I

6.7K 681 8
                                    

Jisung memandangi sebuah rumah luas yang kini ia masuki. Langkahnya lambat, mengikuti seorang lelaki didepannya yang memimpin jalan.

Sejak bertemu oleh lelaki asing di gang tadi, entah mengapa Jisung langsung menerima tawarannya. Karena jujur saja, ia butuh tempat istirahat. Terlebih dia tidak khawatir jika lelaki yang mengajaknya ini adalah pembunuh maupun pusat perdagangan manusia. Toh dia tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini.

Langkah Jisung terhenti begitu lelaki dihadapannya berhenti tepat didepan sebuah pintu. "Ini kamarku, kuharap kau tidak menggangguku disini," ucap lelaki itu.

Ia membuka pintu kamarnya, lalu berbalik menatap Jisung ketika hendak menutup Pintu. "Kamar dirumah ini ada banyak, kau cari sendiri. Dan kuharap kau tidak menggangguku" lalu pintu tertutup begitu saja meninggalkan Jisung yang mulai berdecak sebal.

Jisung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Rumah ini memiliki dua lantai dan si pemilik— yang entah Jisung tidak tahu siapa namanya, memiliki kamar di lantai pertama.

Karena mereka tidak ingin saling mengganggu, Jisung melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Berniat memilih kamar yang terdapat disana.

Langkahnya terhenti didepan pintu yang berada diujung ruangan. Tangannya membuka knop pintu secara perlahan lantas masuk kedalam begitu pintu terbuka.

Jisung menatap setiap sudut kamar yang akan ia tempati. Nuansanya sangat tenang, dengan cat putih dan barang serba putih.

Ia menghampiri ranjang yang berukuran king size itu lalu merebahkan dirinya disana.

Kedua tangannya ia bentangkan keatas hingga membuat lengan panjang nya itu menurun kebawah.
Matanya kembali menatap luka sayatan di tangan kirinya lalu ia hanya dapat tersenyum getir.

"Semudah itu kalian membiarkanku" lirihnya.




¤—𝓓𝓮𝓶𝓮𝓪𝓷𝓸𝓻—¤



Jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Namun mata Jisung masih saja menatap kosong kearah langit-langit kamar. Ia memang lelah, tapi ia tidak bisa merasakan tidur nyenyak untuk saat ini.

Perutnya sedari tadi teriak minta di isi. Ia mencoba menahannya, karena bagaimanapun juga ini bukan lah rumah miliknya.

lama menahan lapar, suara ketukkan pintu membuat dia menoleh ke arah suara itu berasal lantas terbangun guna melihat siapa yang mengetuk sepagi ini.

"Ternyata disini" gumam lelaki dihadapan Jisung.

Jisung hanya menatapnya, menunggu maksud kedatangan dari lelaki dihadapannya ini.

"Cepat turun, ada yang harus kita bicarakan!" Pintanya lalu melenggang pergi begitu saja

Jisung menyusul. Melihat lelaki itu terduduk dengan santainya dimeja makan dengan segelas air ditangannya. Si manis pun mulai mendudukkan diri dihadapan lelaki itu. "Ada apa?"

Lelaki itu melirik Jisung sekilas. "Aku mengizinkanmu tinggal tidak secara gratis, manis"

Jisung mendesis ditempatnya, ia sudah menduga ini. Mana mungkin ada orang yang dengan sukarela mau memberikannya tumpangan secara cuma-cuma.

"Lantas aku harus bayar berapa?" tanya Jisung dengan nada yang tetap terdengar tenang.

Pandangannya menatap malas ke arah lelaki dihadapannya. Yang dipandang pun tidak kalah malasnya memandang Jisung.

"Ck, memangnya kau bisa bayar berapa?! Angkuh sekali." ujar si pemilik rumah.

Jisung tidak peduli. Ia masih diam menunggu jawaban yang ia inginkan, bukan malah gerutuan dari sang pemilik rumah.

ᴅᴇᴍᴇᴀɴᴏʀ [ᴍɪɴsᴜɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang