Untuk pertama kalinya gadis itu patuh. Ia membersihkan toilet sekolah di temani Allan sepulang sekolah selama beberapa hari belakangan ini.
Aneh, biasanya Key pasti memutuskan keluar sekolah setelah sepuluh hari di sekolah barunya dan tepat di hari ke sebelas ia resmi keluar. Tapi tidak dengan kali ini. Ia bertahan hingga hari ke sebelas sekarang di sekolah ini.
Apa mungkin otak Key sudah terbentur hingga letaknya kini sudah benar? Atau dia mendapat sebuah wangsit atau mimpi agar tetap bertahan di sekolah barunya ini?
Tanpa disadari mereka berdua, Pak Ruhul memperhatikan dua muridnya itu dengan lengkungan di bibir. Terkesan.
Allan memandang Key yang membersihkan toilet. Gadis itu mendorong pel ke sana kemari untuk bermain. Allan hanya menggeleng.
Seharusnya mengepel kan mundur, ini malah maju mundur, muter-muter. Batin Allan.
Tiba-tiba Key berhenti lalu tertawa.
“Kenapa ketawa?” tanya Allan mengerutkan kening.
Jangan-jangan gadis itu kerasukan penunggu toilet di sini? Membuat Allan merinding.
Key berdiri tegak dengan pel yang di pegangnya, mencoba menghentikan tawanya. “Gue cuma keinget perkataan lo dulu,” katanya setelah tawanya terhenti.
“Perkataan yang mana?” tanya Allan bingung. Terlalu banyak yang ia katakan pada Key membuatnya tak mengerti arah pembicaraan gadis itu.
“Lo bilang, hidup lo cuma berkisar sekolah dan rumah sakit. Sedangkan gue...,” kata cewek itu. “...sekarang hidup gue berkisar di toilet deh,” lanjutnya miris sendiri.
Allan jadi terbahak mendengarnya. “Lo gak bakal hidup di toilet kalau lo gak buat kesalahan lagi,” katanya di sela tawa yang tersisa.
“Ya iya sih...” katanya sambil menggaruk kepalanya. “Tapi gue punya feeling bakal ngelakuin lagi deh,” lanjut Key, bercanda.
Perlahan Allan menghentikan tawanya, dan kemudian benar-benar berhenti. Ia menatap Key dengan lekat. “Berhenti nyakitin diri lo!” kata Allan kini terdengar serius.
“Kayanya gak enak deh. Dulu waktu gue umur sepuluh tahun. Papa gue ngelarang gue buat main di taman sama temen-temen karena gue gak cukup sehat. Gue ngamuk seharian, marah ke mereka. Tapi pas gue liat mereka nangis, gue sadar, mereka khawatirin gue,” lanjut cowok itu menceritakan pemberontakan di masa kecilnya karena ia terlalu di batasi dalam melakukan apa yang ia inginkan.
Key terdiam. Ia berjalan mendekat ke Allan. Duduk di samping cowok itu masih dengan tangan memegang kain pel.
Key menatap ke depan, mencoba membuka lembaran lama. Ia menghela napas keras. “Setahun lalu, orang tua gue cerai,” kata Key pelan, mulai bercerita. “Gue gak pernah deket sama mama karena dia sibuk sama pekerjaannya. Dan papa dengan teganya ninggalin gue sama mama. Gue benci mereka! Gue benci papa yang ninggalin gue! Gue benci mama yang ngelarang gue buat ikut apa! Gue jadi ngerasa sendirian disini.”
Begitu rupanya. Batin Allan. Cowok itu mencondongkan tubuhnya, mulai tertarik dengan cerita Key.
“Gue marah banget. Gue berusaha nyakitin mama dan orang-orang yang gue temui dengan cara gini,” lanjutnya.
“Kenyataannya lo malah nyakitin diri lo lebih dalam lagi, kan?” tanya Allan seolah tepat sasaran, memandang gadis itu.
“Ya, mungkin gitu...” ucap Key sangsi. “Kemarin juga gue nemuin undangan papa yang tunangan di luar negeri. Gue marah banget karena dia udah lupain gue. Mama juga gak ngasih tahu. Itu alasan gue bolos dan main ke tempat biliar,” curhatnya tanpa sadar masih berlanjut.

KAMU SEDANG MEMBACA
11.11 (Sebelas kembar) [End]
Roman pour AdolescentsPart lengkap *** "Emang kenapa sama jam sebelas kembar?" "Katanya bisa kabulin permohonan. Lo nggak tahu?" "Nggak. Nggak suka percaya gituan." Keysha Aileen adalah seorang gadis urakan. Dia tidak peduli dengan apa pun semenjak papa nya pergi meningg...