Key duduk di bangku taman dekat komplek rumahnya. Ia memandang air mancur di depannya dengan pandangan kosong. Air matanya sudah kering, tapi Key enggan beranjak.
Pikirannya masih kacau, tak terkendali. Di saat dia ingin menerima Mamanya, tapi kenyataan yang ada membuatnya menolak berdamai.
Danang sejak tadi berdiri di belakang, melihat dari kejauhan putri semata wayangnya itu. Setelah di rasa semua terkendali, Danang mendekati Key. Ia duduk di sebelah putrinya itu.
Key tak terusik sama sekali, seolah tidak ada siapa-siapa di sana. Menoleh pun tidak. Ia hanya terisak pelan dengan sisa air matanya. Wajahnya datar, tidak ada ekspresi apa pun.
"Papa minta maaf Key," kata Danang, memecah keheningan di antara keduanya. "Papa tahu, Papa salah karena biarin kamu tinggal di sini sama Mama. Papa enggak cerita ke kamu. Tapi, Papa enggak bisa egois. Mama kamu juga pengen dekat sama kamu, mama juga sangat sayang sama kamu."
Key mengusap hidungnya sebentar. "Kalau dia sayang dan mau dekat sama Key, harusnya dia sisihkan waktu buat Key. Bukan urus pekerjaanya saja," kata Key datar. Matanya masih menatap air terjun dalam diam.
Danang menghela napas. "Papa ngerti. Kamu kecewa sama Mama yang sibuk dan enggak ada waktu buat kamu. Tapi, jauh yang Key kira, Mama sayang sama kamu lebih dari dirinya. Mama enggak pernah terlewat satu detik pun, tanpa tanya keadaan kamu di rumah. Walau sesibuk apa pun, dia pasti tanya ke Papa soal kamu," jelas Danang dengan hati-hati agar Key paham setiap kata yang di ucapkannya. Laki-laki itu kini ikut memandang air terjun. Matanya seolah menerawang masa lalu.
Key terdiam, membiarkan Danang menjelaskan semuanya. Key sudah lelah berlari, saatnya Key berhenti dan mendengarkan semuanya.
"Kamu tahu? Waktu kamu kecil, Mama yang nemenin kamu tidur setelah Papa keluar. Dia memang terbiasa bangun pagi, sehingga kamu enggak pernah sadar. Waktu kamu sekolah, Mama juga yang siapin keperluan kamu, bukan Papa. Dia yang paling semangat untuk merayakan ulang tahun kamu, meluangkan waktu dengan membeli hadiah yang banyak buat kamu, supaya kamu senang.
"Mungkin, karena dia sering ngasih perhatian ke kamu dalam diam. Dia jadi canggung sama kamu. Dia susah untuk menunjukkan secara langsung kasih sayangnya ke kamu." Danang kini menoleh. "Papa tahu ini berat. Tapi, coba pahami dari sudut pandang Mama. Pahami kenapa Mama sibuk sama pekerjaan. Mama kamu ingin mewujudkan impian nenek kamu sebagai wanita karir. Walau begitu, Mama sayang sekali sama Key. Dia berusaha kasih perhatian ke Key, walau enggak secara langsung.
"Kasih sayang bukan hanya soal seberapa banyak orang itu menghabiskan waktu bersama kita. Tapi, seberapa perhatian dia ke kita, entah secara langsung atau dalam diam. Baik besar atau sekecil apa pun. Papa saksinya, Mama kamu kasih perhatian ke kamu dalam diam. Dia sering lakuin itu dulu," jelas Danang panjang lebar.
Key terisak lagi. Kini dia mengerti. Harusnya, Key lebih memahami. Tidak ada salahnya, kan kalau Linda ingin dekat dengannya? Putrinya sendiri. Linda juga sudah berusaha melakukan yang terbaik untuknya, hanya saja, Key tidak menyadari hingga menghakimi Linda begitu saja.
Gadis itu memeluk erat Danang. "Maafin Key, Pa. Key udah salah paham. Key udah benci Papa, Key rindu Papa. Sangat rindu," katanya dengan isak yang semakin kencang.
Danang mengelus lembut punggung Key, ia jadi terharu.
"Ayo, temuin Mama. Kasihan dia," ajak Danang. Key menurut, mengusap air matanya lalu berdiri.
***
Linda duduk di sofa, menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Pikirannya masih kacau. Masih di hantui rasa bersalah pada putrinya.
Derap kaki yang terdengar dekat mambuyarkan lamunan Linda. Ia mengangkat wajah dan melihat dua orang yang sejak tadi di tunggu tiba.
"Key, maafin, Mama," kata Linda, berlari mendekati putrinya.
Key menoleh ke arah Papa nya. Danang tersenyum, mengangguk pada Key.
"Key juga minta maaf sama Mama. Key udah sering bikin Mama kesel, bikin Mama khawatir," kata cewek itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca, tidak mampu memandang wajah Mamanya.
Linda tersenyum haru. Dia langsung menarik Key ke dalam pelukannya. "Mama sayang sama Key," ucapnya, kini menangis.
Key membalas pelukannya. "Key juga sayang Mama." Kedua orang itu berpelukan erat. Keduanya menangis haru.
Danang tersenyum melihatnya. Semua sudah jelas. Semua sudah menemukan titik terang. Kini, dia sudah merasa lebih lega.
Linda melepas pelukan, mengusap air mata Key. Keduanya jadi tertawa kecil dengan haru.
"Key sedang libur sekolah 'kan?" tanya Danang. Key mengangguk pelan. "Key mau liburan ke Singapura enggak? Key 'kan belum pernah jalan-jalan ke sana. Belum juga bertemu sama Mama kedua kamu."
Key tersenyum senang. Setelah sekian lama, dia akan bisa pergi bersama Papa lagi. Bisa menikmati liburan dengan Papa lagi. "Mama ikut enggak?" tanya Key, menoleh pada Linda yang juga tersenyum.
Linda meneduhkan mata. "Kayaknya, Mama enggak bisa ikut," jawab Linda, merasa menyesal.
"Kenapa? Mama sibuk, ya?"
Linda menggeleng. "Bukan gitu, Mama takut ganggu waktu kalian." Linda mengelus pipi Key. "Ini kali pertama kalian mau jalan sama-sama lagi. Mama enggak mau rusak momen bahagia kamu," kata Linda.
Key mengerucutkan bibir kesal. "Mama ikut, dong! Key juga mau jalan-jalan sama Papa Mama. Walau, kalian udah enggak sama-sama lagi. Tapi, itu hak Key 'kan untuk dapat perhatian kalian?" tanyanya menuntut.
Danang mengangguk setuju. "Benar apa kata Key. Kamu harus ikut," kata Danang, diangguki oleh Key.
"Tapi-"
"Enggak ada penolakan. Kalau Mama enggak ikut, Key juga enggak mau ikut!" kata Key, merajuk. Cewek itu menyilangkan lengan di depan dada, pura-pura mengerucutkan bibir kesal.
Linda tersenyum memandanginya. Putrinya sudah besar, tapi baginya ia tetaplah anak kecil. Melihatnya merajuk membuatnya tak tega, wajah Key imut sekali untuk di tolak.
"Iya, Mama ikut."
Key bersorak riang, ber tos ria dengan Papa nya. Linda hanya bisa tersenyum memandangi itu.
Andai, hubungannya dengan Danang masih seperti dulu. Pasti, dia akan sangat bahagia.
Tapi, Linda juga sudah cukup bahagia sekarang, karena Key telah menerimanya kembali dengan sepenuh hati. Ia begitu menyayangi putrinya.
*****
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA 11:11

KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Novela JuvenilPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...