya berdering. Allan meneleponnya.
“Astaga! Dia malah telepon!” Key terkejut, panik seketika. “Angkat enggak, ya?” gumamnya.
“Halo, Key?” sapa seseorang di seberang sana setelah telepon tersambung.
“Ha-halo, Allan,” jawab Key sedikit tergagap.
Allan terkekeh. “Lo kesambet apa nelepon gue pagi gini?”
Mampus!
“A ... itu, anu. Anu itu-"
Allan terkekeh lagi. “Kangen?” tanyanya menggoda.
“Dih! Enggak! Enak aja!” kata Key sewot, menggeleng heboh, menutupi kegugupannya.
“Terus kenapa?”
Key mendecak. Cowok ini pintar sekali menyudutkannya. Sekarang bagaimana? Apa alasan yang akan Key berikan? Key tidak mungkin terang-terangan berkata bahwa ingin tanya alamat rumah sakit tempat Allan di rawat karena Key akan ke sana.
“Ya ... enggak pa-pa. Iseng aja, kirain lo udah bangun.” Key merutuk. Apa yang baru saja dia katakan? Ah, sudahlah. Biarkan saja terlihat konyol, Key tak peduli.
“Bilang aja kalau kangen. Jangan salting gitu. Ngomongnya enggak jelas.”
“Apaan, sih, lo? Siapa juga yang kangen, hih, ge-er,” elak Key. Padahal sejujurnya memang merindukan Allan.
Allan tertawa pelan di seberang sana. “Btw, kok, lo udah bangun? Pagi buta gini lagi. Mau ngapain?”
Pagi buta? Matahari saja sudah menyorotkan sinarnya. Sepertinya tirai di kamar Allan lupa dibuka. Pikir Key. “Gue mau olah raga, lah! Biar sehat!” jawab Key beralasan, mengangkat lengannya dan bergaya seperti binaragawan yang memamerkan ototnya. Padahal, Allan tak dapat melihat itu.
“Key, serius. Lo kesambet apa? Lo enggak lagi ngelindur, 'kan?”
“Ih paan, sih? Gue sadar, nih! Emang kenapa, sih? Lo enggak percaya banget kalau gue mau olah raga,” kata Key kesal.
“Gue, sih, percaya. Cuma, sejak kapan olah raga jam empat pagi?”
Key mengernyit. “Empat pagi? Lo ngo-" Key tersentak. Menjauhkan ponselnya dan memeriksa jam di dinding. Matanya langsung melotot. Dia semakin merutuki kebodohannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/206414270-288-k770648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Novela JuvenilPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...