00.19

103 9 0
                                    


Sepulang sekolah Key langsung menuju rumah sakit, niat awalnya hanya ingin menjenguk, tapi dokter mengatakan kesehatan Allan mulai membaik selama empat hari lalu dan hari ini dia di izinkan pulang.

Suatu keajaiban, Allan bhisa pulih secepat itu. Key dengan senang hati memberi tahu Allan kabar gembira tersebut tapi Allan hanya mengatakan,  “mungkin belum waktunya.” Dia lantas tersenyum tipis.

Key membantu Allan membereskan barang-barangnya dari lemari. “Udah?” tanya Key.

Allan mengangguk setelah memastikan semua sudah beres dan tak ada yang tertinggal. “Pak An bentar lagi pasti datang, mending kita tunggu di luar aja.”

Key mengangguk.

“Gue udah enggak sabar keluar dari sini,” kata cowok itu dengan senyum lebarnya. Allan meraih tasnya.

“Eit!” Key merebut tas di tangan Allan, menentengnya. “Biar gue yang bawa.”

“Biar gue aja. Itu kan barang-barang gue,” kilah Allan, kembali mengambil tasnya.

No!” tegas Key. “Lo kan baru sembuh, biar gue aja. Lagi pula, ini enteng,” kata cewek itu kemudian berjalan mendahului Allan.

Allan terdiam, ia menggelengkan kepalanya. “Dasar keras kepala!” gumamnya.

Key menilik dari pintu. “Ayo! Katanya mau cepet keluar? Gue enggak betah nih bau obat-obatan.”

Allan mengangguk, berjalan lebih cepat menuju pintu.

Tepat ketika mereka di depan pintu rumah sakit, hujan turun deras. “Lan, kita nunggu di dalam aja, yuk! Di luar dingin,” ajak Key mengamati rintikan hujan yang turun.

Allan menggeleng. “Gue enggak mau masuk lagi setelah gue bisa keluar dari sana,” tolaknya. Allan merapatkan syal yang melilit lehernya, mencari kehangatan sambil menatap hujan yang mengguyur sore itu.

“Tapi cuacanya dingin, kalau lo sakit gimana?” tanya Key khawatir, apalagi cowok itu tidak memakai jaket.

“Enggak. Lagian bentar lagi Pak An pasti datang, kok!” ungkapnya.

Key mencibir. Allan keras kepala sekali. Key meletakkan tas Allan dan tas sekolahnya di lantai. Ia melepas jaketnya. “Nih, pakai! Biar enggak dingin,” serunya.

Allan membelalak menatap jaket yang di ulurkan Key. Dia menatap jaket Key dengan geli. Mana mungkin Allan memakai jaket berwarna merah muda milik gadis itu. Apa lagi melihat gambar kartun seorang gadis berambut pirang memakai kaca mata dan berpose centil. Allan bergidik ngeri melihatnya.

Allan menggeleng. “Enggak usah. Terimakasih, gue baik-baik aja,” tolaknya.

“Pakai! Daripada lo kedinginan,” kata Key masih menyodorkan jaketnya, memaksa.

Allan tetap menggeleng. “Gue lebih baik kedinginan.”

Key mendumel. Dia mengambil paksa lengan Allan lalu memakaikan jaketnya pada cowok itu. Tahu-tahu Key sudah menutup resleting jaketnya. Dia juga mengeluarkan syal di leher Allan dan membenarkan posisinya. “Nah! Selesai!” pekiknya riang.

Allan menatapnya tidak suka. Dia mencuatkan bibirnya.

Seorang pengunjung rumah sakit menatap Allan dengan tawa yang di tahan semakin membuat Allan cemberut.

Come on! Enggak seburuk itu, kok!” ujar Key agar Allan tidak cemberut lagi.

Sepuluh detik kemudian, Key tidak tahan untuk tidak tertawa. Dia terbahak melihat penampilan Allan yang lucu, menurutnya.

11.11 (Sebelas kembar) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang