21 (스믈하나)

913 123 11
                                        

"O-oke makasih, Dhel"

Pip

Seokjin segera menutup sambungan telfon ketika tak berhasil mendapatkan jawaban dari Dhella, sahabat putrinya.

"Gimana pah? Dhella tau?" tanya Taehyung yang baru kembali dari dapur, dengan segelas teh hangat di tangan kanannya.

Seokjin hanya menggeleng lemah sambil terus menatap ke luar jendela. Taehyung yang melihat itu pun hanya bereaksi pasrah dan memilih duduk di sofa.

"Emang y/n gak bilang apa-apa, Pah?"

"Terakhir kali dia cuman ngirim Line. Katanya, dia izin pulang telat ada urusan"

"Kenapa gak di Line lagi aja?" tanya Taehyung sambil meminum teh yang tadi ia bawa.

"Itu dia masalahnya,"
"Dia gak jawab apa-apa, bahkan di telfon pun handphone-nya gak aktif" jawab Seokjin sambil terus menatap keluar jendela dengan gusar. Ditambah lagi cuaca di luar sedang sangat dingin karena tadi sempat hujan deras.

"Oh iya!" pekik Taehyung yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.

"Kenapa sih? Gak usah teriak kali, Bang." Ujar Seokjin dengan kesal. "Kalo Papah jantungan gimana? Huh?"

Taehyung hanya tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Pah, Ayen! Ayen, Pah! Ayen!" ujar Taehyung dengan antusias.

"Hah? Kenapa Ayen?"

"Tanyain Ayen!"

"Iya juga, pinter kamu!"

"Iyalah jelassss" sombong Taehyung sambil berkacak pinggang.

Tak menunggu lama, Seokjin mulai mengambil kembali handphone yang sebelumnya ia taruh di atas meja. Seokjin mulai mengotak-ngatik sesuatu disana, sampai akhirnya dia menemukan apa yang ia cari dan menempatkan benda tersebut di sebelah telinganya.

"Halo! Assalamualaikum, Yen" ucap Seokjin ketika mendengar suara Ayen dari seberang sana.

"Oh gitu, terus dia ada bilang sesuatu lagi ke kamu?"

"Oh oke, makasih Yen" ucap Seokjin sambil menatap ke arah Taehyung.

Taehyung hanya menatap balik Seokjin dengan penuh tanya. Semoga usahanya kali ini bisa berhasil dan membuahkan hasil.

"Oh ya? Kalo gitu bisa kamu send ke saya sekarang?"

"Oke makasih atas bantuannya, Yen"

Seokjin memutus sambungan telfon lagi. Namun kali ini sedikit berbeda. Seperti ada harapan pada sorot matanya.

"Gimana, Pah?"

"Bentar- bentar!" ujar Seokjin sambil terus mengotak-atik handphone-nya, yang malah membuat Taehyung semakin penasaran.

"Kenapa sih, Pah?" tanya Taehyung lagi ketika Seokjin malah semakin serius pada handphone-nya. Bukannya menjawab, Seokjin malah seperti akan menelfon seseorang lagi.

"Telfon siapa lagi, Pah?" Seokjin hanya menjawab dengan jari telunjuk di depan bibirnya, tanda bahwa ia menyuruh Taehyung untuk diam sebentar. Membuat Taehyung hanya mendelik malas, lalu melanjutkan acara minum teh nya.

•••

Hujan sepertinya masih setia mengguyur kota ini. Bukan hujan yang kencang disertai badai, tapi sukses membuat banyak orang untuk berdiam diri di rumah dan melakukan kegiatan seadanya.

Sama hal nya dengan Woojin. Tak ada hal menarik yang bisa dilakukan oleh seorang Park Woojin selain berdiam diri di kamar. Bermain gitar, membuka laptop, membuka handphone, lalu kembali lagi ke awal.

BOBROK - GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang